(9) - Malam pertama

1.3K 183 34
                                    


Gumpalan awan putih bersih menemani sore Hermione. Ia duduk sembari memandangi langit yang tenang. Di depannya, tersuguh pemandangan kolam renang yang airnya mengkilat-kikat karena efek cahaya matahari.

"Kak, di panggil mama." Hermione menoleh. Ia mengangguk ke arah Dion, lalu segera berdiri untuk menemui ibu mertuanya itu.

Di ruang tengah, Hermione bisa melihat Alex, Mama cissy, dan Draco yang sedang duduk di sofa. Mertuanya itu sedang asyik membicarakan entah apa dengan Alex. Ya, tentunya di jawab sekenanya oleh anak itu.

"Eh, Hermione.. Sini duduk sayang." Narcissa menepuk-nepuk sofa di sebelahnya. 

Hermione duduk. Ia mengangguk sekali pada Draco yang sedari tadi menatapnya.

"Draco, kamu lebih baik menginap di rumah Hermione dulu. Ya, sekitar satu sampai dua hari. Bantu dia buat membereskan barang-barangnya. Hermione 'kan harus segera pindah ke rumah ini."

Ya, sebagai istri Hermione harus ikut bersama suaminya. Perihal Alex, anak itu tidak mau ikut pindah. Katanya, dia bisa menjaga dirinya sendiri. Ya, walaupun Hermione berat meninggalkan Alex, tapi Hermione percaya kalau Alex tidak akan macam-macam lagi. Karena Alex sudah berjanji padanya untuk tidak lagi berulah. Dan Hermione tahu, sebandel-bandelnya Alex, pantang bagi laki-laki itu untuk mengingkari janji. 

Di samping itu, Draco yang tengah membaca koran menganggukkan kepala tanda Ia setuju.

"Emm, nggak perlu, Ma. Hermione bisa kok sendiri." ujar Hermione tiba-tiba. Ia tersenyum meringis ke arah Draco. Ia tahu, laki-laki itu sangat sibuk. Dan Ia tidak ingin menyusahkannya. 

Draco melipat korannya, "Udah kamu diam aja. Sekarang saya itu suami kamu. Biasakan bergantung sama saya."

Narcissa tersenyum bangga. Ternyata Ia tidak salah mendidik anak. Sedangkan Hermione hanya bisa terpaku mendengar kata per-kata yang diucapkan si tuan es batu ini. 

"Iya, Hermione. Mulai sekarang, kamu harus terbiasa dengan adanya Draco. Bilang sama dia kalau kamu butuh apa-apa. Jangan sungkan. Draco suami kamu sekarang."

Hermione menunduk. Jantungnya berdetak lebih cepat. Pipinya pun memanas. Suami? Hah, sampai sekarang Ia masih menganggap ini mimpi. Tak menyangka rasanya kalau dia sudah bersuami. Apalagi suaminya itu Draco Malfoy. Yang tak lain adalah majikannya dulu.

Laki-laki super dingin yang sebenarnya berhati lembut. Itu lah yang Hermione tahu setelah melihat bagaimana sikap Draco pada ibunya.

Kata orang, kalau ingin tahu bagaimana sifat seorang pria, lihatlah bagaimana caranya memperlakukan ibunya.

Hermione akhirnya mengangguk. Setelah itu, Ia pergi ke kamar Draco. Yang sekarang juga menjadi kamarnya tentunya. Perempuan itu sibuk melipat baju-baju Draco untuk di bawa menginap ke rumahnya nanti sore.

"Kamu punya hewan peliharaan?"

Hermione mengangkat kepalanya. Ia tersenyum kecil ketika melihat Draco yang berdiri di ambang pintu sambil membawa sekotak ice cream. Sangat lucu menurut Hermione. Caranya menjilat ice cream di sendoknya, membuat Hermione gemas sendiri.

Apa? Gemas?! Tidak, tidak. Draco tidak ada gemas-gemasnya sama sekali.

"Kamu kenapa? Kok, diem?"

Hermione terlonjak sedikit, "Nggak apa-apa. Hmm, kenapa emang kalau saya punya hewan peliharaan?"

Draco menutup kotak ice creamnya, "Saya nggak suka hewan."

Hermione langsung tersenyum misterius, "Nggak suka atau takut?"

"Saya bilang kan nggak suka, bukan takut."

"Halah, alasan." Hermione mencibir. Ia kembali melipat-lipat baju tanpa peduli dengan wajah Draco yang tidak enak sekali dilihat sekarang.

Saat tengah fokus melipat, tiba-tiba pandangannya terpaku kepada suatu barang. Melihat itu, Hermione langsung diam dengan kedua pipi yang memerah. Ingin meraih dan segera dilipat, namun terasa berat sekali. Apalagi kini disampingnya ada Draco yang juga duduk di pinggir ranjang sepertinya.

"Kenapa?" Draco mengangkat sebelah alisnya dengan tampang super menyebalkan. Dia tahu apa yang membuat Hermione gugup. Makanya Ia berusaha menggoda perempuan tersebut dengan semakin mempersempit jarak di antara mereka.

"Kenapa?" Draco bertanya ulang. "Kok gugup? Jangankan kamu lihat yang masih di dalam lemari, lihat yang lagi dipakai juga bisa." 

Draco semakin gencar menggoda. Ia senang melihat wajah Hermione yang memerah hanya karena melihat celana dalam Draco. Hah, lucu sekali.

"A-apaan, sih? Nggak lucu." Hermione berusaha bersikap biasa saja. Dengan gemetar, tangannya mulai mengambil beberapa celana dalam Draco dan melipatnya untuk dimasukkan ke dalam koper.

Namun tiba-tiba Draco meraih lengan Hermione. Membuatnya terdiam sepersekian detik karena terpaku dengan tatapan dalam dari mata kelabu laki-laki itu.

Draco menyeringai. Semakin lama wajah mereka semakin dekat. Membuat Hermione harus menelan saliva karena teramat gugup.

Laki-laki itu mendekatkan mulutnya ke arah telinga Hermione, "Kamu lupa? Kita belum melakukan malam pertama."

Deg!

Seperti ada batu yang nyangkut di tenggorokannya. Hermione seperti kehilangan napasnya. Malam pertama? Ah, Hermione lupa akan hal itu.

Dia jadi tambah gugup. Memikirkannya membuat Hermione ingin menimbun kepalanya. Malu sekali rasanya.

Melihat wajah Hermione yang semerah saos tomat, akhirnya Draco menjauhkan wajahnya. Dia tertawa lumayan kencang, "Muka kamu bisa nggak biasa aja?" katanya seraya menunjuk wajah Hermione.

Bukannya marah, Hermione malah terkesima dengan tawa Draco. Demi apapun, tawa laki-laki di depannya ini begitu indah. Membuat entah apa dari tubuh Hermione yang seakan meleleh di buatnya. Jantungnya pun bergetar dibuatnya.

Bahkan harus dia akui, kalau senyum Draco lebih manis dibandingkan dengan senyum seseorang. Ya, orang itu adalah Leon.

Hermione tersadar ketika mengingat nama itu. Ia langsung memasang wajah jutek di depan Draco.

"Apa, sih? Selera humor kamu itu nggak bagus. Kaya gitu dianggap bercanda."

Ups, sepertinya Hermione salah bicara. Melihat Draco yang diam, membuatnya kembali gugup.

"Oh, jadi kamu mau serius? Jadi.. Kamu mau.. Kita.."

Hermione melotot, "Bu-bukan itu maksudnya. Aduh, gimana jelasinnya ya? Maksud saya itu, bukannya saya mau kita.. Eh, bukannya saya nolak juga tapi.. Aduh, gimana ya?"

Draco memasang wajah sepolos mungkin. Seakan-akan dia benar-benar tidak mengerti dengan ucapan Hermione. Sedangkan perempuan itu kini malah menjambak-jambak rambutnya sendiri.

Draco akhirnya tidak tahan untuk menahan tawanya. Ia tertawa seraya meraih lengan Hermione agar berhenti menjambak rambutnya sendiri.

"Iya, saya paham. Kamu kira saya bodoh apa? Lagian, ngapain kamu jambak-jambak rambut?"

"Saya kalau deg deg an emang suka jambak rambut."

"Terus sekarang lagi deg deg an?"

Hermione mengangguk polos.

Draco tersenyum lembut. Kenapa Ia baru menyadari kalau Hermione itu manis?

"Lucu."

Hermione membulatkan matanya, "Siapa?"

"Pak Handoko."

Untuk informasi, Pak Handoko adalah tukang kebun Draco.

Hermione cemberut. Ia kira Draco mengatakan lucu itu untuk dirinya. Ternyata bukan.

Draco lagi-lagi tertawa melihat Hermione. Dia pun berdiri hendak menuju ruang kerjanya. Namun sebelum itu, dia mengacak-acak rambut Hermione dengan gemas.

"Kamu lah yang lucu. Masa Pak Handoko? Kamu kira saya belok apa?"

***




Pelangi Rindu (DRAMIONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang