(15) Jangan tinggalkan dia

1K 174 18
                                    


"Maaf, bisa kembalikan suami saya."

Hermione masih berdiri kaku. Tangannya menggenggam erat tali tasnya. Mencoba menahan amarahnya.

Perempuan itu mendongak. Ada keterkejutan di matanya ketika melihat Hermione yang ada di hadapannya. Ia pun melepas rangkulannya pada pundak Draco.

"Oh, Ma-maaf.. Ini nggak kaya yang kamu pikir, kok." katanya seraya bangkit. Draco pun ikut berdiri.

"Mione?" kini satu-satunya laki-laki yang ada disana itu pun mendekati Hermione.

"Jangan pasang wajah kaya gitu. Itu makin ngebuat aku mikir yang macem-macem." seru Hermione. Ia mendekati perempuan berambut hitam kelam sebahu itu, lalu mengulurkan tangan. "Saya, Hermione. Istri Draco. Kamu siapa?"

Si perempuan tersenyum manis. Ia pun menyambut tangan Hermione dengan semangat, "Aku Pansy. Sahabat Draco yang baru pulang dari Amerika. Kamu jangan marah sama aku, ya. Tadi Draco yang meluk duluan. Jadi marahin dia aja." Pansy menunjuk Draco dengan telunjuknya.

Hermione kini menatap Draco. "Bisa kamu beliin saya minum?"

Draco menatap Hermione dan Pansy bergantian. Lalu mengangguk dan pergi tanpa mengatakan apa-apa.

"Jadi.. Kamu sahabat Draco itu? Penyuka kuda?"

Pansy mengangguk ceria, "Kuda darat,ya tapi. Draco cerita, kamu milihin aku hadiah gelang yang bandulnya bentuk kuda laut."

Hermione tertawa kecil, "Maaf. Aku kira kan sama-sama kuda."

"Nggak apa-apa. Oh iya, boleh aku bilang sesuatu?"

Hermione mengernyit, "Apa?"

Pansy tersenyum, "Saat ini, Draco sedang butuh sandaran. Dari dulu dia memang susah buat mengekspresikan perasaannya. Jadi kalau dia bilang nggak apa-apa dan mau sendiri, itu tandanya dia ada apa-apa dan butuh seseorang di sampingnya."

Hermione terdiam sesaat. "Tapi aku istrinya. Harusnya dia bisa terbuka, kan."

Pansy menepuk bahu Hermione, "Draco itu beda, Herm. Kamu harus beradaptasi dengan itu."

Kedua perempuan itu menoleh ketika Draco sudah kembali dengan dua botol air mineral. Ia memberikan itu pada Hermione dan Pansy.

"Yaudah, aku keatas dulu, ya. Mau lihat Dion dan cek keadaan tante Cissy."

Hermione dan Draco mengangguk bersamaan. Setelah Pansy pergi, Hermione mengajak Draco untuk duduk di kursi taman. Kebetulan hujan pun sudah berhenti.

"Dia itu sahabat-"

"Saya tahu." potong Hermione. Ia membuka tutup botol dan meminum air mineral yang dibelikan Draco.

Hermione menghembuskan napasnya. Lalu merentangkan tangannya. "Sekarang ada saya disini. Jadi kamu bisa peluk saya aja."

Draco tersenyum dan berhambur kepelukan Hermione.

"Ternyata kamu belum terbuka sama saya, ya."

Draco semakin mempererat pelukannya, "Maaf."

"Mama nggak akan kenapa-kenapa. Kamu harus percaya itu. Mama itu orang yang kuat. Saya yakin, dia akan bertahan demi anak-anaknya."

Draco mengangguk. "Mione, saya mau cerita."

"Hm, apa?"

"Tentang ayah. Selama ini saya nggak pernah cerita bagaimana dan kenapa ayah bisa meninggal karena setiap ingat kejadian itu, hati saya selalu sakit."

Draco melepas pelukannya, dan mencoba duduk dengan lebih tegak. Membuka lembaran pahit dalam ingatan memang tidak pernah mudah.

"Ayah meninggal karena dibunuh."

Pelangi Rindu (DRAMIONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang