Part7

1.5K 48 10
                                    

Part yang ini dikit aja yaw..

Dari sini kedepannya, akan menjadi Author POV ya, kalau nanti ada side POV dari tokoh, bakal dilabelin dulu. Kuy lanjutt
---------------------------

El berjalan perlahan menapaki tangga menuju kamarnya. Bukan hanya karna kelelahan, melainkan dia harus kembali tersadar bahwa Lean bukanlah manusia yang bisa dia prediksi.

Tadi, sesampainya dia dirumah dan melihat mobil Lean sudah terparkir manis di depan rumah, harapan mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang menghantuinya sedari tadi sangat membuncah. Ia langkahkan kaki lebar-lebar memasuki rumah. Namun yang ia dapati adalah Lean yang sedang bercumbu di dalam kamar bawah dengan kondisi pintu masih menganga.

Hatinya panas, bukan karna marah tapi kesal luar biasa. Wanita itu belum pergi? Ck, seharusnya tadi langsung ku bangunkan saja dan kulempar kejalanan. Batinnya

Akhirnya dia memutuskan untuk naik ke kamarnya tanpa mau repot-repot membantu Lean menutup pintu kamar. Mungkin sekarang bisa ditebak kenapa kamarnya berada diatas dan kenapa Lean mengosongkan kamar yang ada dibawah. Dia ingin menjadikan kamar iitu menjadi arena bertempurnya tanpa mau repot-repot menaiki tangga, mengingat itu sangat memakan waktu, ¬benar kan Lin? Lihat Roy kakakmu masih seperti itu.

El tak pernah punya kesempatan untuk bertanya pada Lean tentang siapa Nastya. Jangankan untuk bertanya, sudah hampir sebulan ini mereka tak bertatap muka. Bukan karna Lean tak pulang kerumah, tapi karna dia mempunyai kesibukan tersendiri dirumah.

Apa lagi kalau bukan sibuk bertempur dengan berbagai macam wanita. Lean teekesan sedang menghindari El sebisa mungkin. Karena kini, ketika El keluar dari kamar yang didapatinya mobil Lean sudah tidak ada di depan rumah, dan menyisakan wanita yang ditidurinya terlelap tanpa pakaian di kamar tempurnya.

Sempat beberapa kali ketika El berada di lantai bawah untuk membaca,  dia berhadapan dengan wajah-wajah wanita yang ditiduri Lean. Cantik, bahkan ada yang sangat cantik. Apa sebenarnya yang mereka pikirkan? Bagaimana bisa mereka mau-mau saja dijadikan Lean sebagai ONS nya?

Jangan bertanya kenapa El bisa tahu. Karna setelah melakukan penelitian kecil, El akhirnya menyadari bahwa Lean selalu membawa wanita yang berbeda tiap malamnya. Seperti siang ini, ketika El sedang membaca di ruang TV tiba-tiba pintu kamar tempur Lean terbuka dan menampilkan sosok wanita dengan rambut acak-acakan dan baju yang sudah tak layak dipakai.

Ya selalu seperti itu, baju mereka tak bisa lagi dipakai karna Lean merobeknya. Ck, seharusnya kalian buka baju sendiri saja. Aku yakin baju itu mahal. Batin El ketika melihat baju yang dikenakan wanita itu.

Sedangkan wanita itu menatap El dengan mata membulat, dan El membalasnya dengan mengangkat cangkir teh yang ada di tangannya.

”duduklah” sapa El

“kau siapa?” tanya wanita itu

“Abigael. Panggil saja El” jawab El ramah

“kau pemilik rumah ini?”

“pemilik rumah ini adalah orang yang memuaskanmu diranjang  semalam” terlihat wajahnya bersemu merah mendengar penuturan El.

“tak ingin mengatakan sesuatu?” tanya El lagi ketika dilihatnya wanita itu masih diam

“Eh,,, Lean sangat hebat di ranjang. Aku tak bisa mendapatkan kepuasan seperti dengannya bersama laki-laki lain” sialan, bukan itu maksud pertanyaanku, batin El.

“jadi kau sudah tidur bersama Lean beberapa kali?”

“ini yang kedua kalinya. Setelah ehhhhhhhh 5 bulan terakhir mungkin” ucapnya sambil berjalan menghampiri El. Dia menyeruput teh yang El berikan padanya. Hal ini sudah menjadi rutinitas El belakangan ini setelah untuk pertama kalinya wanita yang ditiduri Lean bersibobrok dengannya di ruang TV.

“sebegitu hebatkah dia?” tanya El lagi. Batinnya sangat penasaran seperti apa Lean di ranjang. Sedikit menang, tapi rasa itu mulai ada. Perlahan-lahan El merasa sakit hati dan penasaran kenapa Lean lebih memilih menghindarinya belakangan ini dan malah sibuk ber-sex ria dengan wanita-wanita yang dibawanya pulang?
Waktu itu El memang menolak, tapi bukan menolak dalam artian sebenarnya. Dia menyadari , sangat menyadari kewajibannya sebagai istri. Tapi Lean terkesan enggan untuk menyentuhnya.

Sakit hati El semakin betambah ketika pertanyaan yang dia berikan kepada setiap wanita yang Lean tiduri melontarkan jawaban yang makin menegaskan bahwa Lean sangat hebat di ranjang. Aku yang istrinya bahkan tak bisa merasakan sentuhannya. Dan kalian sudah merasakan kehebatannya di ranjang.

”kau melamun” kata-kata dari wanita itu mengejutkan El

“oh, maaf” jawab El

“suamimu memang sangat hebat. Dan aku tak tahu ternyata Lean membawa kami kerumah dimana istrinya juga berada disini. Aku tak masalah, hanya saja ini terlalu aneh” oceh wanita itu. Abigael menatapnya, mempertanyakan apa maksud wanita ini sebenarnya.

”ah, kau tak bisa memuaskan suamimu di ranjang rupanya” sambungnya

“dari mana asumsi itu berasal” tanya El sedikit terkejut dengan pernyataan wanita yang sedari tadi masih kerepotan dengan bajunya, sementara El tak memberikan tanda-tanda bahwa dia akan memberikan pinjaman baju kepadanya.

“mudah saja. Jika Lean puas denganmu, tak mungkin dia masih mencari kami untuk ditidurinya bukan? “ wanita itu mendekatkan wajahnya kearah El dan berkata “kau terlalu pasif” ucapnya sambil menyunggingkan senyum mengejek pada El.

El yang tak begitu mengerti apa maksud wanita ini hanya mengernyitkan alisnya. “tunggu disini, aku akan mengambilkan baju untukmu” ucap El mengalihkan pembicaraan karena jujur saja El mulai merasa perutnya mual dengan percakapan mereka.

“tidak perlu. Lagi pula sebentar lagi ada yang menjemputku disini. Kau tiinggal beri tahu aku ini dimana” ucap wanita itu masih dengan nada mengejeknya

“use ur maps woman. Gunakan otakmu sesekali” balas El. “kalau begitu kau bisa menunggu sendiri bukan? Aku akan naik ke kamarku” lanjut El kesal dan langsung bergerak menjauhi wanita tadi yang kini tengah tersenyum masam.

”ooh, sedari tadi aku penasaran kenapa ada satu pintu yang memiliki warna berbeda dari pintu lainnya. Ternyata itu kamar kalian? Mencolok sekali” teriak wanita itu dari bawah ketika El berada didepan pintu kamarnya.

El yang sudah membuka pintu kamar, melanjutkan langkah memasuki kamarnya dan menutup pintu dibelakangnya.

“kamar kalian? Haha benar juga. Aku bahkan melupakan hal itu. Tak ada kamar kami disini. Yang ada kamarku, kamar Lean, dan kamar tempur” kenyataan ini menyentil ego El kembali.

Kenyataan bahwa dia dan Lean tak pernah tidur sekamar sekalipun semakin membuatnya kesal. Apakah aku se-tak-menarik itu hingga Lean tak pernah mau repot-repot menyentuhku? Pemikiran itu melintas begitu saja dikepalanya. Sesak menerpanya, seketika air matanya menetes.

“tunggu, kenapa aku menangis?” tanya El lebih kepada dirinya sendiri. Kini dia dilanda kebingungan mengingat tangisnya barusan. Untuk apa dia menangis? Karna dia tak menarik? Atau... kenyataan bahwa Lean tak pernah menyentuhnya?

Singkirkan pikiran itu dari kepalamu El. hari ini aku harus mendapatkan jawabannya. Siapa Nastya. Dan kenapa Lean tak pernah mau tidur bersamaku yang terlabel jelas bahwa aku adalah istrinya.ah, ya satu lagi. Kenapa dia tak mau menceraikanku.

El sudah berniat akan menunggu Lean pulang malam ini dan menggagalkan Lean membawa teman tidurnya masuk ke dalam rumah. Ya. Ini harus dia lakukan sekarang. dia tak bisa menunggu lebih lama lagi. Perasaannya sangat kacau sekarang. ia akan istirahat mengingat nanti malam mungkin menjadi malam yang melelahkan baginya.

”aku juga memerlukan bukti. Ya, bukti akan asumsiku. Aku benar-benar muak hari ini. Mood ku benar-benar buruk. Lean, aku menantikan jawabanmu malam ini. Jika aku tak mendapatkan dari mulutmu, aku akan mencari tahu dari tubuhmu” ucap El disela tangisnya.

***

Yaaayyyyy....
Part 8 bakal ada adegaaaannnn.....
Teng nonggggg.....
Hahahhah *ketawa setan*

Your RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang