"Bagaimana kau bisa berada dirumah sakit?" Tanya El ketika mereka sudah memasuki mobil Lio setelah makan siang tadi.
Sepanjang makan siang, Lio benar-benar tidak membuka suaranya barang sedetikpun kecuali ketika memesan makanan dan memerintah El meminum vitaminnya.
Lio memalingkan pandanganmya dari kemudi kearah El, membalas tatapan El padanya, kemudian mendekati El dengan menatap mata El lebih dalam dan tajam. Tangannya terulur untuk menyentuh pipi El lembut. Sentuhan lembut itu membuat El sesak nafas dikursinya seperti ikan didaratan.
"Apa... yang kau... lakukan, Lio" tanya El tanpa bisa memalingkan pandangan matanya dari mata Lio.
Mulut Lio terbuka sedikit, kemudian sentuhan tangannya membentuk pola-pola melingkat yang semakin membuat El ketar ketir. "Pipimu tidak setirus dulu" ucap Lio dalam sekali tarikan nafas kemudain menarik tangannya berikut dengan tumpuan berat badannya kembali ke kursi kemudi.
Sementara El menghebuskan nafasnya pendek-pendek dalam tempo yang cepat berusaha memasok sebanyak-banyaknya oksigen untuk mengisi alveolusnya yang mengkerut. 'Aku pasti gila jika membayangkan Lio akan menciumku lagi barusan' batin El.
"Tentu saja tidak setirus dulu, aku kan hamil" jawab El setelah berusaha menetralkan degup jantung dan tarikan nafasnya.
Tak pelak jawaban El membuat Lio menghentikan sebentar aktivitasnya mengeluarkan mobil dari pelataran parkir, namun ia segera mengendalikan diri dan mulai menjalankan mobilnya.
"Kita kemana?" Tanya El lagi
"Pulang" jawab Lio singkat
"Bukannya tadi kau bilang ada orang yang ingin kau temui?" Tanya El lagi
"Sudah" jawab Lio kembali sangat singkat.
"Sudah? Sudah apa? Aneh, itu jawaban dihitung per karakter apa? sampai disingkat-singkat biar hemat, udah gajamannya make esia" gerutu El. Kemudian membuang pandangannya keluar jendela.
Lio yang mendapati El menjadi diam, mulai memalingkan pandangannya kearah kursi penumpang disebelahnya. Ternyata El tengah sibuk melihat-lihat keluar jendela.
Namun yang menjadi fokus Lio bukanlah pemandangan yang dilihat El diluar sana. Melainkan pemandangan tangan El yang mengelus-elus perutnya.
"Kau sangat menyayanginya" ucap Lio kembali memandang jalanan.
El yang merasa menjadi lawan bicara pria itu kembali memalingkan pandangannya pada sumber suara. "Kau bertanya atau memberi pernyataan?" tanya El.
"Pernyataan" jawab Lio tanpa mengalihkan pandangannya pada El dan seakan masih fokus menyetir mobilnya.
"Isss.. " gerutu El. Kemudian ia memandang perutnya yang masih terasa biasa-biasa saja. "Aku menyayanginya terlepas dari semua kebingunganku tentang kehadirannya" gumam El sambil terus mengelus-elus perutnya
"Tentu saja itu hasil hubunganmu bersama suamimu. Apa lagi yang kau bingungkan?" Terang Lio dengan nada yang sangat biasa-biasa saja namun tentu saja pertanyaan itu ditujukan bukan untuk menegaskan El dari mana datangnya seorang bayi, melainkan untuk memperjelas pertaruhannya mengenai klaimnya pada bayi tersebut.
"Tentu saja aku bingung.. hubungan apa? Kami bahkan tidak tidur bersama" jawab El sedikit kesal dan meledak-ledak.
Spontan Lio mengerem mobilnya dan memandang El dengan pandangan terkejut. "Apa maksudmu barusan?" Tanya Lio ingin memastikan kembali.
"Apa..?" Tanya El malas sekaligus malu karena telah keceplosan menceritakan aibnya sendiri. "kau membuatku hampir terjungkal mendarat di dashboardmu tahu" gerutu El mulai menarik seatbelt untuk berjaga-jaga mana tahu Lio cukup gila dengan berhenti mendadak seperti barusan lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Your Revenge
Romansa"Kesalahanku hanya satu. Membiarkan kau berbalik" ucap Lio sebelum melumat bibir El tanpa ampun. El sesak nafas. Bukan hanya karena efek terkejut, tapi juga karna tuntutan dari bibir yang tengah melumatnya untuk segera membalas lumatan tersebut. Pik...