"Siapkan mobil. Saya sebentar lagi akan pergi ke kantor.""Siap, den!"
Draco membetulkan jasnya sekilas, lalu mengambil beberapa berkas yang ingin dia urus dengan koleganya di kantor siang ini. Ya, sebagai seorang CEO tidak ada yang namanya santai-santai di rumah. Ia harus berusaha sekeras mungkin untuk selalu menjadikan Malfoy corporation menjadi perusahaan paling berpengaruh di kota ini. Apalagi saat ini, Ia hendak membuka cabang lagi di kota-kota besar yang lainnya.
Drdddd drddddd
Draco meraih i-phonenya dan menempelkan pada telinga kanannya.
"Iya, Ma? Ada apa?"
"Draco, bagaimana dengan penawaran mama minggu lalu?"
Draco menghela napasnya, "Draco sudah bilang kan Ma, Draco belum ingin menikah."
Terdengar helaan napas berat diseberang sana, "Tapi mau sampai kapan, nak? Umur mama sudah nggak lama lagi. Mama mau lihat Draco menikah dulu."
Pemuda itu segera menutup berkas-berkasnya, dan mengalihkan telfonnya dari telinga kanan ke telinga kirinya, "Mama bicara apa, sih? Jangan pernah bicara seperti itu!"
"Kita nggak ada yang tahu apa yang terjadi esok hari, Draco. Bahkan kita nggak tahu apa yang terjadi untuk hari ini. Mama cuma mau melihat anak sulung mama bahagia."
Draco mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia menutup matanya sesaat, dan kembali berbicara dengan ibunya itu. "Kita bicarakan nanti saat mama sudah sampai di rumah. Kapan pengobatan mama selesai?"
"Mungkin satu minggu lagi."
"Ya sudah, baik-baik disana, Ma."
"Iya, nak. Jaga adikmu ya."
"Iya, Ma. Cepat pulang."
Dengan begitu, Draco segera menutup telfonnya. Ia duduk di sofa kerjanya. Memijit keningnya yang terasa penuh dengan berbagai pemikiran. Ia tidak tahu harus apa lagi. Sekuat tenaga Ia berusaha membahagiakan keluarganya, namun ternyata itu semua tidak cukup. Bukan hanya uang yang mereka butuhkan. Tapi hal-hal lain, yang entah Draco bisa kabulkan atau tidak.
"Ibu anda di diagnosa mengalami gagal ginjal. Satu-satunya cara untuk menyembuhkannya adalah, dengan melakukan donor ginjal."
"Mama nggak mau di operasi sebelum melihat Draco menikah. Mama takut operasinya gagal, dan mama nggak bisa melihat menantu mama."
Braakkk!!
Darah mengalir dari buku-buku tangan pemuda itu. Tapi dia membiarkannya. Baginya, rasa sakit ini tidak sebanding dengan apa yang dirasakan di hatinya. Ia tidak akan sanggup bila harus kehilangan ibunya. Sudah cukup Ia merasa terpuruk karna kepergian ayahnya satu tahun yang lalu. Entah Ia akan bertahan hidup atau tidak, jika ibunya menyusul ayahnya.
Dengan asal, Draco melilit tangannya dengan kasa gulung. Setelah itu, Ia keluar kamar dengan berkas-berkas di tangan kirinya.
"Den, mobilnya sudah saya panaskan."
Draco hanya mengangguk sekali pada supir keluarganya itu, lalu berjalan cepat menuju garasi rumahnya. Ia membanting pintu mobil ketika sudah duduk di kursi pengemudi. Memasang seat belt, lalu langsung tancap gas meninggalkan rumah mewahnya itu.
...
Hermione terduduk di kursi semen. Ia mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah karna kepanasan. Sudah satu minggu Ia bekerja sebagai sales, tapi sampai sekarang belum berhasil juga. Berpuluh-puluh brosur sudah Ia bagikan, tapi tetap saja belum ada yang berminat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Rindu (DRAMIONE)
Fanfiction[COMPLETED] Aku memang tidak mengenalmu dengan baik. Tapi yang aku tahu, ternyata mencintaimu bisa sangat menyakitkan - HJG