Part 1

121 4 0
                                    

Inilah aku, sepuluh tahun yang lalu. Disanalah aku berada. Waktu itu, aku berada di sebuah negara yang terkenal dengan ginseng dan kimchi. Aku tinggal di kota yang paling sibuk di negara ini. Semua hal ada di kota ini. Mulai dari bisnis, pendidikan yang bagus, lapangan pekerjaan yang banyak, pusat dunia hiburan, dan sebagainya. Disanalah aku hidup bersama keluargaku dari aku dilahirkan.

Namaku Park Eun-yeul, seorang gadis berusia sepuluh tahun yang bersekolah di daerah Gangnam. Aku tidak tahu apakah hidupku dapat disebut sebagai hidup yang beruntung atau tidak. Di satu sisi, aku beruntung karena ada sebuah keluarga yang baik padaku dan membiayai sebagian besar biaya sekolahku di sebuah sekolah yang terbilang 'wow'. Namun, di satu sisi aku merasa tidak beruntung karena keadaan keluargaku yang berantakan. Aku hidup bertahun-tahun hanya berdua dengan ibuku di sebuah rumah kecil yang kalau dibandingkan dengan rumah-rumah temanku ukurannya sangat jauh berbeda. Seperti 1:4. Seperti tidak ada apa-apanya.

Walaupun begitu, aku tetap harus merasa bahagia. Bully, ejekan, semua datang menghampiriku. Aku hanya membiarkan semuanya berlalu begitu saja tanpa memberi sedikit perlawanan. Bukannya aku ingin terlihat lemah agar dikasihani oleh orang lain, tetapi aku tidak ingin masalah menjadi semakin rumit.

Menurut ibuku, aku adalah anak yang patut untuk dibanggakan. Aku selalu masuk kedalam peringkat tiga terpintar di kelas sejak kelas satu di sekolah dasar. Mungkin, saat anak lain sibuk dengan mainan mahalnya dan menjadi malas belajar, aku menggunakan waktuku untuk belajar. Bahkan, saat aku tidak sedang berada di rumahku sore hari, aku menyempatkan diri untuk belajar.

"Park Eun-yeul!" teriak Ryu Jung-woo dari belakang tubuhku.

"Apa?" tanyaku.

"Kenapa kamu selalu mengikat rambutmu? Aku tidak pernah melihat rambutmu yang terurai," tanya Jung-woo.

"Apakah kamu sangat penasaran? Aku tidak mau membuka ikatan rambutku!" jawabku.

"Kalau begitu, ayo kita keliling kota! Aku mendapat sepeda baru dari orang tuaku sebagai hadiah karena aku memenangkan lomba piano anak-anak," ucap Jung-woo.

"Benarkah? Asik!" jawab aku.

"Kalau aku sudah sukses saat besar nanti, aku akan membelikanmu sepeda baru," ucap Jung-woo.

"Kamu yakin? Apakah sepuluh tahun lagi kita masih tetap berteman seperti ini? Biasanya kan, orang kaya sepertimu tidak mau berteman dengan orang miskin sepertiku," tanyaku.

"Aku yakin!" jawab Jung-woo sambil mengeluarkan sepeda barunya dari garasi rumahnya.

"Baiklah," jawabku.

Hari ini aku berada di depan rumah Jung-woo. Aku sering sekali datang ke rumah Jung-woo di sore hari. Rumah yang mewah itu tidak terletak di dekat rumahku yang kecil, tetapi karena pekerjaan ibuku, kami bisa bertemu selain di sekolah. Hal ini adalah salah satu penyebab teman-temanku mengejekku. Kebanyakan teman sekolahku dapat dengan mudah menyombongkan apa pekerjaan kedua orang tuanya. Ada yang menjadi manajer, direktur, pemilik perusahaan, pemilik toko besar, dan jabatan lainnya. Sedangkan aku, tanpa aku sebut apa pekerjaan ibuku, beberapa temanku mengetahuinya dan memberi tahu teman lainnya. Itu sebabnya mengapa ibuku tidak pernah datang ke acara pertemuan orang tua yang diadakan oleh kumpulan para ibu-ibu. Ibuku hanya menghadiri pertemuan orang tua yang resmi dari sekolah.

Beginilah ibuku. Ibuku bekerja paruh waktu di rumah keluarga Ryu sebagai tukang masak makanan. Kadang, ibuku membantu membereskan rumah demi penghasilan tambahan dan kalau dibutuhkan oleh keluarga mereka. Begitu kata ibuku kepadaku.

Ibuku menjadi pekerja rumah tangga di rumah keluarga Ryu karena Ayahku yang pergi meninggalkan keluarga kami. Ayahku meninggalkan keluarga kami yang dari dulu tinggal di kota Seoul. Perusahaan tempat ayahku bekerja telah bangkrut dan tidak sanggup memberikan pesangon. Ayahku tidak diterima untuk bekerja di perusahaan yang setara karena reputasi perusahaan tempat ayahku bekerja sebelumnya kurang baik. Akhirnya, ayahku meninggalkan keluarga kami ke luar kota dan tidak ingin kembali lagi ke Seoul. Hal itu yang membuat ayah Jung-woo menemui ibuku dan memberinya pekerjaan. Ternyata, ayahku dan ayah Jung-woo adalah teman sekolah sewaktu di Busan.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang