Part 26

13 2 0
                                    

Satu minggu setelah aku membawa ayahku ke rumah sakit, dokter Park masih memeriksa kondisi ayahku yang belum sadarkan diri. Aku duduk bersama dengan Jung-woo di ruang tunggu sambil makan gimbap yang dibawakan oleh Jung-woo. Aku baru sadar kalau selama aku di kampus tadi , aku belum makan siang dan tidak ingin membeli makan siang.

"Eun-yeul, kalau kamu lupa makan lagi, bisa-bisa kamu ikut dirawat di rumah sakit juga," ucap Jung-woo.

"Ah, aku hanya lupa makan sekali saja. Itu juga karena terlalu banyak beban pikiran dan tugas kuliah. Rasanya, aku tidak punya selera makan kalau melihat ayahku belum sadarkan diri," ucap aku.

"Makanlah," ucap Jung-woo.

"Oppa, kamu baik sekali. Jae-min saja tidak perhatian kepada kakak kandungnya," ucap aku.

"Ah, tadi aku pergi ke kantin karena aku juga ingin membeli makanan dan minuman. Jadi, aku sekalian membelikan makanan ini untukmu," ucap Jung-woo. Jung-woo memberikan kepadaku makanan yang dia beli tadi. Isinya adalah kimbap.

"Terima kasih," ucap aku.

Sambil menyantap gimbap pemberian Jung-woo, aku melihat Jung-woo sedang membereskan beberapa buku kuliahku yang terlihat tebal. Tadi, aku tidak sengaja menjatuhkan buku-buku itu karena merasa lelah membawanya.

"Oppa, biar aku saja yang merapikan setelah selesai makan," ucapku.

"Kamu duduk dengan tenang saja. Biar aku yang merapikan semuanya," ucap Jung-woo.

"Oppa sudah makan belum?" tanyaku.

"Ini," ucap Jung-woo sambil membuka kotak makannya.

"Ayo oppa makan juga!" ucapku.

"Iya," jawab Jung-woo.

Aku dan Jung-woo makan siang bersama. Setelah selesai makan, kami membuang bungkus makanannya, lalu membuka botol minum kami masing-masing. Setelah itu, aku berniat untuk memeriksa ayahku yang masih belum sadarkan diri.

"Ayo kita masuk ke dalam ruangan ayahku!" ucapku.

"Iya," jawab Jung-woo.

Aku dan Jung-woo masuk ke dalam ruang tempat ayahku berbaring. Aku dan Jung-woo menarik kursi dan duduk di samping kasur ayahku. Aku memegang tangan ayahku dan menggenggamnya.

"Eun-yeul, kalau kamu merasa lelah, kamu tidur saja! Biar aku yang memperhatikan ayahmu," ucap Jung-woo.

"Aku ingin tidur di samping ayahku," ucapku.

"Tapi, sepertinya kamu ngantuk," ucap Jung-woo.

"Ya, hanya ngantuk sedikit kok!" jawabku.

Setelah aku tertidur di dalam kamar tempat ayahku dirawat selama hampir satu jam, aku bangun dan keluar dari kamar itu. Jung-woo kaget dan mengejarku sampai ke luar kamar.

"Eun-yeul, kamu mau kemana?" tanya Jung-woo.

"Aku mau keluar sebentar," ucapku.

"Aku ikut kamu ya?" tanya Jung-woo.

"Ya, terserah kamu saja!" ucapku.

Aku berjalan menuju ke sebuah Gereja kecil yang letaknya tidak terlalu jauh dari gedung rumah sakit CM. Aku ingin berdoa kepada Tuhan agar ayahku bisa mendapat keajaiban dan cepat sadar.

"Ayo kita masuk!" ucapku.

Jung-woo berjalan mengikutiku. Kami berdua langsung duduk pada kursi umat yang kosong untuk berdoa. Walupun hari ini bukan hari Minggu, tetapi pintu Gereja tetap dibuka untuk siapapun yang ingin berdoa.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang