Chapter 24 - Putus

1.2K 115 35
                                    





Dua orang pria tengah duduk di sebuah ruangan kecil dengan cat yang sudah tampak memudar pada tiap dindingnya. Kedua pria itu tampaknya tengah membicarakan sesuatu yang teramat serius, terbukti dari alis kedua pria itu yang terlihat saling bertaut. Di tambah ekspresi wajah keduanya yang tampak tidak santai.

Di hadapan mereka tepatnya di atas meja, terdapat dua tumpukan kertas yang sedari tadi hanya di ketuk-ketuk oleh salah satu dari mereka. Tampaknya tumpukan kertas itulah yang tengah menjadi topik pembahasan mereka.

"Apa kau yakin akan mengangkat kasus ini ke media?" Tanya pria dengan rambut belah tengah pada rekannya.

"Hyung tentu tahu kan bagaimana pengorbananku untuk mendapatkan berita ini, dan sekarang semua bukti sudah ada di tanganku, apa hyung pikir aku hanya akan menyimpannya untuk koleksi pribadi?" Jawab lelaki bermata runcing dengan tatapan mata tajamnya.

"Tapi yang kau selidiki itu perusahaan besar Jung-ah, apa kau tidak takut mereka akan berbuat sesuatu pada kita jika kita mengusik perusahaan mereka?"

"Hyung, jika kasus yang kuselidiki ini benar mereka tampilkan, bukankah mereka akan habis, csh, sebelum mereka sempat berbuat sesuatu pada kita, dia sudah hancur terlebih dahulu hyung."

"Ya!! Kau pikir mereka itu bodoh?" Lelaki satunya berdiri tampak tidak sabar. "Ya!! Mereka itu perusahaan besar, apa menurutmu mereka tidak punya koneksi dengan perusahaan media di seluruh penjuru Seoul ini, hah?!"

Lelaki itu berdiri lantas berkancak pinggang. Bahunya tampak naik turun menahan emosinya yang tak bisa dia kendalikan. Dia mengusap kasar rambut belah tengahnya yang bergelombang. Mencoba bersabar pada pria bernama Jung yang menurutnya mempunyai ide yang teramat gila.

"Jung-ah, kita ini hanya wartawan freelence. Jika kau memberikan berita tentang kasus itu pada stasiun televisi, aku yakin bukan mereka yang hancur tapi kita. Dan aku, tidak ingin itu terjadi."

"Tapi bagaimana jika sebaliknya?" Ujar lelaki bernama Jung. "Bagaimana jika presdir justru suka dengan berita semacam ini?" Lelaki itu terus saja memaksakan kehendaknya.

"Jongdae-ya! Kita susah payah meniti karir kita bersama. Senang susah kita juga bersama. Kita memulai semuanya bersama. Dan sekarang apa kau ingin menghancurkan semuanya hanya untuk memenuhi kepuasan sesaatmu?" Pria yang lain itu lebih merendahkan nada bicaranya.

"Tapi bukankah jika kita berhasil membawanya ke hadapan publik kita juga akan mendapat kejayaan hyung? Kau bisa bayangkan apa yang akan kita dapat nanti hyung?"

"Jung Jongdae, kumohon pikirkan lagi idemu itu. Karena aku benar-benar khawatir kali ini."

"Aigoo, uri Junmyeon hyung benar-benar terlihat berwibawa saat ini. Csh." Lelaki bernama Jongdae itu justru terkekeh menepuk lengan lelaki di depannya.

"Ish!! Brengsek aku tidak sedang bercanda!!" Kata Junmyeon membuat gestur hampir memukul Jongdae.

"Arraseo hyung, aku akan lebih memikirkannya lagi. Meskipun aku benar-benar yakin bahwa berita ini benar akan membawa kesuksesan untuk kita."

"Terserah kau saja!"


~~~~~


"Ini penawaran terakhirku, Jongdae." Kata Junmyeon menyudutkan Jongdae di sudut ruangan kantornya. Dia mencengkeram erat kerah baju lelaki itu.

"Hyung, aku hanya ingin mengungkap kebenaran. Aku tidak bisa tinggal diam di mana saat seharusnya perusahaan itu memberikan ganti rugi pada salah seorang karyawannya yang tewas pada saat kerja, tapi tidak mereka berikan dengan dalih kecerobohan karyawan. Apa hyung tega?"

INSANE  #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang