Chapter 42 - Kembali Pulang

1.3K 128 14
                                    






Jongin meninggalkan Soojung seorang diri pulang menuju apartemen Mina. Berita dari sang kakak yang memberitahukan perihal kesehatan ayahnya membuatnya panik dan memutuskan saat itu juga untuk pergi ke rumah sakit di mana ayahnya dirawat. Setelah turun dari bis, dia bergegas mencari taksi dan meminta agar dia diantarkan ke rumah sakit.

Jongin betul-betul panik saat ini. Meskipun dia teramat membenci sang ayah tapi mendengar beliau dirawat seketika melebur semua rasa benci yang dia tanam pada pria itu. Jongin menyadari, ayahnya memang semakin tua dan pekerjaan yang terus diforsir oleh pria itu pastilah membuat kondisi tubuhnya melemah.

Di dalam taksi dia terus menjaga kontak dengan kakaknya yang juga masih menunggu hasil pemeriksaan dokter. Dalam lubuk hatinya terdalam, sungguh dia tidak ingin sesuatu terjadi pada ayahnya.

Setibanya di rumah sakit, dia segera berlari menuju bagian informasi yang memberitahukan bahwa ayahnya yang semula berada di UGD telah dipindahkan ke ruang ICU untuk mendapat penanganan yang lebih intensif. Dia lantas kembali berlari menuju ruangan yang dia tahu berada di sisi lain rumah sakit.

Jongin melihatnya, pria itu tampak masih memejamkan matanya. Nafasnya terlihat teratur dibantu alat bantu pernafasan yang terpasang pada wajahnya. Jongin berjalan mendekat yang langsung mendapat tatapan kelegaan dari kakak dan juga ibunya.

"Oh, Jongin-ah, kau datang." Kata Jongah bernafas lega. Dia bersedekap berdiri di samping sang ibu yang duduk di samping ranjang ayahnya.

"Apa yang terjadi? Bagaimana appa bisa pingsan?" Tanya Jongin tak kalah khawatir.

"Ini semua salahku. Aku terus mencecarnya dengan bermacam-macam pertanyaan." Jawab Jongah tampak teramat menyesal.

Jongin menghampiri sang ayah yang tengah terbaring. Dia sama sekali tidak menghiraukan maksud dari ucapan sang kakak. Jongin menyentuh punggung tangan ayahnya, mengusapnya lembut.

"Bagaimana kondisi appa?" Tanya Jongin pada wanita paruh baya yang tampak lemah.

"Seperti yang kau lihat. Dia masih belum sadar. Selama ini eomma tidak pernah tahu kalau ayahmu mempunyai riwayat penyakit jantung. Selama ini, dia tampak sehat." Kata sang ibu terlihat begitu sedih.

"Maaf eomma, ini semua karena aku." Sahut Jongah mengusap bahu sang ibu.

"Tentu bukan salahmu. Ayah kalianlah yang tidak menyadari bahwa dia tidak lagi muda. Dia terus saja memforsir dirinya sendiri dalam bekerja."

Jongin hanya diam. Dia bahkan tidak tahu harus bicara apa. Selama ini dia terlalu tidak peduli pada sekelilingnya. Tak hanya sang ayah, bahkan ibunya pun Jongin tak pernah mempedulikannya. Wanita lembut yang tidak pernah menegurnya tiap dia melakukan kesalahan. Wanita yang juga akan ikut mengkhawatirkan kondisinya saat dia tengah dalam masalah. Wanita itu terlihat semakin tua. Jongin mengusap lembut punggung tangan ibunya, memberi wanita itu ketenangan.

"Eomma jangan khawatir. Appa pasti akan baik-baik saja." Kata Jongin lirih.

Baik Jongin, Jongah dan juga ibunya berjaga bergantian mengawasi perkembangan kondisi sang ayah. Waktu menunjukkan pukul satu malam, saat tiba giliran Jongin untuk berjaga. Dia duduk di kursi yang digunakan sang ibu beberapa saat lalu. Dia melihat ayahnya masih memejamkan rapat matanya. Melihat nafas tenang pria itu membuat Jongin sungguh menyesali betapa selama ini dia begitu membenci sang ayah. Meskipun dia masih belum tahu penyebab ayahnya seperti ini, tapi tetap saja dia menyesal pernah tidak mempedulikan ayahnya.

Jongin merogoh saku celananya, dia ingat Soojung menghubunginya beberapa jam lalu tapi tidak dia terima karena dia masih mengkhawatirkan kondisi sang ayah. Jongin berniat menghubungi Soojung, tapi melihat jam yang sudah menunjukkan waktu tengah malam dia mengurungkan niatnya. Sampai dia melihat pergerakan jari telunjuk sang ayah, Jongin yang langsung terperanjat langsung berdiri dan mendekat pada ayahnya.

INSANE  #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang