SPANDUK BERTULISKAN NAMANYA

31 5 0
                                    

Daerin menghentikan langkah kakinya saat melihat Baro beberapa langkah di hadapannya. Namja itu tengah berjalan di koridor dekat kelasnya sambil membawa selembar kertas tergulung segenggamannya.

Dari belakang saja dia sudah terlihat mempesona. Para yeoja yang dilaluinya pun tidak akan menyia-nyiakan pemandangan berjalan itu.

Daerin mempercepat langkahnya menghampiri Baro.

"Baro-ya!" kaget Dae Rin, lalu melingkari lengan Ba Ro dengan kedua tangannya.

"Ah, ternyata kau." Respon Baro dengan senyum tipis.

"Oh ya, kudengar kau terpilih untuk mengikuti lomba bahasa. Chukkae!" lanjut Baro sambil merapikan poni Daerin yang berantakkan karena menghampirinya tadi.

"Hmm.. Aku hanya beruntung saja. Sebentar lagi sekolah ini akan menyesal telah memilihku," keluh Dae Rin mulai bersandar di pundak tegap milik Baro sambil diikuti dengan tawa singkat.

"Kau tidak perlu khawatir. Penulis novel itu akan menjadi rekanmu." Ungkap Baro.

Penulis novel itu adalah Jung Jinyoung, kelas A di tingkat 2. Namja pendiam yang terlihat misterius itu cukup terkenal karena beberapa novelnya yang berhasil terbit.

Dae Rin sangat menyukai novel-novelnya itu. Bahkan bisa dibilang, jika Daerin adalah penggemarnya.

Para namja di sekolah itu lumayan iri dengan prestasi Jinyoung, bukan karena dia berhasil menerbitkan sebuah buku, melainkan karena dia berhasil menarik perhatian Daerin. Itu bukanlah hal yang mudah.

"Jung Jinyoung, 2A? Jinjja?!" Dae Rin menaikkan nada bicaranya karena saking terkejut.

Baro membalas wajah terkejutnya itu dengan sebuah anggukkan kepala. "Dan kalau tidak salah, siang nanti kau ada pengarahan di aula."

"Aku malas. Lagipula nanti aku ada rapat Osis." Ujar Daerin malas.

Langkah Baro terhenti ketika ada sesuatu yang berbeda di hadapannya. Dia mencoba mempertajam panglihatannya untuk membaca tulisan yang tertera di spanduk yang terpampang beberapa langkah di depannya.

"SA-RANG-HAE-KIM-DAE-RIN" ucap Baro setelah berhasil membaca spanduk itu.

Terkejut dengan apa yang didengarnya, Dae Rin pun langsung menatap Baro. Didapatinya namja itu yang sedang diam terpaku menatap lurus kedepan.

Saat mengikuti sorot matanya, Daerin langsung terkejut dengan spanduk aneh yang terpampang disana.

"Aish.. apa lagi ini? Tidak adakah hari tanpa pernyataan cinta?" keluh Daerin seakan bosan dengan hari-hari yang dilaluinya.

Mendengar perkataan itu Ba Ro hanya tertawa dan mencoba melepaskan tangan Dae Rin yang masih melingkar manis di lengannya.

"Hadapi fansmu sendiri," bisik Ba Ro di telinga Dae Rin, lalu pergi setelah menepuk-nepuk pundak Daerin.

"Hya.. jangan tinggalkan aku." Cegah Daerin, namun Baro tetap pergi meninggalkannya dengan spanduk itu.

"Dae Rin-ah," panggil seorang namja yang berada di balik spanduk itu. Tidak terlihat wujudnya, hanya terdengar suaranya.

Tak lama kemudian, keluarlah seorang namja dari balik spanduk, berjalan perlahan ke arah Daerin. Terus mendekat dan terus mendekat.

"Maukah kau menjadi kekasihku?" ungkap namja tadi saat berjarak satu langkah dari hadapan Daerin.

Tanpa basa-basi, Daerin langsung menjawabnya dengan satu kata singkatnya 'Mian,' yang disertai senyuman, lalu pergi meninggalkan namja dengan spanduk aneh itu.

"Ani, kau tidak bisa hanya bilang itu saja." Tahan namja tadi dengan memegang erat tangan Daerin, tidak bisa membiarkannya pergi.

"Lalu aku harus bilang apa?" tanya Daerin sambil berusaha melepaskan cengkraman namja itu.

"Aku sudah mengeluarkan banyak biaya untuk membuatnya, setidaknya hargailah. Lihat karyaku itu lebih mendalam, kau bisa melihat kesungguhan perasaanku didalamnya." Jelas sang namja mengutarakan yang ada di pikiran san hatinya.

Daerin tidak mendengarkannya sama sekali, dia masih mencoba melepaskan genggaman erat namja itu yang mulai terasa menyakitkan.

"Hya, tidak bisakah kau melepaskan tanganku?! Apa kau begitu senang menjadi pusat perhatian?!" omel Daerin amat marah.

Benar saja, semua murid yang melalui koridor itu berhenti dan melihat apa yang sedang berlangsung disana. Daerin seakan menjadi tontonan menyenangkan untuk mereka.

"Terimalah perasaanku, aku akan membuatmu bahagia. Percayalah aku......"

BRAGG..

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, namja itu sudah jatuh terkapar. Sepertinya pipinya mulai lebam akibat pukulan maut yang melayang dari tangan Baro.

"Kenapa kau melakukan hal yang tidak berguna? Terima saja, dia tidak menyukaimu. Jika kau masih mengganggunya, aku akan membuat lubang di pipimu. Arasseo?!" ancam Baro dengan penuh amarah. Dia sungguh tidak tahan melihat namja yang memaksakan kehendaknya sendiri.

"Kajja." Ajak Baro sambil menggandengan lembut tangan Daerin. Mereka berdua pun pergi darisana. Membiarkan namja yang masih tersungkur itu dengan spanduk aneh dan semua perhatian murid padanya.

Complicated LoveWhere stories live. Discover now