(20) Rahasia Terungkap

846 110 30
                                    


Draco termenung mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Pansy. Ia tidak bisa berkata-kata. Rasanya bernapas pun sulit. Skema kenangan saat dulu terputar lagi dalam kepalanya. Bak putaran film menyedihkan yang sangat dia benci. Namun, keadaan ini memaksanya untuk kembali ke saat-saat itu.

Rahangnya mengeras seraya guratan-guratan tipis muncul di keningnya, "Aku nggak nyangka, Pans. Kamu ternyata sejahat itu."

Pansy menunduk. Air mata mulai berjatuhan. Ia tidak mengatakan maaf atau apapun. Karena Ia tahu, maaf saja tidak akan cukup.

"Aku percaya sama kamu selama ini. Aku percaya kalau Astoria pergi karna nggak cinta aku. Aku percaya dia pergi karna selingkuh." Draco mengambil napas sejenak, "Saat itu kamu tau kalau itu nggak benar, dan kamu diam aja."

Draco terkekeh pelan, "Dan hebatnya, kamu berakting seakan-akan bersimpati? Wah! Keren banget aktingnya."

"Draco.. Aku-"

"Cukup! Selama ini aku habiskan hidupku buat membenci dia. Bahkan untuk mengingat namanya aja aku nggak sudi. Tapi ternyata.." Draco tertunduk. Ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Sekuat tenaga Ia berpikir kalau ini semua tidak benar. Kalau Astoria memang berkhianat. Karena dengan begitu semuanya akan kembali seperti semula. Toh, Ia sudah terbiasa dengan rasa sakitnya. Malah kalau semua ini berubah, Ia tidak akan terbiasa. Ia sudah terbiasa dengan membenci wanita itu.

Laki-laki itu bangkit dari duduknya. Berjalan gontai meninggalkan Pansy yang masih saja terus menangis.

Lalu lintas saat ini sedang ramai-ramainya. Berbeda dengan yang ada di hati seorang Draco Malfoy.

Bimbang.

Sakit hati.

Kecewa.

Dan..

Bersalah.

Drrddd drdddd

Ting ting

Hermione : Kamu dimana? Knp gk angkat telfonnya?

Hermione : udh makan? Mau makan drumah gk? Klo iya nnti kumasakin

Draco memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Membenturkan kepalanya pada setir mobil seraya menahan isakan.

Hermione : lagi dijalan ya makanya gk bls?

Hermione : klo gtu hati hati

...

Pagi telah menyingsing. Hermione terbangun karena seruan Dion dari lantai bawah. Ia melirik ke sampingnya, lalu tersenyum ketika melihat suaminya yang nampak damai dalam tidurnya.

Hermione tersenyum kecil seraya merapikan helaian rambut Draco. Ternyata kehidupan pernikahan itu menyenangkan juga. Ia senang ketika bangun tidur lalu melihat ada seseorang bersamanya. Ia senang ketika ada seseorang yang menunggu masakannya, dan menggerutu ketika masakannya keasinan. Ia senang, ada seseorang yang menjadi tumpuannya sekarang.

Dulu, orang tuanya lah yang dijadikannya sandaran. Sekarang, Ia punya Draco. Ia punya seseorang yang akan bersamanya ketika dia sedih.

"Mau sampai kapan kamu kaya gitu? Kaya baru pertama aja liat saya bangun tidur. Masih nggak nyangka? Masih terpesona?" parau Draco.

Hermione mengernyit heran dengan kepercayaan diri Draco. Namun tak pelak, pipinya bersemu.

"Apaan, sih. Pede banget." katanya yang lalu bangkit. Ia berjalan kearah jendela lalu membuka gorden. Membuat cahaya matahari langsung masuk menyinari.

Pelangi Rindu (DRAMIONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang