Part 3

47 3 0
                                    

Aku dan Jung-woo duduk-duduk di dalam rumah Jung-woo. Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Semua terasa membosankan bagiku. Berbeda sekali dengan Jung-woo yang masih asyik bermain piano dan memintaku untuk menjadi pendengar setianya.

"Eun-yeul, kamu ingat kan kalau minggu depan aku berangkat ke Amerika?" tanya Jung-woo tiba-tiba.

"Aku ingat itu. Kenapa bertanya tentang itu?" tanyaku. Jung-woo masih meletakan kedua tangannya di atas tuts piano dan memandang tuts-tuts itu.

"Rasanya aku belum ingin meninggalkan kota ini. Apakah aku harus menjadi tokoh utama dalam film yang berjudul Home Alone yang tertinggal di rumah saja?" ucap Jung-woo.

"Eh, kenapa kamu punya pikiran seperti itu? Kalau aku jadi kamu, aku sudah senang sekali bisa pindah ke negara yang lebih baik dari pada Korea," ucapku.

"Karena hatiku ada disini," ucap Jung-woo.

Jung-woo menekan nada asal tetapi nada yang dimainkannya terasa merdu bagiku. Aku menikmati lagu ini yang entah dari mana dia mendapatkan ide itu.

"Saat kamu sudah tinggal di Amerika, jangan pernah meninggalkan piano. Aku ingin mendengar permainanmu kalau kita bisa bertemu lagi. Aku akan datang padamu dan meminta tanda tanganmu dan berfoto denganmu," ucapku.

"Apakah sudah ada jaminan kalau aku akan jadi seorang pianis yang sukses? Itu kan hanya kemauan ibuku seorang diri saja," ucap Jung-woo.

"Pokoknya kamu tidak boleh meninggalkan kemampuanmu!" ucapku.

"Kenapa?" tanya Jung-woo.

"Karena aku senang mendengar permainanmu," jawabku.

"Ah, benarkah?" tanya Jung-woo.

Jung-woo berdiri dari kursi piano dan masuk ke dalam kamarnya sebentar. Setelah itu, Jung-woo keluar sambil membawa sebuah kamera digital dan handycam.

"Eun-yeul, ayo kita berfoto!" ucap Jung-woo.

Kamera yang dibawa oleh Jung-woo terpasang di atas sebuah tripod. Jung-woo hanya perlu menekan sebuah tombol dan kamera itu akan mengambil foto kami setelah sepuluh detik.

"Besok aku akan minta kepada ayahku untuk mencetak foto kita dan aku akan memberikan foto itu padamu sebagai hadiah perpisahan dariku," ucap Jung-woo.

"Asik! Lalu, handycam itu untuk apa?" tanyaku.

"Mau membuat rekaman pendek? Kamu bisa bernyanyi tidak? Aku bermain piano dan kamu bernyanyi ya!" ucap Jung-woo.

"Ah, aku hanya bisa bernyanyi Gom Se Ma Ri (lagu beruang) saja," ucapku.

"Aku bisa memainkan lagu itu!" ucap Jung-woo.

Jung-woo memainkan lagu itu dengan tangan kanannya. Aku berdiri di sampingnya dan menyanyikan lagu yang pernah aku hafalkan liriknya karena kelas musik di sekolah.

Gom se ma ri ga, han chi be yi so

Appa gom, eomma gom, aegi gom.

Appa gommun tung tung hae

Eomma gommun nal shin hae

Aegi gommun nal bu gwi yo wo

Hishuk hisuk cha rhan da.

Aku menyanyikan lagu itu sambil menari-nari seperti Rain dalam drama yang berjudul Full House. Jung-woo tertawa sambil memainkan nada lagunya. Aku juga ikut tertawa setelah aku selesai menyanyikannya.

"Ayo sekali lagi!" ucap Jung-woo.

"Tidak mau!" ucapku.

"Kamu lucu sekali!" ucap Jung-woo.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang