Chapter 32 - Belum Berakhir

1K 115 23
                                    






Sejak kepergian Jongin semalam, dia sama sekali belum menghubungi Jongah. Wanita itu benar-benar teramat mengkhawatirkan kondisi adiknya saat ini, mengingat Jongin yang bahkan tak bersedia makan apapun selama dua hari terakhir. Isi kepala Jongah lantas mulai berpikir yang tidak-tidak saking takutnya jika sesuatu yang buruk menimpa adiknya.

"Dasar bocah tengil." Ucap Jongah duduk dengan gelisah di kursinya. Dia terus memutar-mutar pulpen di tangannya. "Dia bahkan sengaja meninggalkan ponselnya di rumah."

Lantas, Jongah teringat bahwa dia pernah menyimpan nomor ponsel Soojung yang dia dapat dari meja sang ayah, saat pria paruh baya itu dalam upaya menyelidiki kehidupan Soojung. Dengan cepat Jongah mengambil ponselnya lantas mendial nomor Soojung yang sudah tersimpan di kontak ponselnya.

Pulpen yang dia pegang terlihat dia ketuk-ketukkan di atas meja menunggu seseorang yang dia hubungi menjawab panggilannya. Namun bahkan sampai nada panggilnya terhenti, Soojung tidak juga menjawabnya.

"Awuuhh!! Aku harus bertanya pada siapa?" Kata Jongah teramat frustasi.

"Apakah Jongin masih baik-baik saja? Apa dia akhirnya mau memakan sesuatu? Ish, anak itu benar-benar keras kepala!" Rutuk Jongah tanpa henti.

"Haruskah aku melibatkan polisi untuk mencarinya?" Gumam Jongah yang teramat mengkhawatirkan kondisi adiknya.

Sementara itu di gedung yang sama dengan ruangan yang berbeda, tuan Kim terlihat tengah sibuk pada beberapa file data serta laptop di atas meja kerjanya. Pria itu bahkan terlihat seperti tak mengkhawatirkan kondisi putranya yang belum juga jelas keberadaannya. Ya, bagi tuan Kim, kepergian Jongin dari acara pertunangan adalah suatu hal yang teramat memalukan baginya. Karena kelakuan Jongin, dia harus kembali berusaha mencari rekan bisnis baru untuk dapat mewujudkan impiannya.

Tok!

Tok!

Tok!

Tak berapa lama seorang lelaki berpakaian rapi menyembul setelah mendengar tuan Kim memerintahkan kepadanya untuk masuk. Lelaki itu membungkuk lantas maju beberapa langkah mendekati beliau.

"Nyonya Jang menghubungi saya beberapa saat lalu." Kata lelaki itu sopan menundukkan kepalanya.

Tuan Kim yang semula hanya fokus pada pekerjaannya di atas meja, tampak tersentak begitu mendengar nama nyonya Jang disebut oleh lelaki yang adalah tangan kanan beliau. Tuan Kim lantas mengalihkan perhatiannya pada lelaki itu, dan menunggunya menyelesaikan laporannya.

"Nyonya Jang mengatakan, ada sebuah mobil ambulance yang datang." Lanjut lelaki itu.

"Mwo?" Tuan Kim terlihat penasaran dengan kelanjutan laporan sang asisten.

"Tampaknya telah terjadi sesuatu pada tuan muda." Tambah lelaki itu.

Tuan Kim meletakkan semua pekerjaannya. Dia lantas menutup mata dan mengusap wajahnya yang tampak lelah. Dia bahkan mendengus keras. Setidaknya dia bisa sedikit merasa bersyukur karena sudah menemukan Jongin. Bukan karena dia peduli dengan keadaan putranya, tak lain karena dia sudah berjanji akan menghubungi Sohee jika Jongin sudah ditemukan. Dan dia sendirilah bersama Sohee yang akan menjemput Jongin.

"Tuan?" Panggil sang asisten menunggu perintah selanjutnya.

"Oh, kau boleh pergi." Jawab tuan Kim setelahnya.

Membungkuk hormat sekali lagi, sang asistenpun akhirnya memutar tubuhnya dan mengambil langkah meninggalkan tuan Kim. Namun sebelum lelaki itu keluar, dia kembali ke hadapan tuan Kim.

"Maaf tuan, ada satu hal lagi yang harus saya sampaikan." Kata sang asisten. Dan tuan Kim tampak menunggunya dengan penuh antusias.

"Kata nyonya Jang, ada seorang gadis yang menemani tuan muda. Bahkan sepertinya gadis itulah yang memanggil ambulance."

INSANE  #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang