BERDEBAR-DEBAR

30 5 0
                                    

"Kau mengatakannya terlalu tiba-tiba. Beri aku waktu. Aku akan memikirkan jawabannya dengan serius."

Perkataan Daerin kemarin malam itu terus berkeliaran di kepala Baro. Bahkan namja itu tidak bisa tidur karenanya.

"Apa aku terlalu menekannya?" gumam Baro mulai khawatir dengan Daerin.

Namja itu terus memikirkan hal tersebut di sepanjang jalannya dari halte menuju sekolah. Padalah dia tidak pernah menggunakan kepalanya untuk berfikir di sekolah.

"Daerin-ah." Panggil Baro ketika melihat yeoja itu di hadapannya.

Mendengar namanya terpanggil, Daerin pun menoleh ke sumber suara itu. Dilihatnya disana, Baro tengah berjalan mendekatinya sambil tersenyum. Sapaan pagi yang selalu dilayangkan namja itu padanya.

Tapi hari ini Daerin merasa sapaan itu sangat berbeda dari hari-hari biasanya. Saat melihat Baro, jantungnya langsung berdetak tidak terkendali. Tempo detaknya lebih cepat dari detak normal, rasanya seperti jantungnya ingin lepas dari tempatnya. Tempo detakan jantungnya itu terus meningkat, klimaksnya adalah ketika Baro hanya berjarak beberapa jengkal darinya.

"Ada apa dengan wajahmu itu? Kenapa kau menatapku dengan wajah takut seperti itu?" heran Baro saat melihat ekspresi Daerin yang terlihat tertekan akan kehadirannya.

"Ada yang salah denganku. Sepertinya aku mengalami gangguan pencernaan." Ujar Daerin lalu beranjak meninggalkan Baro sambil menepuk-nepuk dadanya dan mengatur napasnya.

Sedangkan Baro hanya menatap kepergian yeoja itu dengan tatapan bingung dan tidak tahu apa-apa.

Langkah Daerin menuju kelasnya terhenti ketika melihat Inhye dan Sandeul yang sedang bermesraan di dekat tangga. Mereka berdua saling mencubit genit dan bertukar senyuman, sungguh pemandangan sepasang kekasih yang sangat bahagia. Tidak memerdulikan berbagai pasang mata yang menatap kearah mereka. Mereka berdua terus bermesraan seakan dunia dan seluruh isinya adalah milik mereka.

"Dia sangat bahagia, benar-benar bahagia." Gumam Daerin sambil menatap ke arah Inhye. Tidak ingin mengganggu adegan pasangan itu, Daerin pun merubah arah jalannya. Dia berbalik dan lebih memilih jalan memutar untuk menuju kelasnya dengan menggunakan tangga lainnya.

"Kim Daerin." Panggil Gongchan dengan suara beratnya. Namja itu baru tiba di sekolah dan sedang berjalan menuju arah Daerin saat ini.

Dengan gerakan cepat, Daerin langsung membalikkan badan namja tinggi itu agar berjalan ke arah yang sebaliknya. Tentu saja Gongchan cukup bingung dibuatnya.

"Aku bosan lewat sana. Kita cari jalan lain saja. Kajja." Ujar Daerin berbohong sambil merangkul Gongchan kuat.

Tatapan Baro mengarah pada Daerin dan Gongchan di depannya. Dia terus menatap dua temannya itu hingga mereka berbelok dan tidak dapat dijangkau oleh matanya lagi.

"Mau kemana mereka?" gumam Baro heran.

***

Sejak Baro menyatakan perasaannya pada Daerin, sikap Daerin langsung berubah drastis. Daerin pun tidak dapat mengendalikan jantungnya yang terus berdebar-debar jika dirinya berada di dekat Baro.

Masih tidak tahu alasannya, Daerin terus saja menghindari namja itu agar jantungnya bisa kembali berdetak normal seperti kebanyakan orang. Jangankan berada di dekat Baro, menatapnya dari jauh saja sudah membuat jantung Daerin tak beraturan.

Baro sangat tidak paham dengan sikap Daerin padanya itu. Dia hanya bersikap seperti biasa pada Daerin dan terus mencoba berada di dekatnya. Tapi dirinya mulai memikirkan banyak hal. Dia terus mengira jika Daerin sedang merasa tertekan dengan pernyataannya itu. Dia merasa jika dia mengungkapkan perasaannya di waktu yang tidak tepat.

Baro terus berfikir selama perjalanannya menuju aula. Ya.. saat ini adalah momen dimana seluruh penghuni sekolah melakukan beberapa persiapan untuk menyambut festival sekolah. Tiap kelas akan mengirimkan perwakilannya untuk menata meja stand dimana mereka akan menggelar acara mereka. Tiap kelas diwajibkan untuk membuat stand, seperti stand untuk bakti sosial, pertunjukkan, makanan dan sebagainya. Kelas yang paling kreatif akan mendapatkan sebuah penghargaan di akhir festival.

Daerin dan anggota osis lainnya sedang sibuk menyulap aula sekolah menjadi tempat sesuai dengan konsep festival yang dibuat oleh Shinwoo.

Daerin mencoba menaiki tumpukan kursi yang sudah disusunnya. Dia sedang berusaha memasang spanduk festival itu di dinding aula sendirian. Sebuah palu dan beberapa paku sudah siap di genggamannya.

"Hya. Turunlah. Biar aku saja. Bagaimana bisa mereka membiarkan seorang yeoja yang melakukan hal seperti ini." Omel Baro sambil memegangi tumpukan kursi yang ditapaki Daerin saat ini.

"Aku bisa melakukannya." Jawab Daerin tidak menuruti Baro.

"Aku bilang turun. Cepat. Kau bahkan tidak bisa menggapainya." Suruh Baro lagi, dan akhirnya Daerin pun menurutinya.

"Ini. Lakukan dengan benar. Aku akan membantu yang lain." ujar Daerin gugup sambil memberikan palu dan paku itu kepada Baro tanpa berani menatap namja itu sama sekali. Kini dia beranjak meninggalkan Baro.

"Hya, kau kenapa? Apa kau sedang berusaha menghindariku?" tanya Baro yang berhasil membuat Daerin menghentikan langkahnya.

"Mian, pasti kau merasa tertekan dengan pernyataanku itu, aku tidak bermaksud menambah beban pikiranmu. Baiklah, aku memang sangat egois, aku memaksakan kehendakku, padahal kau sedang tertekan dengan persiapan festival dan perpindahanmu. Lupakan saja. Anggap saja aku tidak pernah mengatakannya." Ungkap Baro tulus, Daerin pun berbalik dan mencoba menatapnya.

"Ahhh molla... Aku tidak mengerti. Biasanya aku tidak merasakan apa-apa saat menatapmu, merangkulmu, menggandengmu, bahkan memelukmu. Tapi... Tapi sekarang, melihatmu saja membuat jantungku berdebar-debar. Sungguh menyebalkan. Aku tidak boleh seperti ini. Ah.. aku bisa mati jika terus seperti ini." Jujur Daerin, lalu melanjutkan langkahnya untuk pergi darisana.

"Hya Kim Daerin, berhenti. Tetaplah disana. Jangan berbalik." Teriak Baro dan Daerin melakukan apa yang diperintahkannya.

Baro mulai melangkahkan kakinya untuk berjalan menuju Daerin yang berada beberapa langkah di hadapannya. Setelah berada tepat di belakang Daerin, namja itu langsung memeluk Daerin dari belakang. Tentu saja, kedua mata Daerin membesar seketika. Tak perlu ditanya lagi tentang keadaan jantungnya, sudah serasa ingin meledak.

"Hya, apa yang kau lakukan?" omel Daerin yang langsung melepaskan pelukan Baro itu secara paksa.

"Jantungmu berdebar? Bagaimana dengan ini?" tanya Baro lalu merangkul pinggang yeoja itu, membuat mereka berdua saling mendekat dan bertatapan.

Daerin mengumpulkan kekuatan di kedua tangannya untuk mendorong tubuh Baro darinya. Wajahnya mulai memerah dengan ekspresi bingung dan kaget. Tapi Baro malah menertawainya.

"Aish.. Jinjja.. Hya, pabo-ya. Jika kau berdebar saat bersamaku, itu artinya kau menyukaiku." jelas Baro yang kemudian mengacak-acak poni Daerin diakhir perkataannya.

"Bagaimana bisa? Aku tidak berdebar seperti ini saat bersama Sinwoo sunbae." Bantah Daerin. Dirinya masih tidak bisa mengerti apa yang sedang terjadi padanya saat ini.

"Itu berarti kau lebih menyukaiku daripada Shinwoo sunbae." Ucap Baro sambil memegangi kedua pipi Daerin dan sudah memerah itu.

Complicated LoveWhere stories live. Discover now