Part 31

12 1 0
                                    

Satu minggu berlalu semenjak saat itu, saat ayahku di kremasi. Aku sudah mulai terbiasa untuk kembali hidup tanpa seorang ayah di sisiku.

"Jung-woo, ini ada tteokboki untukmu! Ibuku yang memasaknya. Pasti kamu suka deh!" ucapku saat aku membuka pintu kamar Jae-min.

Jung-woo tidak menjawab. Dia sedang membereskan pakaiannya ke dalam koper besar miliknya. Aku heran, karena setau yang aku tau darinya, waktunya di Seoul masih ada satu minggu lagi. Apakah dia hanya ingin mempersiapkan kepulangannya ke Amerika seminggu sebelumnya?

"Jung-woo," ucapku.

"Diam dulu!" ucap Ji-hoo sambil berteriak di hadapanku.

"Hei, ada apa marah-marah kepadaku? Apa yang salah? Kenapa pakaianmu sudah dirapihkan sepecepat ini? Kenapa kamu juga sudah memasukan kameramu ke dalam tas punggungmu? Kenapa peralatan mandimu juga sudah dibereskan? Bukankah masih ada satu minggu lagi?" tanyaku.

Jung-woo tetap tidak menjawab karena sibuk berkemas. Akhirnya, aku meletakan sepiring ttekbokki di atas meja belajar Jae-min saja.

"Aku letakan disini ya tteokbokkinya!" ucapku.

"Pergi!" ucap Jung-woo.

"Apakah kamu ingin ganti baju? Baiklah, aku tunggu di depan pintu kamar Jae-min saja," ucapku.

"Jangan tunggu aku!" ucap Jung-woo.

Aku menjadi semakin bingung padanya. Kenapa tiba-tiba dia marah-marah di pagi hari? Kenapa tiba-tiba dia mengusirku? Memangnya, aku salah apa kepadanya?

Aku menutup pintu kamar Jae-min dan duduk di lantai tepat di depan pintu kamar Jae-min sambil bersandar pada pintu itu. Dari luar kamar Jae-min, aku bisa mendengar sama-samar suara yang ada di dalam kamar Jae-min.

Terdengar seperti suara tangisan. Sepertinya, Jung-woo sedang menangis sambil duduk di lantai kamar Jae-min, seperti aku yang juga sedang duduk di lantai depan kamar Jae-min. Suara tangisan itu membuatku bertanya-tanya ada apa sebenarnya.

"Perusahaan milik kedua orangtuaku terancam direbut oleh orang lain yang jahat. Dia adalah manajer yang dulu dipercayai oleh ayahku selama hampir sepuluh tahun. Ayahku sedang dikejar oleh kaki tangan dari orang jahat itu. Ternyata, kakak dari manajer itu punya dendam terhadap ayahku karena dulu ayahku memecatnya dan membatalkan pembagian saham kepadanya. Ayahku berbaring di rumah sakit karena dicelakakan oleh kedua orang jahat itu," ucap Jung-woo.

Aku membuka pintu kamar Jae-min. Aku mendekati Jung-woo dan memeluknya. Jung-woo berusaha untuk melepas pelukan dariku dan membuatku semakin bingung.

"Jangan cari aku lagi! Mungkin, aku tidak bisa kembali ke Seoul seperti apa yang pernah aku bilang. Kontrak kerjaku akan habis pada musim gugur tahun ini. Setelah itu, mungkin aku akan membantu menyelamatkan perusahaan milik kedua orang tuaku. Ayahku kecelakaan dan harus memakai kursi roda. Mobil yang dikendarainya jatuh dari tebing," ucap Jung-woo.

"Apakah kamu ingin aku datang ke Amerika setelah aku lulus kuliah? Aku bisa membantu perusahaan keluargamu itu," ucapku.

"Sirheo! Lebih baik, kamu tinggalkan aku saja dan cari pria lain. Aku tidak berguna bagimu. Aku tidak bisa mewujudkan keinginanku untuk bekerja bersamamu di Seoul," ucap Jung-woo.

"Jung-woo, kamu ini bicara apa sih? Walaupun kamu tidak bisa melanjutkan kariermu yang sekarang, setidaknya kamu tidak pantas untuk berkata seperti itu, apalagi kepada pacarmu," ucapku.

"Let's break up!" ucap Jung-woo.

"Jung-woo?" ucapku.

Aku meneteskan air mataku setelah Jung-woo memintaku untuk mengakhiri hubungan kami. Apakah kedekatanku selama ini tidak ada artinya? Ataukah, apakah karma kembali padaku? Mungkin saja ini adalah akibat dari kejadian di masa lalu, yaitu kejadiaan saat aku memutuskan hubunganku dengan Man-sik.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang