"Kesalahanku hanya satu. Membiarkan kau berbalik" ucap Lio sebelum melumat bibir El tanpa ampun.
El sesak nafas. Bukan hanya karena efek terkejut, tapi juga karna tuntutan dari bibir yang tengah melumatnya untuk segera membalas lumatan tersebut. Pik...
"Hati-hati" ujar Lio ketika menurunkan El dari mobil.
El berjalan tertatih-tatih masuk ke dalam rumah di rangkulan Lio. "Hhh.. sudah aku katakan sebaiknya kau ku bopong saja"
"Aku tidak lumpuh... Lio" ucap El tersendat. Memang ia tidak lumpuh, tapi tenaganya masih belum terlalu pulih.
"Jika kau lelah, tifus benar-benar akan menyerangmu"
El mengadah sengit dan menatap Lio "kau lupa? Malaikat ada dimana-mana. Jika satu saja malaikat mengucapkan Amin karna ulahmu, habislah......"
Cup
Sebuah kecupan mendarat mulus di bibir El menghentikan omelannya "sudah aku katakan jangan membuat dirimu semakin lelah"
"Dan kau sukses membuatku tak bisa bergerak" ucap El sambil merasakan gelenyar aneh di perutnya dan rasa hangat yang menjalar di sepanjang tulang punggungnya.
"Bagus" ucap Lio dan langsung mengangkat El kedalam gendongannya. "Kau harus ingat Aby, ada nyawa yang sedang menumpang hidup denganmu. Jika kau merasa dirimu kuat, cobalah sesekali ingat nyawa dalam perutmu itu belum tentu kuat"
"Tapi aku....." ucapan El terhenti ketika Lio menghadiahi dirinya tatapan tajam sebelum kemudian Lio menunduk dan berbisik tepat di telinganya.
"Kau ingin aku membungkammu lagi?" Bisik Lio kemudian mengangkat pandangannya dan kembali menatap wajah El yang merona sambil menggigit tepi bibir bawahnya.
"Sial" umpat Lio. Lio melangkah lebar-lebar membawa El kedalam kamarnya. Kamarnya, bukan kamar El. Tapi kamarnya. Kamar Lio.
"Kenapa kau membawaku kesini?" Tanya El tak mengerti.
"Karna kau harus istirahat" ucap Lio yang sudah menjatuhkan tubuh El ke kasur dan kini malah mengungkung tubuh El dengan kedua tangan dan kakinya sehingga posisi mereka kini El yang terbaring dikasur dan Lio yang tepat berada di atasnya.
"Lio.. beranjaklah dari atasku. Aku harus ke kamarku..."
"Tidak.. belum" jawab Lio masih fokus mengamati wajah El.
"Kena..." ucapan itu hanya menggantung tanpa pernah terselesaikan. Karna sesudahnya, Lio kebablasan hingga bibir yang tadinya hanya ingin menempel saja diatas bibir lembut milik El, kini malah memberi sesapan-sesapan kecil yang menghasilkan alunan merdu berpadu erangan El yang keluar tanpa disadari.
*** L
io tidak bisa menahan dirinya untuk tidak pergi ke rumah dimana dulu El disekap setelah memastikan El terlelap sehabis meminun obatnya.
Rumah itu masih tampak sama, kecuali gerbang depan yang kini dalam keadaan terbuka. Jelas sekali pemilik rumah ini menantikan kedatangan seseorang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Aku udah coba cari gambar yang pas bgt sama yang aku bayangin. Tapi gaada yang sama 😑 setidaknya yang ini lumayan mendekati. Jadi tambahin aja bayangan kalau ini rumah ada pagarnya)