(10) - Menjadi pelindung

1.1K 169 41
                                    

Draco memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah Hermione. Alex turun lebih dulu hanya dengan membawa tasnya saja.

"Adik kamu itu emang selalu jutek begitu ya?" Draco bertanya sambil membuka pintu bagasi mobilnya.

Hermione yang berada di sampingnya hanya memutar bola matanya. Si tuan es batu ini, oh atau sebutannya sekarang berubah menjadi si suami es batu, Ia tidak sadar kalau sifatnya dan Alex itu sebelas dua belas. Hermione jadi curiga, jangan-jangan Alex dan Dion tertukar. Jadi yang sebenarnya adiknya itu Dion, dan Alex adalah adik si suami es batu.

"Kenapa diam?"

Hermione mendengus, "Kamu sama Alex itu sama. Nggak enak kan di jutekin? Makanya jangan jutekin orang!"

Alis Draco mengkerut sampai hampir menyatu, "Saya nggak jutek."

Hermione melotot, "Nggak jutek kamu bilang? Wah, itu namanya pembohongan publik."

"Saya bilang, saya nggak jutek."

Hermione meletakkan kembali tas yang tadi ingin Ia bawa masuk. Ia menatap Draco dengan kedua tangan di pinggang. "Oh, ya? Coba buktiin? Kamu harus senyum seharian ini. Gimana?"

"Senyum? Nanti disangka orang gila kalau senyum terus."

"Senyum itu ibadah, Draco..."

Bukannya tersenyum, Draco malah semakin menekuk wajahnya. Ia membawa dua koper sekaligus dan langsung membawanya ke dalam rumah.

Namun, saat Ia sudah selesai dengan itu semua, Ia menyadari kalau Hermione tidak ada di belakangnya. Akhirnya, dia pergi ke depan gerbang lagi, dan mendapati Hermione yang tengah berdiri lesu di belakang gerbang.

"Kamu kenapa?" tanya Draco seraya menepuk bahu Hermione. Namun, wanita itu tidak menjawab. Ia hanya menghela napasnya berkali-kali.

Draco dibuat bingung olehnya. Namun, tiba-tiba telinganya mendengar sebuah suara. Suara itu berasal dari arah luar rumah Hermione. Mungkin hanya beberapa meter dari gerbang rumahnya.

"Saya dengar, kalau Hermione sudah menikah. Dan tadi, laki-laki itu kayanya suaminya."

"Oh, jadi laki-laki yang keliatannya kaya raya itu suami Hermione?"

"Iya, tapi yang saya bingung kenapa dia nikahnya mendadak ya?"

"Betul juga... Nggak ngundang-ngundang tetangga lagi."

"Atau... Dia hamil diluar nikah?!"

"Bisa jadi.. Hah, kasian bundanya kalau dia beneran kaya gitu."

"Iya, padahal orang tuanya baik-baik. Tapi anaknya malah mencoreng nama baik keluarga."

Draco mengepalkan kedua tangannya. Rahangnya mengeras karena marah. Tanpa aling-aling, Draco segera membuka pagar hitam itu, dan menemui sekelompok ibu-ibu tukang rumpi yang tadi membicarakan Hermione.

"Maaf, tadi saya dengar kalau ibu-ibu sekalian membicarakan istri saya. Memang ada masalah apa?" Draco berujar dingin. Membuat ibu-ibu itu terpaku kaget. Mulut mereka kelu untuk bicara.

Hermione yang juga kaget, menyusul Draco dan menarik-narik tangannya. Namun Draco tidak beranjak. Ia menyilangkan tangannya di depan dada, dan terus menatap tajam orang-orang didepannya.

"Nggak bisa jawab ya?" Draco menaikkan sebelah alisnya. "Sebenarnya saya nggak pernah diajarkan untuk nggak sopan sama orang yang lebih tua, tapi ibu-ibu sekalian sudah mengusik keluarga saya. Jadi, saya nggak bisa diam aja."

"Draco, udah..."

Draco menarik bahu Hermione dan menyuruhnya untuk tetap berada dibelakangnya.

Pelangi Rindu (DRAMIONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang