CHA BARO

21 6 0
                                    

Di gedung olahraga yang sepi, Baro dan Gongchan sedang berhadapan di tengah lapangannya. Saling menatap satu sama lain.

Tatapan mereka cukup serius, berbeda dari tatapan di hari-hari biasa. Mendadak suasana di sana terasa menegangkan.

Dipegang oleh Gongchan benda bulat yang biasa digunakan untuk bermain basket.

"Sireo, aku tidak bisa melakukannya." Tolak Gongchan tegas, lalu mengoper bola yang dipegangnya ke arah Baro.

"Wae? Bukahkah aku yang menang? Apa kau lupa peraturannya?" heran Baro atas jawaban Gongchan. Tangannya mulai mendribbel bola dan menggiring bola tersebut. Tujuan utamanya adalah ring basket yang berdiri tegak disana.

"Tapi, jika itu yang kau minta, aku benar-benar tidak bisa melakukannya. Mianhe." Jelas Gongchan sambil mencoba mencuri bola dari Baro.

Baro melesat menghindari Gongchan, lalu melempar bola itu masuk ke dalam ring dengan kerennya. Gerakannya begitu mulus tanpa cacat sedikitpun.

"Jadi, kau menyukai salah satu dari mereka?" terka Baro. Matanya kini menatap Gongchan menyelidik, seakan mencurigai temannya itu.

"Anggap saja seperti itu." Jawab Gongchan santai, lalu mengambil bola yang menggelinding keluar dari lapangan.

Tidak tahu kata apa lagi yang harus dikeluarkan, Baro hanya terdiam memandangi temannya itu.

"Kabari aku jika kau sudah memikirkan kembali permintaanmu. Aku pergi." Pamit Gongchan setelah mengambil bola dan tasnya.

***

Keesokkan harinya :

Baro mempercepat jalannya hingga berlari, ketika melintas sebuah bus di depannya. Bus itulah yang akan membawanya ke sekolah. Jika dia tidak sempat menaiki bus tersebut, maka dia harus menunggu bus berikutnya yang mungkin akan datang 1 jam kemudian. Hari ini dia bangun lebih telat dari hari-hari sebelumnya.

Dipukul olehnya badan bus yang mulai berjalan perlahan. Untungnya sang sopir mendengar suara pukulan itu. Bus kembali berhenti demi mengangkut namja pemalas itu.

"Gamsahamnida.." ucap Baro dengan suara bassnya, sambil menempelkan ponselnya ke mesin sensor di sebelah supir.

"Aish.. ternyata kau." Gerutu Daerin kesal, tak mengira namja yang menghentikan bus tadi adalah temannya sendiri.

Melihat Daerin disana, Baro pun langsung menuju kursi kosong di sebelah Daerin.

"Kau kesiangan." omel Daerin langsung tanpa basa basi.

"Begitulah. Sejujurnya aku malas ke sekolah hari ini." Ungkap Baro sambil mencoba menyandarkan kepalanya di bahu Daerin, menyamankan tubuhnya dan berniat melanjutkan tidurnya.

"Aku juga malas, apalagi jika sudah telat seperti ini, macet pula. Augh.." keluh Daerin sambil meratapi kondisi jalan dari jendela.

Jalan raya hari ini bisa dibilang cukup padat, bus yang biasanya akan melaju cepat, kini hanya bisa merambat. Suara klakson mobil pun saling bersautan, menambah runyam keadaan jalan. Pemandangan yang sangat familiar untuk para pengguna jalan.

"Bagaimana jika kita bolos saja?" saran Baro setelah mengangkat kepalanya dari bahu Daerin.

"Huh?!" Daerin mengalihkan pandangannya dari jendela ke arah namja di sampingnya.

"Percuma saja kita ke sekolah, kita tidak akan bisa masuk kelas juga." ujar Baro mencoba meyakinkan Daerin agar membolos.

"Ah, benar. Jam pertamaku Ahn seongsaenim. Aku bisa jadi bubur cair jika telat di jam pelajarannya." oceh Daerin, dia baru mengingat list guru yang akan masuk ke kelasnya hari ini.

"Bolos saja. Ada banyak tempat yang bisa kita datangi." rayu Baro mencoba menjerumuskan yeoja cantik itu.

Daerin memang yeoja yang mudah dipengaruhi untuk urusan membolos. Daftar poin pelanggarannya sudah lumayan banyak dibanding murid yeoja lain. Namun Baro dan Gongchan masih menduduki peringkat 10 besar soal poin pelanggaran mereka.

"Call." Jawab Daerin singkat, tak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk menyetujui tawaran menggiurkan Baro itu.

***

Dua orang pelajar SMA berseragam terlihat berkeliaran di sebuah jalan Seoul. Baro dan Daerin terlihat sangat menikmati hari bolos mereka. Bermain, makan, berjalan-jalan, belanja, karaoke dan sebagainya. Mereka cukup handal memanfaatkan waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk duduk mendengarkan seongsaenim di sekolah.

Sambil menikmati ice cream cone, mereka berjalan menyusuri daerah pertokoan yang ramai. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, tapi kelihatannya sangat menyenangkan. Sesekali mereka bertukar tawa dan candaan.

"Ah,, ayo kita selca." ajak Daerin lalu mengeluarkan ponselnya. Mengarahkan kamera depan ponsel tersebut ke wajahnya dan Baro. Baro pun mendekatkan kepalanya ke Daerin sambil menatap layar ponsel yeoja itu.

"Hana deul set." Ucap Daerin sambil berpose.

"Wah,, bukankah kita terlihat serasi?" ujar Baro berpendapat sambil memerhatikan hasil jepretan Daerin tadi.

"Benar.. tidak heran banyak rumor tentang kita yang bertebaran." Aku Daerin. Dia cukup sependapat dengan Baro.

"Kenapa tidak kita buat rumor itu menjadi berita sungguhan?" perkataan Baro itu mampu membuat dirinya dan Daerin saling bertatapan, seakan saling berbicara lewat mata.

"Aku hanya bercanda. Kenapa kau serius sekali?" oceh Baro sambil mengenai mulut Daerin dengan ice cream miliknya.

"Hya..!!" teriak Daerin kesal, yang berhasil membuat Baro berlari sambil meledeknya.

Complicated LoveWhere stories live. Discover now