SO INHYE

27 5 0
                                    

Sebuah bus yang tadinya berhenti untuk menurunkan dan menganggut penumpang di halte itu kini mulai berjalan lagi. Pemandangan seperti itulah yang telah dinikmati Inhye berturut-turut selama beberapa menit lalu hingga sekarang.

Di sebuah halte bus, Inhye tengah duduk sendirian. Suatu kegiatan rutin yang dilakukannya ketika memiliki janji dengan Daerin, Baro dan Gongchan, yaitu menunggu. Seperti sudah hukum alam, Inhye selalu menjadi yang pertama datang di tiap janji mereka.

Sudah banyak pula bus yang dia acuhkan demi menanti kedatangan teman-temannya yang selalu terlambat itu.

Hari ini mereka berencana untuk mengunjungi sebuah taman hiburan yang beberapa hari lalu mengeluarkan discount menggiurkan. Untuk pembelian lebih dari 3 tiket akan mendapat potongan 80% per tiket, sedangkan untuk pembelian satu tiket hanya akan mendapat potongan 20% per tiket. Tentu saja discount itu dimanfaatkan dengan baik oleh para pelajar yang krisis uang saku.

Dengan wajah gelisah, Inhye terus mengecek jam tangannya. Di menit berikutnya, Innhye mencoba mengirim pesan ke Daerin untuk menanyakan keberadaannya.

 Di menit berikutnya, Innhye mencoba mengirim pesan ke Daerin untuk menanyakan keberadaannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Situasi 104 adalah situasi darurat dimana Ibu Gongchan akan berpura-pura sakit, agar Gongchan dan Daerin mengurusnya seharian penuh. Suatu kebiasaan aneh yang kambuh tak menentu.

Ibu Gongchan sangat menyukai Daerin dan sangat menginginkan Daerin menjadi menantunya. Dia akan merajuk selayaknya anak balita sambil berpura-pura sakit agar Daerin dan Gongchan bersama di hadapannya. Masalah akan memanjang jika keinginannya tidak terpenuhi.

Sudah sangat hafal dengan situasi 104 itu, Inhye langsung mengirim pesan ke Baro agar namja itu tidak perlu datang. Acara bersenang-senang mereka akan ditunda hingga besok.

Keadaan di rumah Gongchan :

"Daerin-ah, bisa kau suapi sup itu." Pinta ibu Gongchan ramah dengan sebuah senyum yang terlukis tulus.

"Ne, eommonim." Jawab Daerin, lalu mulai menyuapi yeoja dewasa itu.

"Pijat yang benar." omel Ibu Gongchan kepada anaknya.

Gongchan tengah memijat tangan ibunya dengan wajah kesal. Benar-benar tidak percaya dia memiliki ibu yang kekanakkan seperti itu.

"Benar-benar merepotkan." Gerutu Gongchan.

"Eomma bisa mendengarmu." Sindir Ibu Gongchan sambil menatap Gongchan sekilas dengan tatapan murka. Namun kembali tersenyum ramah ketika menatap Daerin.

***

"Baro-ya, kenapa kau datang? Kau tidak menerima pesan dariku?" kejut Inhye ketika melihat Baro yang baru muncul di halte itu.

"Kau mengirim pesan? Ponselku tidak berbunyi." Oceh Baro sambil mencari ponselnya mulai dari saku jaket hingga saku celana. Tapi tak berhasil dia temukan.

"Sepertinya ponselku tertinggal di rumah, memangnya ada apa?" lanjutnya santai.

"Situasi 104, kita akan ke taman hiburannya besok." Jawab Inhye kecewa, wajahnya terlihat tidak bersemangat.

"104?! Aish.. Aku sudah terlanjur datang, kenapa kita tidak kesana saja? Biarkan Daerin dan Gongchan yang pergi besok." Ujar Baro berpendapat, dia tidak ingin kedatangannya sia-sia.

"Hanya kita berdua?" bingung Inhye, tidak percaya jika hanya dia dan Baro yang akan pergi ke taman hiburan itu.

"Kajja, busnya sudah datang." Ajak Baro langsung menaiki bus yang berhenti di hadapannya saat ini.

Tak sempat berpikir lagi, dengan spontan Inhye ikut menaiki bus itu.

***

Suasana canggung sudah tercium mulai di dalam bus hingga mereka sampai di tempat tujuan. Ini adalah pertama kalinya, Inhye dan Baro pergi hanya berdua saja.

Gerbang taman hiburan itu dipenuhi oleh berbagai macam manusia. Bagaimana tidak, fasilitas diskon yang diberikan hanya berlaku hingga besok. Maka tak heran jika taman hiburan itu sangat ramai dan sesak.

"Wah,, ramai sekali." Ungkap Inhye mencoba mencairkan kecanggungan diantara mereka.

Setelah menatap Inhye sebentar, Baro menarik tali tas Inhye hingga membuat Inhye mendekat ke arahnya. Kini tidak ada lagi jarak yang membatasi mereka berdua, pundak mereka saling menempel. Dan bahkan tangan Baro sudah mendarat indah di pundak Inhye. Mendekap yeoja itu seakan takut kehilanganya. Mata Inhye membesar, tertegun dengan perlakuan Baro padanya.

"Jangan jauh dariku. Akan merepotkan jika kita terpisah. Aku tidak bawa handphone." Ujar Baro tanpa menatap lawan bicaranya.

"Benar juga." Ucap Inhye pelan, wajahnye terlihat gugup. Menelan ludah saja sepertinya cukup berat dilakukan Inhye saat ini.

Complicated LoveWhere stories live. Discover now