Aku dan Jung-woo berjalan bersama setelah terbenamnya matahari. Setelah kami selesai menyaksikan terbenamnya matahari dari atas jembatan Han, kami tidak langsung pulang. Rasanya, terlalu terburu-buru jika langsung pulang begitu saja.
"Jadi, nama teman dekatmu sewaktu di sekolah menengah atas adalah Kwon Man-sik?" tanya Jung-woo.
"Iya! Dia itu baik, suka menolongku, ramah, suka belajar bersama, dan tentunya tidak sombong sepertimu!" ucap aku.
"Aku penasaran seperti apa dia sekarang. Apakah aku lebih cakep daripada dia sekarang? Dan apakah ada kelebihan dari dalam dirinya yang membuatmu menyukainya? Kami tidak pernah berteman," ucap Jung-woo.
"Jung-woo, aku tidak menyukainya! Aku dan dia hanya berteman saja. Lagi pula, kami bisa kenal dan berteman karena Man-sik beberapa kali membantuku dari Rye-na. Kamu ingatkan dengan teman kita yang bernama Rye-na itu? Gadis yang paling sombong di kelas kita dulu," ucapku.
"Iya, aku masih ingat tentang dia. Hei, kamu jangan bohong deh! Selama kamu menceritakan tentang Man-sik, pipimu memerah. Kamu menyukainya kan?" tanya Jung-woo.
"Tidak! Eh, iya! Ah, itu kan dulu! Dulu aku memang menyukainya" ucapku.
"Bagaimana dengan sekarang?" tanya Jung-woo.
"Eh, sekarang? Ah, aku tidak tahu," jawabku.
"Eun-yeul," ucap Jung-woo.
"Ya?" tanyaku.
"Siapapun orang yang kamu sukai, kamu perlu tahu bahwa aku akan selalu berada di sisimu. Dari dulu hingga sekarang, aku belum berubah. Ucapanku yang pernah aku ucapkan sepuluh tahun yang lalu saat aku sedang bertengkar dengan eomma bukanlah sebuah ucapan asal bicara. Tapi, aku tidak ingin memaksamu untuk memilihku. Kalau kamu bahagia dengan seseorang, aku akan mendukungmu dengan senang," ucap Jung-woo.
Setelah mendengar ucapan itu, aku terdiam di sampingnya. Aku tidak tahu ingin menjawab apa. Aku hanya ingin memikirkan apakah aku pernah memiliki perasaan yang sama seperti yang dikatakan oleh Jung-woo barusan. Aku harap, aku tidak pernah membuat perasaannya terluka dengan memilih orang lain yang ternyata tidak tulus mencintaiku seperti apa yang ada di dalam perasaan Jung-woo. Aku bisa merasa bahwa perasaan Jung-woo tulus walau aku belum bisa menerimanya sekarang.
"Aku ingin kamu seperti seekor kupu-kupu yang bebas terbang kesana kemari. Kamu bebas terbang untuk menentukan jalan hidupmu sendiri. Kamu juga bebas terbang untuk menemukan cinta sejatimu," ucap Jung-woo. "Aku tidak ingin mengekangmu sebagai seseorang yang pernah mengisi hari-harimu."
Sedikit demi sedikit, Jung-woo menggerakan tangan kirinya untuk mendekati tangan kananku. Sedikit demi sedikit aku menurunkan tangan kananku dan membuat pergerakan tangan kiri Jung-woo berhenti. Aku kembali menghadap ke arah sekitar tempat aku berdiri saat ini.
"Eun-yeul, aku ingin menyanyikan sebuah lagu untukmu," ucap Jung-woo.
"Lagu apa? Nyanyikan saja!" ucapku. Aku menatap Jung-woo dan pria itu langsung menyanyikan sebuah lagu yang pernah aku dengar di radio sebelumnya.
Bureooneun barame heundeullin geon ne jalmosi anya
neol jabajuji moshan geon nanikka
mianhae haji ma
bojal geot eopsneun naege narawa
ttaseuhan ongireul nanwo jun neo
ijen modu da sigeossjiman
yeojeonhi gomaun maeumppuniya
budi orae geolliji anhgil
amuri meoreodo naega neol bol su issge
KAMU SEDANG MEMBACA
A Letter from My Father
RomanceDi negri gingseng seorang gadis berusia 20-an mencari keberadaan ayah kandungnya yang pergi meninggalkan keluarganya selama bertahun-tahun. Gadis itu tidak mencari keberadaan ayah kandungnya sendiri. Dia ditemani oleh kekasihnya yang sudah berjanji...