Part 25

17 2 0
                                    

Hari ini setelah aku pulang dari kegiatan kuliahku. Aku berniat untuk menjemput Jung-woo ke tempat dia berada sekarang, yaitu gedung Sun-dong entertainment. Aku ingin memberinya sedikit kejutan atas keberhasilannya merilis lagu barunya.

Saat aku sudah tiba tepat di depan gedung tempat Jung-woo berada, di depan gedung sudah ramai banyak sekali orang yang memenuhi jalanan. Tampaknya mereka semua ada para penggemar Jung-woo yang ingin melihat idolanya.

"Eh, lihat! Hari ini Jeremy sudah merilis lagunya," ucap salah seorang gadis.

"Iya, aku dengar lagunya sudah ada di internet kalau kita ingin membelinya," ucap gadis lainnya.

"Dimana? Ah aku tidak sabar mendengarnya!" ucap gadis lainnya lagi.

"Ada di itunes," jawab gadis lainnya.

Aku berdiri di depan gedung Sun-dong untuk menjemput Jung-woo. Aku terus dan terus menunggu walaupun aku harus berdempetan dengan para penggemar yang memenuhi depan pintu masuk gedung.

Hari ini Jung-woo syuting untuk pembuatan video klip. Syuting diadakan di dalam gedung Sun-dong karena tidak butuh banyak properti dan tidak perlu tempat yang indah. Cukup Jung-woo dan piano saja.

Semua penggemar dengan mudah mengetahui apa saja yang akan dilakukan oleh Jung-woo. Mereka dengan cepat mengetahui bahwa hari ini Jung-woo membuat video klip. Penggemar sejati cepat sekali mengetahui kegiatan idolanya.

"Jeremy! Jeremy Ryu!" ucap beberapa penggemar.

Jung-woo berjalan keluar dari dalam gedung dan menghampiriku. "Oppa, ayo kita pulang!" ucap aku.

"Ayo," ucap Jung-woo. Aku dan Jung-woo berjalan menjauhi gedung Sun-dong walaupun para penggemar mengejar kami berdua.

Aku menarik lengan kanan Jung-woo dan membawanya untuk masuk ke dalam mobil milik ibuku. Ibuku menunggu kami dari dalam mobil. Ibuku sengaja menjemput Jung-woo karena tadi Jung-woo pergi menaiki bis kota.

"Kapan videonya akan dirilis?" tanyaku.

"Besok pukul 12 tengah malam," ucap Jung-woo.

Aku, Jung-woo, dan ibuku bergegas pulang ke rumah sebelun para penggemar mengikuti kemana Jung-woo pergi. Sampai-sampai, kami tidak menjemput Jae-min karena takut ada banyak penggemar yang datang dari tempat kursus Jae-min.

"Halo," ucap Jae-min saat meneleponku.

"Jae-min, ada apa?" tanyaku.

"Aku baru saja sampai di rumah. Noona, appa pingsan!" ucap Jae-min.

"Apa katamu? Coba kau ulangi sekali lagi kata-katamu!" ucapku.

"Appa pingsan di dalam rumah," ucap Jae-min.

"Baiklah, sebentar lagi aku sampai di rumah. Ini sudah dekat," ucapku.

Aku menutup pembicaraanku dengan Jae-min dengan perasaan kaget. Bagaimana aku tidak panik setelah mendengar berita tentang ayahku?

"Eomma, Jae-min bilang kalau appa pingsan!" ucapku.

"Astaga!" ucap eomma saat sedang menyetir dan panik.

Setelah kami sampai di depan rumah, ibuku dan Jung-woo masuk ke dalam rumah. Jae-min dan Jung-woo menggotong ayahku dan memasukkannya ke dalam mobil. Ibuku langsung menyetir mobilnya menuju rumah sakit CM. Aku, Jung-woo, dan Jae-min juga ikut pergi ke rumah sakit bersama.

Sampai di rumah sakit, aku memanggil dokter Park Dae-myul, dokter yang bekerja sebagai dokter penyakit dalam sekaligus adalah kakak sepupu dari ayahku. Dokter Park Dae-myul dan suster langsung mengambil tempat tidur dan membaringkan ayahku di atas tempat tidur itu. Dokter Park dan suster mendorong tempat tidur itu dan membawanya ke dalam sebuah ruang di lantai dua.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang