GONG CHANSHIK

27 5 0
                                    

Sambil membawa dua kaleng minuman, Daerin berlari kecil menuju tempat dimana Gongchan terduduk saat ini. Di tepi taman dekat daerah rumahnya, namja tinggi itu sedang memijat lembut lengan kanannya sendiri.

"Gwenchana?" tanya Daerin sambil menyodorkan salah satu kaleng minuman yang sudah dibuka terlebih dahulu olehnya.

"Apa kau sangat mengkhawatirkanku?" ungkap Gongchan dengan nada manja yang menyebalkan sambil meraih minuman dari tangan Daerin.

"Jika lenganmu terluka, siapa nanti yang akan membawakan belanjaanku." ketus Daerin setelah menepuk wajah Gongchan agar adegan manjanya terhenti.

"Ah,, Jinjja kejam sekali. Kenapa aku tahan berteman denganmu?" oceh Gongchan mulai heran dengan dirinya sendiri.

Mulai ditenggak olehnya minuman yang diberikan Daerin tadi.

"Dulu kau bilang, kau berteman dengaku karena aku cantik." puji Daerin pada dirinya sendiri sambil mengedipkan matanya berlagak cantik.

"Kapan? Jangan mengada-ada, di mataku hanya Inhye yang terlihat cantik." bantah Gongchan langsung.

"Bicara soal Inhye, kau seharusnya memberikan bunga itu langsung padanya, pabo, pabo pabo." omel Daerin dan tak henti hentinya memukuli lengan Gongchan, seperti lupa jika lengan Gongchan sedang sakit.

"Appo... Aish.." rengek Gongchan mulai mengelus-elus lengannya yang terasa perih.

Lengan Gongchan mengalami cidera saat latihan basket di sekolah tadi. Entah sengaja atau tidak, seorang senior menubruk tubuh Gongchan hingga membuatnya terjatuh dengan lengan kanannya yang mendarat terlebih dahulu. Alhasil, lengannya terpelintir karena menopang tubuhnya yang ambruk itu.

Lumayan sakit dan cukup menyiksa, kini Gongchan tidak bisa menggerakkan lengan kanannya dengan leluasa. Tapi cideranya itu tidak terlalu parah, petugas kesehatan sekolah mengatakan jika dalam 1 atau 2 hari, lengannya akan kembali normal.

"Jangan berlebihan, Ah.. Aku harus pergi, eomma sudah menelpon." ungkap Daerin setelah melihat sekilas ponselnya yang terus berdering tanpa menanggapi panggilan tersebut.

"Agh.. tidak bisakah kau menemaniku lebih lama lagi, aku bosan." bujuk Gongchan, tidak ingin Daerin meninggalkannya.

"Aku sudah menemanimu mengobrol selama satu jam, lalu menemanimu ke apotik, aku juga sudah membelikan cemilan kesukaanmu di supermarket. Aku sudah terlalu baik padamu hari ini. Eomma sudah menyuruhku pulang daritadi, aku bisa apa?!" jelas Daerin, mengungkit kebaikannya pada Gongchan hari ini. Akibat cidera Gongchan itu, Daerin mendadak menjadi sosok teman yang baik.

"Ah, Arasseo, pulanglah." ujar Gongchan kecewa. Sangat berat hati untuknya membiarkan Daerin pulang. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah menyita waktu Daerin lumayan banyak. Apalagi ini sudah malam, dan tidak baik jika seorang yeoja berkeliaran malam-malam begini.

"Jangan bernada seperti itu, kau membuatku seperti orang jahat yang meninggalkanmu sendirian." ucap Daerin tidak tega dengan nada dan raut wajah Gongchan itu.

"Kau tidak tega meninggalkanku?" oceh Gongchan dengan nada meledek sambil mencubit pipi Daerin.

"Aku pulang." pamit Daerin lalu pergi darisana. Dia langsung berubah pikiran karena tingkah namja itu.

