(8) - Bisakah bersama?

1.1K 180 15
                                    


Dress batik sudah melekat pas di tubuhnya. Ia memoleskan sedikit bedak pada wajah pucatnya dan juga lipstik tipis pada bibirnya.

Hermione masih duduk di hadapan cermin. Tadi pagi Dion datang ke rumah. Ia memberitahunya kalau Hermione di undang makan siang oleh ibunya, Narcissa yang baru datang dari Singapura.

Entahlah, rasanya begitu aneh. Dia juga merasa terhina oleh sikap Draco Malfoy. Ya, dia tahu pasti pria itu pun sama frustasinya dengannya. Tapi apa Draco tidak bisa beritikad baik dengan bertemu dan berbicara dengannya? Bukannya malah diam dan menghilang.

Dia merasa dilecehkan sebagai wanita. Harusnya Draco bisa menghargainya walau sedikit.

Hah, memang apa yang bisa dia harapkan? Pasti hari ini dia pun akan diminta bercerai dengan Draco oleh ibunya itu. Mana mau mereka dengan anak yatim piatu miskin seperti Hermione.

"Kak, aku mau ikut. Aku nggak mau kalau mereka ngomong yang macem-macem."

Hermione berdiri. Ia menatap adik satu-satunya itu yang sudah rapi dengan kemeja biru dongkernya. Padahal tadi Hermione sudah bilang kalau Alex tidak usah ikut.

"Nggak apa-apa, kakak sendirian aja, Lex."

Alex mendesah. Ia menghembuskan napasnya dengan kedua tangan mengepal di masing-masing sisi tubuhnya. Ia tidak akan terima kalau kakaknya di hina. Dia memang anak nakal, susah di atur, dan selalu menyusahkan Hermione. Tapi dia tidak akan bisa melihat kakaknya bersedih seperti ini. Akan Ia habisi siapapun yang menyakiti kakaknya.

"Pokoknya aku ikut. Kakak nggak bisa larang aku."

Hermione menghela napasnya. Dari pada ribut, Ia lebih baik mengalah.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Hermione dan Alex pun pergi menuju rumah Draco dengan sepeda motor mereka.

...

Tanpa mengetuk pintu atau menekan bel, Hermione sudah di sambut oleh Dion. Anak laki-laki itu tersenyum ramah pada Hermione, lalu mendelik mengejek pada Alex.

"Siang, Kak Hermione.."

Hermione hanya tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Ia merasa agak deg-degan karena ingin bertemu ibu dari Draco dan Dion ini. Apa jangan-jangan nanti Hermione di tuduh pakai pelet atau susuk buat mendapatkan Draco?

"Mama udah nunggu di dalem, kak. Ayo silakan masuk. Anggap aja ini rumah Dion, hehe."

Hermione tersenyum kecil meladeni gurauan Dion. Mereka pun masuk kedalam rumah yang saat ini terasa lebih dingin dan mencekam.

Matanya menatap sepatu vans bututnya. Rasanya objek itu lebih menarik saat ini. Namun, sebuah suara lembut keibuan tiba-tiba menerobos pendengarannya. Ia pun mendongak dan bertemu pandang dengan seorang wanita paruh baya yang kini sudah berdiri dengan senyum manis terpatri di wajah.

"Halo. Kamu pasti Hermione ya?"

Hermione tersenyum canggung. Ia mendekati Narcissa dan menyalami wanita itu. Sepertinya pikirannya meleset. Orang yang tadi dia pikir akan langsung meludahinya, ternyata malah menyambutnya dengan sangat ramah.

"Ah, yang ini pasti Alex.." katanya sembari menghampiri anak laki-laki yang dari tadi hanya diam lalu memeluknya seakan mereka sudah kenal lama.

"Mari-mari duduk.." Narcissa mempersilakan.

Hermione dan Alex duduk dalam satu sofa panjang. Sedangkan Narcissa dan Dion duduk di hadapan mereka.

Narcissa adalah sosok keibuan mirip bunda Hermione. Guratan wajah karena faktor usia tidak membuat senyumnya luntur. Selalu melekat di sana. Tak bisa dipungkiri kalau Hermione jadi rindu bundanya karena melihat kelembutan Narcissa.

Pelangi Rindu (DRAMIONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang