TENTANG JANJI

16 5 0
                                    

Drrt Drrt Drrt,

Mode silent yang digunakan Daerin pada ponselnya membuat ponsel itu akan bergetar tiap ada pesan atau panggilan masuk. Segera di cek olehnya apa yang membuat ponselnya itu bergetar. Di tampilan layarnya terlihat banyak pesan dan panggilan masuk yang dia abaikan. Tentu saja itu adalah pesan dan panggilan dari para penggemar setianya. Diantara pesan dari penggemarnya itu, terdapat satu pesan yang baru masuk dari Baro.

"Aku di depan rumahmu." Ucap Daerin membaca pesan Baro itu dengan bersuara. "Apa yang dia lakukan?" lanjutnya sambil membawa ponselnya itu dan beranjak keluar dari kamar.

Benar saja, di depan pagar rumah Daerin saat ini, berdirilah Baro yang tengah menanti yeoja itu keluar.

"Kau tidak sedang belajar atau mengerjakan tugas kan?" terka Baro mengawali percakapan mereka.

"Apa kau sedan bosan? Kenapa ke rumahku? Cih, kau bahkan datang dengan tangan kosong." Jawab Daerin dengan melayangkan pertanyaan.

"Kajja. Temani aku jalan-jalan, aku akan membelikanmu cemilan." Ajak Baro sambil menggandeng tangan Daerin.

Mereka berdua berjalan menuju supermarket yang berada tak jauh dari rumah Daerin. Setelah menyogok Daerin dengan beberapa cemilan dan minuman, mereka berdua kembali berjalan bersama menyusuri daerah sekitar rumah Daerin itu. Tidak banyak percakapan yang terjadi, mereka lebih banyak diam dan saling menatap seakan berbicara melalui mata.

"Bagaimana dengan perpindahanmu?" tanya Baro mencoba memulai permbicaraan diantara mereka.

"Jangan bicarakan tentang perpindahanku. Aku selalu kesal jika membahasnya. Bicarakan tentang hal lain saja." Bantah Daerin. Dia memang tidak pernah menyukai tentang apapun yang berhubungan dengan perpindahannya.

"Baiklah.. Hmm bagaimana jika kita membicarakan tentang masa lalu?" ujar Baro setelah melihat sekilas ke arah Daerin yang berada di sebelah kirinya saat ini.

"Hya, Cha Baro. Kau tahu, kau bukan tipe orang yang suka berbasa-basi. Kenapa kau membuatku bingung? Langsung saja katakan apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan." Oceh Daerin yang merasa aneh dengan temannya itu. Daritadi dia merasa jika ada hal penting yang ingin disampaikan Baro, hingga namja itu datang ke rumahnya malam-malam begini. Tapi, Baro terus saja membicarakan hal yang tidak jelas, seperti sedang mengulur-ulur waktu.

"Aku menyukaimu. Aku masih menyukaimu dan bahkan aku tambah menyukaimu." Ungkap Baro langsung. Suasana disana langsung berubah menjadi sunyi.

Daerin tertegun mendengar hal yang jauh dari bayangannya saat ini. Dia hanya menatap Baro dengan sepasang matanya yang membesar karena saking terkejutnya.

"Aku tidak tau apa ini waktu yang tepat, dan aku juga tidak pernah tau kapan waktu yang tepat. Yang aku tahu, aku harus mengatakannya padamu." Jujur Baro pada lawan bicaranya itu. Tatapannya sangat menunjukkan keseriusan atas perkataannya.

"Apa kau sedang mencoba membuatku tertawa? Jangan bercanda dengan tatapan seperti itu. Aku bisa mengira jika ini sungguhan." Respon Daerin yang diiringi dengan tawa canggungnya.

"Bukankah kau sudah berjanji padaku? Jangan bilang jika kau melupakan janji itu." Ujar Baro masih dengan tatapan serius miliknya.

Flashback on :

Seminggu setelah upacara penerimaan siswa baru di salah satu SMP di Seoul. Berlatar di halaman belakang sekolah. Terlihat seorang murid namja dan yeoja yang sedang berbincang disana. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi suasana disana cukup sunyi. Tidak banyak bahkan hampir tidak ada murid yang melintas disana.

"Aku menyukaimu." Ucap Baro dengan wajah yang mulai memerah. Tatapannya cukup serius pada yeoja di hadapannya.

Yeoja itu adalah yeoja yang selama seminggu ini telah menarik perhatiannya dan juga namja lain. Yeoja yang langsung terkenal di kalangan murid namja karena kecantikannya. Yeoja itu juga sudah mendapatkan banyak pernyataan cinta dari pada senior disana. Suatu rekor tak tertulis yang cukup membanggakan.

"Apa kau sedang mencoba membuatku tertawa? Jangan bercanda dengan tatapan seperti itu. Aku bisa mengira jika ini sungguhan." Respon Daerin yang diiringi dengan tawa canggungnya.

"Aku serius dengan perkataanku. Aku tidak pernah bercanda jika menyangkut perasaan." Bantah Baro langsung, dia mengerahkan seluruh keberaniannya untuk bicara pada yeoja itu hari ini.

"Kalau begitu, Mian." Daerin dengan ucapan yang selalu diberikannya pada semua namja yang menyatakan perasaan padanya.  Kemudian beranjak, dia berniat  untuk meninggalkan namja yang sangat berharap padanya itu.

"Tunggu, kau tidak bisa memperlakukanku seperti namja yang lain." Tahan Baro sambil menggenggam tangan Daerin. Dia tidak mengijinkan yeoja itu untuk pergi dari hadapannya.

"Lalu, apa aku harus memperlakukanmu seperti seorang yeoja? Omo.. ada yeoja yang menyukaiku." Ledek Daerin, dia sangat tidak serius menanggapi pernyataan Baro tentang perasaannya.

"Kau tidak seharusnya mempermainkan keseriuskanku." Ucap Baro yang terdengar kesal.

"Hya, kau. Apa kau mengenalku dengan baik? Apa kau tau tentang alergiku? Apa kau tau makanan kesukaanku? Apa kau tau warna dan angka kesukaanku?" Daerin yang melemparkan beberapa pertanyaan pada Baro.

Baro hanya terdiam, tanpa bisa menjawab satupun dari pertanyaan yang dilontarkan Daerin padanya.

"Lihatlah!! Kita berdua tidak saling mengenal, bagaimana bisa kau langsung menyatakan perasaanmu begitu saja, huh? Namja yang sudah mengenalku dari SD saja langsung kutolak. Ini terdengar konyol." Oceh Daerin dan mulai melepaskan tangan Baro yang menggenggamnya.

"Apa kau tidak pernah dengar tentang cinta pada pandangan pertama?" selidik Baro tanpa melepaskan tatapannya dari Daerin.

"Cinta pandangan pertama?! Jangan membuatku tertawa. Aigoo, kau terdengar seperti anak kecil." Kritik Daerin dengan nada meledek lalu kembali memalingkan wajahnya, berniat pergi darisana.

"Hya, kau tidak bisa menolak namja tampan sepertiku begitu saja." cegah Baro yang kembali menggenggam tangan Daerin hingga yeoja itu kembali berbalik.

"Jadi seperti inilah ketika namja tampan menyadari ketampanannya. Baiklah aku mengakuinya. Kau memang tampan, tinggi dan terlihat sering berolahraga. Kau namja pertama yang mampu membuatku mengatakan alasanku menolakmu," Ungkap Daerin jujur mengatakan apa yang ada di kepalanya.

"Lalu, apa kau akan menerimaku?" terka Baro. Perkataan Daerin tadi seakan membuat gerbang harapannya terbuka kembali.

"Ani, aku bukannya ingin menerimamu. Aku ingin mengajakmu untuk menjadi temanku. Ayo kita berteman." Tawar Daerin.

"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?" Baro mencoba mencari kejelasan dari perkataan Daerin itu.

"Ayo kita berteman selama tiga atau empat tahun kedepan. Ayo kita berteman hingga kita menjadi benar-benar dekat seperti saudara. Jika kau sudah benar-benar mengenalku dan perasaanmu padaku masih tetap sama. Kembalilah nyatakan perasaanmu padaku. Saat itu terjadi, aku berjanji akan menanggapi perasaanmu dengan sangat serius." Ujar Daerin yang memberi kesempatan pada Baro untuk mengenalnya lebih dekat.

"Saat itu terjadi, apa kau akan menerimaku?" tanya Baro menyelidik, berharap jawaban Daerin kali ini akan membuatnya senang walaupun sedikit.

"Aku bukan peramal, mana bisa aku tahu apa yang akan terjadi." Jawab Daerin ketus.

Flashback off

Complicated LoveWhere stories live. Discover now