"Hati-hati, banyak anjing liar di perempatan sana." pekik Gongchan memperingati Daerin.

Daerin menanggapi Gongchan dengan lambaian tangannya, tanpa membalikkan tubuhnya sedikitpun.

***

Gongchan merapatkan jaket yang dikenakannya. Udara malam mulai menusuk-nusuk kulitnya. Sambil membawa kantung plastik cemilannya dari Daerin, namja itu menyusuri jalan menanjak yang akan membawanya kembali ke rumah. Langkah kakinya terlihat berat, begitu malas untuk kembali ke rumah.

Tidak sengaja dia kembali teringat dengan apa yang diminta Baro padanya tempo hari. 

Gongchan memang sering menjadi pihak yang kalah di tiap pertaruhannya dengan Baro. Dan dia selalu mengabulkan keinginan Baro, mulai dari membantu mengerjakan tugas, mencuci pakaian dalam, merayu seorang guru, hingga berlari lapangan menggunakan pakaian ketat, bahkan masih banyak lagi. Tapi sepertinya dia tidak bisa mengabulkan keinginan Baro kali ini.

"Aku, Kau, Daerin dan Inhe, kita berempat berteman, bukan? Bisakah kita terus menjadi teman? Jangan ada yang berubah menjadi sepasang kekasih diantara kita berempat."

Perkataan Baro saat di lapangan basket itu terus berlarian di kepalanya. Dia masih tidak habis pikir dengan keinginan temannya itu. Mulai muncul pemikiran-pemikiran aneh di kepala Gongchan tentang penyebab Baro menginginkan hal tersebut. Mereka berempat memang berteman, namun Gongchan tidak bisa hanya berstatus teman dengan Inhye.

"Chan-ah.." Pekik Inhye ketika melihat Gongchan yang berjalan sambil melamun.

Tentu saja lamunan Gongchan langsung buyar ketika mendengar suara yeoja yang tengah hadir di pikirannya itu. Dia menatapnya Inhye bingung. Yeoja yang tadi mondar mandir di kepalanya, kini muncul di hadapannya.

"Kenapa kau disini?" sapa Gongchan bingung.

"Daerin menelponku, dia bilang lenganmu terluka parah dan dia memintaku untuk menemanimu, karena dia sedang sibuk dengan ibunya." Jelas Inhye menceritakan penyebab dirinya mengunjungi rumah Gongchan larut malam.

"Daerin? Yeoja pintar." Gumam Gongchan memuji Daerin. Suasana hatinya mendadak membaik dengan kehadiran Inhye yang amat tidak terduga itu.

"Ne?" Inhye mencoba memastikan pendengarannya.

"Ani ani.. ayo masuk. Diluar dingin sekali." Ajak Gongchan kemudian membukakan pintu rumahnya. Inhye pun mengikuti dari belakang.

"Kenapa kau keluar malam-malam begini, apa lenganmu tidak sakit?" tanya Inhye khawatir sambil menatap lengan Gongchan.

"Huh? Aaa.. Appo.." rintih Gongchan melebih-lebihkan. Bermaksud mencari perhatian dari yeoja yang disukainya itu.

"Seharusnya kau istirahat saja dirumah, jangan kemana-mana. Kau bisa menyuruhku jika membutuhkan sesuatu." Omel Inhye dan langsung mengambil alih atas kantung belanjaan Gongchan.

"Mana mungkin aku menyuruhmu pergi ke supermarket malam-malam begini." Ujar Gongchan sambil menatap serius lawan bicaranya. Padahal tadi, dialah yang menyuruh Daerin untuk membelikan cemilannya di supermarket.  

"Ey.. kita ini kan teman. Jangan sungkan." Ujar Inhye ramah.

"Teman? Aku tidak suka kata itu." Keluh Gongchan. Nada bicaranya terdengar kesal.

"Wae?" tanya Inhye polos dengan tatapan menyelidik.

Complicated LoveWhere stories live. Discover now