Kini Daerin sedang berdiri menatap sekolahnya yang penuh kenangan itu. Mendadak suasana disana menjadi meyedihkan, mengingat hari ini adalah hari terakhir Daerin akan berada disana. Hatinya cukup terguncang dengan pernyataan ayahnya pagi ini.
Sang ayah mengatakan jika keberangkatan pesawat yang seharusnya besok pagi di majukan menjadi hari ini, tepatnya nanti sore. Kemungkinan besar Daerin tidak bisa mengikuti acara festival sampai akhir. Daerin sudah kehabisan kata-kata untuk keputusan ayahnya yang sepihak itu. Sekarang dirinya hanya bisa menuruti perintah ayahnya dengan berat hati.
Daerin terus memandangi gerbang tinggi yang menjadi pintu masuk sekolahnya itu. Dia tersenyum tipis ketika mengingat kejadian yang dialaminya di gerbang itu. Dia teringat saat memanjat gerbang bersama Inhye, Baro dan Gongchan karena datang terlambat di hari pertama sekolah di tahun ajaran baru. Juga saat dirinya dan Baro dihukum berdiri sambil memegang poster berisikan penyesalannya karena ketahuan membolos di jam pelajaran.
Setelah menghela napas beratnya, Daerin beranjak darisana. Tujuan pertamanya di pagi ini bukanlah ruang kelasnya atau ruang aula tempat dimana festival berlangsung, melainkan lorong koridor lantai tiga, tempat dimana loker-loker berjejer. Dia harus membersihkan lokernya, mengeluarkan segala hal yang telah disimpannya di dalam lemari kecil itu.
Ketika tiba di koridor lantai tiga, Daerin langsung mengeluarkan satu per satu barang-barang di lokernya dan memasukkannya ke dalam sebuah kardus. Setelah selesai dengan lokernya, Daerin menuju loker ketiga temannya secara bergantian sambil memasukkan sebuah amplop melalui celah pintu loker. Dia meninggalkan sebuah surat untuk orang-orang yang berharga di hidupnya.
Sambil membawa kardus tadi, Daerin berjalan menuju kelasnya. Bukan hanya loker yang menjadi tempat penyimpanannya, laci mejanya pun juga melakukan peran yang sama. Langkahnya mendadak terhenti ketika berada di lorong kelasnya. Dia teringat kembali kejadian-kejadian yang dilaluinya disana. Yaitu saat dia dan Inhye dihukum berdiri sambil mengangkat tangan karena tidak mengerjakan tugas dan juga saat Gongchan dan Baro dihukum mengepel lantai koridor karena memecahkan kaca ruang guru.
Bukan hanya itu saja, dia juga teringat dirinya dan Inhye yang berteriak senang dan memukul-mukul papan pegumuman karena nilai mereka berdua lebih tinggi dari Baro dan Gongchan, juga saat Baro terjatuh karena tali sepatunya sendiri.
Sebuah senyuman langsung terlukis di wajah Daerin, apalagi ketika dia teringat saat Gongchan yang berteriak kepanasan karena supnya tumpah, saat Inhye berlari ketakutan karena ada serangga di tasnya dan saat mereka bertaruh jalan jongkok dari koridor ini sampai ke gerbang.
Kenangan dimana hubungan mereka tidak seperti sekarang ini. Kenangan itulah yang paling berharga untuk Daerin. Mengingatnya saja dapat membuatnya senang dan tertawa. Tapi itu jugalah yang membuatnya berat untuk meninggalkan sekolah ini dan teman-teman tercintanya.***
YOU ARE READING
Complicated Love
FanfictionB1A4 FF Cast : Kim Daerin (OC) So Inhye (OC) B1A4 member Genre : School life, friendship, romance Cerita ini hanyalah khayalan author semata, jangan dianggap serius. ^^v Happy Reading ^^