"Dia kekasih Roy?" ucap El mengulang ucapan ibu mertuanya "sejak kapan ma?" Lanjutnya ketika menatap ibu mertuanya semakin dalam
"Sejak kau lulus kuliah dan mulai sedikit sibuk dengan pekerjaan barumu waktu itu. Sungguh El dia tidak menginginkan hal itu. Dia selalu bertanya kenapa seperti itu, hatinya terbagi. Dia tak bisa meninggalkanmu, dan dia tak ingin melepaskan Nas juga" jelas ibu mertuanya panjang lebar.
"Mama tau hal ini dan masih menikahkanku dengan Roy?" Tanya El mulai memelankan suaranya. Ia tak tahu harus menyalahkan siapa. Karna bagaimanapun El tahu, Roy adalah orang baik. Disaat dia melakukan kesalahan seperti ini, El yakin dia tak pernah berniat untuk menyakiti. El yakin, Roy sama tertekannya dulu seperti ia tertekan sekarang. Pasti sangat berat baginya untuk memilih salah satu diantara El dan Nastya.
El tersenyum kecut. Pada akhirnya ia hanya bisa membenci kebodohannya. El membenci ketidak berdayaannya. Ia masih setia mendengarkan jawaban apa yang akan mamanya lontarkan.
"El.... mama melakukannya demimu nak. Kau.... memang harus.... menikah...." ucap mamanya terbata-bata sambil menggenggam erat tangan ibu mertuanya.
"Ma, apa Roy mencintai Nastya?" Tanya El lagi pada ibu mertuanya.
Ibu mertuanya hanya bisa tersenyum sedih dan menjawab "anakku yang malang itu mencintai kalian berdua sama besarnya" sambil menerawang keatas, tampak tengah berusaha menahan air matanya untuk tidak jatuh.
"Tidak Ma. Roy mencintai Nastya tapi tidak denganku. Rasa yang ia punya hanyalah rasa sayang karna kami sudah terlalu lama bersama" ujar El sambil beranjak berdiri.
"Tidak El. Mama......"
"Tidak Ma. El yakin itu ma. Jika ia memang mencintai El dia tak akan membiarkan dirinya menyentuh Nastya. Tapi nyatanya, wanita itu hamil sekarang" El melangkah pergi."El... kau salah sangka nak" ucap ibu mertuanya yang mulai bergerak ingin mengejar langkah El, namun hal itu tidak terjadi karna nyatanya tangannya masih di pegang Sinta, ibu Abigael.
"Jangan.. kumohon jangan katakan. Beri aku waktu untuk memberitahu semuanya. Tapi jangan sekarang Ris. Karna dia akan semakin membenciku jika tahu darimu bukan dariku. Ini kesalahanku Ris. Kesalahanku" ucap Sinta dengan tangis yang tak bisa dibendungnya lagi.
"Kita pulang Ris" ujar Daniel Caesar. Sedari tadi ia hanya memperhatikan interaksi antara ketiga wanita yang dia sayangi. Sinta adalah sahabat ia dan Iris semenjak bangku SMA. Hingga ia tahu bagaimana beratnya usaha Sinta untuk bertahan di keluarganya.
Andai laki-laki itu tidak pergi. Andai saja ia tak memintanya pergi. Andai saja Sinta bisa mengatakan keresahan hatinya malam itu. Ya, andai saja ia tak melakukan kesalahan itu..... ujar Daniel di dalam hati. Ia memejamkan matanya dan memijit pangkal hidungnya sesaat, sebelum berujar
"Bertahanlah Sin, bertahanlah" ucap Daniel sambil bergerak dan memeluk sahabatnya itu.
Akhirnya mereka pergi meninggalkan ibu Abigael sendiri, berusaha berhenti menangis, dan berusaha kembali tersenyum. Karna ia tahu, jika ia terlihat terpuruk, maka akan ada yang akan sangat senang dengan hal itu.
Tuhan, tidak lagi. Jangan. Abigael hampir saja kehilangan kehidupannya. Ku mohon, beri ia kebebasan dari masalah ini. Ku mohon.... pinta Sinta sambil menghapus air matanya dan kembali tersenyum sembari melangkah kembali ke pekarangan belakang rumahnya dan kembali membenahi tanamannya seperti tak terjadi apa-apa.
***
El merenung di dalam kamarnya. Ia masih belum merasa sanggup menerima kenyataan bahwa tidak ada yang bersalah disini. Dia masih tak sanggup menerima betapa bodohnya dia sampai-sampai tak merasakan perubahan sikap Roy. Perasaannya terbagi, sudah seharusnya El merasakan ada perubahan bukan?
![](https://img.wattpad.com/cover/98078650-288-k542985.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Revenge
Romans"Kesalahanku hanya satu. Membiarkan kau berbalik" ucap Lio sebelum melumat bibir El tanpa ampun. El sesak nafas. Bukan hanya karena efek terkejut, tapi juga karna tuntutan dari bibir yang tengah melumatnya untuk segera membalas lumatan tersebut. Pik...