Dimeja makan yang terdengar hanya denting sendok garpu yang beradu dengan permukaan piring, hening sekali tanpa seorangpun berniat baik untuk sekedar berbasa basi mengenai tidur tak nyenyak mereka tadi malam. Sepertinya semua yang ada dimeja makan sedang sama-sama sibuk merutuki nasib masing-masing.
Ketika bibi pamit untuk pulang, serentak semua kepala mengangkat pandangannya dengan ekspresi terganggu hingga membuat bibi meringis. Untung saja Nas langsung menyadari tingkah mereka semua, dan segera melepas senyum tulusnya dan berujar “terimakasih bibi, hati-hati”.
“aku sudah selesai” ucap Lio setelahnya. Mendengar Lio berkata seperti itu, sontak membuat pandangan El jatuh ke piring Lio yang belum kosong.
“kau bahkan belum menghabiskan makananmu” ujar El
“kau perhatian sekali Aby” goda Lio. Nas yang mendengarnya mengerutkan keningnya
“tidak juga. Hanya saja jika kau sudah selesai makan artinya aku juga harus menyudahi makanku” jawab El sembari menyudahi makannya dan hendak beranjak dari kursinya.
“tidak perlu” ucap Lio lagi sebelum El sempat mengangkat pantatnya dari kursi
“kenapa? Kau mengizinkan ku bolos? Lalu memotong gajiku lagi?” tanya El lagi menebak-nebak apa yang dipikirkan Lio.
“tidak, kau istirahat saja dirumah. mungkin kau bisa berbagi pengalaman dengannya Nas” ucap Lio bergantian antara El dan Nas.
“pengalaman apa?” ujar Nas tidak mengerti
“tentang bayi tentu saja” ucap Lio penuh penekanan.
“tapi kenapa?” tanya El kekeh. “apa kau tidak suka dengan pekerjaanku? Aku tidak pernah menjadikan bayiku alasan untuk berleha-leha dalam bekerja. Yang kemaren kau lihat itu....”
“benar”
“hah?”
“aku tidak suka melihat kau kesusahan bekerja. Sebaiknya kau hanya memantau progress pekerjaaan taman sesekali saja” ucap Lio panjang lebar kemudian melirik sejenak pada adiknya dan membalas senyum sang adik singkat. Mereka sama-sama mengerti apa yang dirasakan satu dan lainnya. Nas mengerti kakaknya menyesal, dan Lio mengerti adiknya berusaha memantapkan keyakinannya bahwa langkah yang dia ambil sudah benar.
“kenapa sih dia itu... aku benar-benar tidak merasa kesusahan dengan perutku kok” gerutu El
“aku melihatmu bekerja kemaren di rumah sakit” Nas mulai berdiri dari tempat duduknya, kemudian mulai mengumpulkan piring kotor dan dibawa ke tempat pencucian piring.
“benarkah? Kau waktu itu berada dirumah sakit?” tanya EL dan mengikuti apa yang dilakuka Nas. Kini mereka berdua berada didepan bak cuci piring dan saling membantu menyelesaikan pekerjaan mencuci piring-piring kotor tersebut.
“ya, bahkan Lio memperhatikanmu dengan sangat fokus sampai-sampai dia tidak tahu bahwa aku sudah datang” jawab Nas sambil menatap El.
“benarkah? Jadi Lio juga berada dirumah sakit waktu itu? Pantas saja dia tiba-tiba sudah muncul dihadapanku waktu itu. Padahal aku hanya istirahat sebentar karena lelah” balas El lagi mengingat kejadian kemaren.
Nas menghembuskan nafas lelah. Bukan reaksi seperti itu yang diharapkan Nas, ‘kenapa El malah tertarik pada kenyataan bahwa Lio ada dirumah sakit waktu itu dan bukannya...’ pemikiran Nas terpotong karena El kembali angkat bicara sambil melangkah menuju ruang tamu setelah pekerjaan mencucui piring mereka selesai.
“untuk apa dia memperhatikanku?” ucap El. terbitlah sudah senyum di wajah Nas, karena akhirnya wanita didepannya itu mengangat pembicaraan yang dia inginkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Your Revenge
Любовные романы"Kesalahanku hanya satu. Membiarkan kau berbalik" ucap Lio sebelum melumat bibir El tanpa ampun. El sesak nafas. Bukan hanya karena efek terkejut, tapi juga karna tuntutan dari bibir yang tengah melumatnya untuk segera membalas lumatan tersebut. Pik...