Part 16

17 1 0
                                    

Aku dan Man-sik berangkat ke distrik Mapo, tempat terletaknya sebuah jembatan yang sangat terkenal melalui berbagai drama korea. Jembatan Mapo tidak hanya terkenal karena merupakan jembatan yang digunakan untuk melihat pemandangan yang bagus di sore atau malam hari, tetapi jembatan ini juga terkenal karena banyak orang yang mencoba bunuh diri dari atas jembatan ini dan lompat ke dalam sungai Han.

"Kenapa kamu melamun lagi?" tanya Man-sik.

"Oh, tidak ada apa-apa," ucap aku.

"Jadi, apa nama kliniknya?" tanya Man-sik.

"Setelah aku mencari beberapa informasi di internet, kemungkinan nama kliniknya adalah klinik PK," ucap aku.

Sesampainya kami di jalanan depan klinik PK, aku turun dari dalam mobil dan masuk ke dalamnya. Man-sik menunggu di ruang tunggu kecil, sementara aku menemui pamanku.

"Halo," ucap aku.

"Halo, kamu siapa?" tanya dokter Park.

"Aku adalah Park Eun-yeul," ucap aku.

"Park Eun-yeul? Sudah lama sekali ya! Aku bertemu denganmu saat kamu berumur empat tahun," ucap dokter Park.

"Dokter, dokter pasti tahu kalau aku mencari ayahku kesini. Aku sudah mencarinya ke Busan, tetapi tidak ada. Lalu, aku menemui dokter Park Kyung-soo di Seoul. Beliau mengatakan bahwa kemungkinan ayahku tinggal di Mapo," ucap aku.

"Ayahmu memang tinggal dirumahku dengan istriku juga," ucap aku.

"Dokter, apakah semua yang dikatakan oleh dokter Park Kyung-soo adalah benar?" tanyaku.

"Apa yang dikatakan oleh sepupuku itu?" tanya dokter Park Sang-il.

"Yang aku dengar, ayahku menderita kanker hati. Apakah benar?" tanyaku.

"Iya, aku baru mendengarnya tiga hari yang lalu. Ayahmu sedang sakit parah. Ayahmu memintaku untuk tidak mengabarkan istrinya dan anak-anaknya. Karena kamu sudah dengar dari orang lain, apa boleh buat? Kita hanya bisa pasrah dalam waktu 1,5 bulan ini," ucap dokter Park Sang-il.

"Apakah aku boleh datang ke rumah paman?" tanyaku.

"Datanglah sendiri ke rumahku kalau kamu ada waktu. Aku sedang sibuk sore ini," ucap dokter Park Sang-il sambil menyerahkan kertas kecil yang bertuliskan alamat rumahnya.

"Terima kasih," ucap aku.

Aku masuk kembali ke dalam mobil Man-sik. Aku memegang kertas kecil itu dan mencari lokasinya. Ternyata, tidak terlalu jauh dari lokasi klinik PK.

Aku turun dari dalam mobil begitu aku dan Man-sik sudah sampai di depan rumah pamanku. Man-sik memarkirkan mobilnya di seberang rumah pamanku.

"Man-sik, kenapa kamu tidak ikut turun?" tanyaku.

"Kamu ingin aku bertemu dengan ayahmu juga?" tanya Man-sik.

"Daripada kamu bosan di dalam mobil," ucap aku.

"Baiklah," ucap Man-sik.

Aku berdiri di depan rumah pamanku dan mengetuk pintu rumahnya. "Permisi," ucap aku.

Seseorang membuka pintu dari dalam, "Siapa yang datang?" tanya bibiku.

"Bibi, apa kabar? Aku Park Eun-yeul," ucap aku.

"Astaga! Kamu pasti mencari ayahmu kan? Mari masuk!" ucap bibi Kang.

"Bibi, ini adalah pacarku, Man-sik," ucap aku.

"Halo," ucap Man-sik.

"Masuk saja," ucap bibiku.

Aku dan Man-sik duduk di atas sofa sambil menunggu ayahku. Bibi berjalan ke dalam kamar ayahku dan memanggilnya keluar.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang