Part8 a

1.5K 56 2
                                    

Saat El mendengar deru mesin mobil mendekat, ia langsung bersiap menyambut Lean di depan pintu rumah. Ketika Lean lagi-lagi turun bersama dengan seorang wanita, dan lagi-lagi wanita yang berbeda membuatnya semakin meringis perih. Kenapa sekarang aku merasakan sesak seperti ini. Aku seperti gadis malang yang merasa iri pada temannya yang mampu membeli baju baru untuk pesta prom sedangkan ia menggunakan gaun usang.

“Lean. Bisakah kau berhenti bersikap seperti ini? Dan kau, “ ucpanya sambil menunjuk wanita yang masih menggelayut manja di depan Lean, sedangkan Lean bersender di pintu penumpang. Mereka masih sibuk mencecap dan menggeranyangi satu sama lain dan tak menganggap keberadaannya. Beruntung ini sudah jam 2 pagi sehingga tak ada tetangga yang akan mempertanyakan kelakuan Lean ini.

“bisakah kau berhenti menggeranyangi tubuh suamiku? Aku sudah memanggilkan taksi untukmu. Pergilah saat taksi itu datang nanti” ucap El. Kemudian ia mengernyitkan alisnya mengingat ucapannya tadi seperti seorang istri yang tengah cemburu.

Apa aku benar-benar sedang cemburu sekarang? Pada Lean? Batin El

Kedua manusia yang sedari tadi diceramahi El tak menghentikan sama sekali kegiatan mereka. Malah Lean kini mengangkat tubuh wanita itu dan menggendongnya seperti yang biasa dilakukan Lean kemudian membawa tubuh mereka berdua masuk ke kamar yang biasa. Lean tak menggubrisku sama sekali.

Akhirnya El beranjak ke kamarnya setelah ia mendengarkan bunyi pintu berdebam di belakang tubuhnya tadi. El hanya menghela nafas lelah, ia gagal kali ini. Bahkan Lean tak sempat meliriknya sedikitpun. Artinya esok dia akan memakai cara yang lebih frontal lagi dari ini.

***


Hari ini El sedang berada di sebuah mall, memilih beberapa potong pakaian baru untuknya karena dia sudah berniat akan kembali bekerja. Sedangkan pakaian kerja lamanya, sudah terlanjur disumbangkannya kepada bawahannya dulu.

Ketika ia sedang memilih baju, ia tercengang ketika melihat sesuatu yang langsung mengaktifkan otaknya. Ia segera ke kasir dan meninggalkan baju yang ia pilih tadi dan setengah berlari menuju sesuatu yang sudah mengalihkan pikirannya dari calon  baju-baju kantornya itu.

Ini adalah perjudian. Sungguh ini adalah perjudian diriku dan takdir. Jika ini masih saja gagal, aku akan menyerah kemanapun takdir membawaku. Sungguh aku mulai lelah. Batinnya sambil menggapai benda yang akan segera dia bakar seletah perjudiannya selesai.

Keluar dari mall, di area parkir ia melihat kedua mertuanya sedang bercengkrama dengan seorang wanita muda. Tunggu, ia mengenal wanita itu. Ia bisa melihat jelas wajah wanita itu dengan jelas karena posisi mereka berhadapan, sedangkan mertuanya berdiri membelakanginya.

Sekilas ia melihat, wanita itu menyadari keberadaannya. Namun kemudian ia kembali menatap lurus kearah kedua mertuanya dan melanjutkan pembicaraan mereka. Aku bisa melihat gelagat enggan dan resah dari kedua mertuanya. Ada apa ini? Kelihatannya mereka tak mengharapkan bertemu dengan wanita itu. Tapikan dia adalah teman Roy. Kenapa mertuaku terlihat sangat tidak mengharapkan bertemu dengannya?

El melangkah perlahan ke arah mereka, hingga suatu kalimat menghentikan langkahnya "setidaknya ini masih darah daging kalian, masih cucu kalian". Kata-kata dari mulut wanita muda itu seketika membuat hatinya bergetar. Cucu? Anak dari Lean? Atau anak dari Roy?

Kedua pilihan itu sama-sama menyakitkan baginya.  Jika anak itu adalah anak Lean, artinya suaminya mempunyai calon penerusnya disana. Sedangkan ia bahkan belum disentuh. Ah sial pemikiran itu lagi. Tapi, jika anak itu ternyata anak Roy, artinya..... aku sudah di hianati selama ini?

Your RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang