Chapter 1 - Momen pertama

8.6K 436 11
                                    


Pendiam dan dingin. Tampaknya adalah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok pemuda berkulit tan yang memiliki tinggi 182cm. Pemuda pemalas yang lebih senang menikmati jam pelajarannya dengan tidur, bahkan tak jarang dia tidak terlihat di dalam kelas dan menghilang entah ke mana. Namun di luar semua sisi negatif pemuda itu, wajahnya yang menarik membuat tak sedikit gadis di sekolah yang justru menganggap hal tersebut adalah komposisi yang tepat yang dimiliki pemuda tersebut.

Berjalan dengan kepalanya yang selalu menatap lurus ke depan. Tak pernah melirik ataupun tergoda pada satu pun gadis cantik di sekolahnya. Terbukti tiga tahun dia menjalani masa sekolah, tak pernah sekalipun dia memiliki hubungan spesial dengan seorang gadis. Bukan dia tidak suka dengan perempuan tentu saja -dia bahkan masih menyimpan cintanya untuk seseorang-, pemuda itu merasa berkencan hanya akan mengurangi waktunya untuk bermalas-malasan. Meskipun begitu, gadis cantik tetap saja mengantre ingin berkencan dengan pemuda itu.
Tak jarang, beberapa gadis sering berkelahi hanya untuk berlomba memperebutkan siapa yang paling pantas berkencan dengan pemuda itu.

Seperti sekarang, Mina, satu dari gadis yang juga mengincar pemuda itu terlihat tengah merampas ponsel milik seorang gadis yang dia tahu pernah mencuri mengambil foto pemuda incarannya. Tampak menyudutkan gadis itu di sebuah tempat sepi di area sekolah, Mina menghapus hampir semua foto pemuda itu pada ponselnya.

"Aku sudah membersihkan yang harus kubersihkan." Kata gadis itu mengembalikan ponsel pada gadis di hadapannya.

"Jika aku melihatmu diam-diam mengambil gambar Jongin lagi, bukan hanya ponsel tapi aku akan menghancurkan tanganmu. Arraseo!"

Mina, salah satu gadis cantik berdarah campuran Korea dan Jepang yang bisa dikatakan sangat terobsesi pada Jongin. Tak pernah dia memberi ampun satu pun gadis yang ketahuan olehnya mencuri pandang pada Jongin. Benar, pria pendiam, dingin dan pemalas namun banyak menjadi incaran para gadis di sekolah itu bernama Jongin, tepatnya Kim Jongin. Pemuda tampan namun tampak angkuh. Dia bahkan tak punya satu teman pun baik di sekolah maupun di luar sekolah. Lagi pula, Jongin tak membutuhkannya.

Pemuda itu sendiri, Kim Jongin, tengah terlihat duduk di undakan tangga antara lantai satu dan lantai dua. Kaki panjangnya dia selonjorkan menghabiskan empat undakan anak tangga. Siku kanannya bertopang di lantai, sementara tangan kirinya menggenggam sebuah boneka lego kecil. Lego itu tampak usang. Catnya bahkan sudah memudar di beberapa bagian, namun tampaknya benda itu teramat penting untuknya.

Tak berapa lama Jongin berdiri. Dia berjalan menaiki undakan hendak menuju lantai tiga karena kelasnya memang berada di lantai tiga. Jam pelajaran sebentar lagi akan selesai, jadi dia pikir mungkin sudah waktunya dia kembali ke kelas. Namun saat pemuda itu baru beberapa langkah berjalan di koridor dia seperti mendengar sesuatu, seperti nafas terengah. Dia lantas menghentikan langkahnya dan mencoba menajamkan pendengarannya. Jongin benar-benar yakin mendengar suara nafas terengah seseorang. Suara itu berasal dari atas, undakan yang menuju lantai atas atap gedung. Alih-alih melanjutkan langkahnya menuju kelas, Jongin lebih menuruti rasa penasarannya dan mencari sumber suara tersebut.

Untuk sepersekian detik Jongin sempat memikirkan hal kotor di otaknya. Pikirnya, berani sekali mereka melakukannya di area sekolah, jika itu memang seperti apa yang dia pikirkan. Terlebih mereka melakukannya saat pelajaran tengah berlangsung. Namun yang Jongin lihat bukanlah seperti apa yang dia pikirkan. Dia melihat seorang gadis duduk memeluk lututnya. Dalam pandangan Jongin gadis itu tampak kacau dan rambut menutupi sebagian wajahnya, dia bahkan meracau hal tidak jelas dengan nafas terengah. Gadis itu tampak ketakutan.

Jongin mengernyitkan bibirnya melihat situasi aneh di hadapannya. Dia mencoba untuk tidak mempedulikan seperti biasanya, namun seperti ada hal aneh dia justru merasa berat melangkahkan kakinya. Seperti ada rasa bersalah jika dia sudah melihat kondisi gadis itu namun dia malah meninggalkannya.

INSANE  #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang