Part6

1.7K 58 4
                                    

Pagi harinya aku sudah menyiapkan diri untuk menggedor pintu kamar yang tadi malam menjadi arena pertempuran dua manusia tak tahu malu dengan mengeluarkan desahan, jeritan, umpatan dan yang paling sering aku dengar sepanjang malam tadi adalah "fasteerrrr..eennggghhhh...... damn you!!!" Bahkan handphonekupun mengalah dan membiarkan suara mereka mendominasi malam tadi.

Alhasil, pagi ini aku benar-benar tak bisa lagi menyembunyikan kekesalanku terlebih karna mereka mengganggu jadwal tidurku. Setelah mandi dan merapikan dandanan, aku bersiap didepan pintu kamar yang didalamnya masih terdapat dua manusia yang masih terlelap sambil telanjang mungkin? Membayangkannya membuatku semakin merasa gerah.

Aku menggedor pintu, tanpa mau tau mereka sedang apa dan sudah berbusana atau belum didalam sana. Tak terhitung banyaknya gedoranku hingga akhirnya pintu itu terbuka dan menampakkan sosok mas Lean yang berpakaian lengkap seperti yang aku lihat terakhir kali tadi malam namun dalam keadaan sangat berantakan.

"Bersenang-senang Lin?" Tanyaku. Dia hanya bereaksi dengan menaikan satu alisnya dan tersenyum

"Sejak kapan panggilanmu kepadaku menjadi Lin? Merasa sudah menjadi akrab denganku El?"

"Terserah kau saja. Lagipula aku tak merasa punya keharusan memanggilmu mas Lean lagi bukan? Jadi bagaimana pertempuranmu tadi malam? Menyenangkan?"

"Lumayan. Ah ya, aku memang tak menyukai panggilanmu yang satu itu. Tapi tidak juga ingin dipanggil Lin olehmu. Kau....bukan siapa-siapa" ucapnya lalu berjalan menjauh dari kamar.

Aku masih terbengong didepan pintu kamar. Mendengar jawabannya yang mengatakan bahwa aku bukan siapa-siapa menyadarkan aku bahwa memang tak ada yang harus diperjuangkan.

Saat akan berbalik untuk mengejar mas Lean. Aissshhh lupakan. Aku cukup memanggilnya Lean sekarang bukan? Aku melihat kondisi kamar yang luar biasa berantakan.

Ah tidak, sepertinya ini pengaruh dari kondisi kasur yang benar-benar berantakan. Aku melangkah ke dalam dan menyalakan lampu utama kamar tersebut.

Terpampanglah baju wanita yang tadi malam aku lihat, berserakan di lantai plus dengan dalaman wanita yang... jaring-jaring? Seriously? Dia benar-benar sudah sangat siap rupanya.

Alas kasur sudah tak berbentuk lagi dan selimut sudah menjuntai kebawah setengah bagiannya.

Beralih ke tempat tidur, masih ada satu manusia yang tidur diatas sana . Tentu saja tanpaa busana. Untung saja dia berhasil menutupi sebagian tubuh telanjangnya dibalik selimut. Ahhh dia masih terlelap? Luar biasa. Sebegitu hebatkah Lean di ranjang hingga kau tak bisa lagi bangun pagi? atau karena kalian terlalu kesetanan hingga bertempur hingga pagi?

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Membangunkannya? Yang benar saja. Biarkan dia disana. Dan untuk membuatnya jera, aku hanya tinggal membuang bajunya. Ya lagi pula bajunya serta dalamannya sudah tidak bisa dipakai lagi. Ah satu kesimpulan lagi. Lean sepertinya menyukai permainan yang kasar.

Ah sial, memikirkan hal itu membuatku meremang. Aku melangkah keluar kamar dan hendak membuang baju tak berbentuk serta perangkat dalaman yang aku pungut barusan, hasil dari keganasan Lean kurasa. Dan pasti iya.

"Sedang memikirkan sesuatu yang mengasikkan El? Lihat, bahkan seluruh wajahmu memerah" suara Lean dari luar kamar mengagetkanku

"Tidak", jelas bohong

"Berbohong El? Aku memang hebat diranjang jika itu yang kau pikirkan dari tadi"

"Dan siapa yang kau tuduh barusan memikirkanmu diranjang? Aku? Yang benar saja", kebohongan lainnya

"Benarkah? Apa kau tak ingin mencobanya?" Ucapnya enteng

"APA? KAU SIALAN GILA" ucapku membahana. Bisa-bisanya dia menawariku...

Your RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang