Part 14

26 1 0
                                    

Aku sedang berada di ruang laboratorium kimia karena aku ada kelas pada jam ini. Kali ini, kami semua mendapat tugas praktik yang baru, yaitu membuat percobaan dari bahan-bahan yang sudah ditentukan dan disiapkan untuk masing-masing kelompok. Untungnya, kelompok kami tidak mendapat bahan yang terlalu asing atau terlalu sulit.

"Tidakkah seharusnya kamu mengambil larutan NH4CL saja?" tanya Jae-bum.

"Jadi, kelompok kita akan menciptakan obat batuk sebagai tugas praktikum tengah semester?" tanya Mi-joo.

"Yup! Bagaimana, apakah kalian setuju? Kalau kita menciptakan obat-obatan, selain kreatif, hasilnya akan bermanfaat kan? Professor bilang, kita harus menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain," ucap Jae-bum.

"Kamu yakin kalau percobaan kita akan berhasil?" tanya Eun-woo.

"Tentu saja! Bagaimana denganmu, Eun-yeul?" tanya Jae-bum.

"Apa? Oh iya, aku setuju saja!" ucap aku.

"Aigoo, kamu sedang memikirkan apa? Dari tadi hanya melamun saja! Ah, kamu sedang memikirkan Jeremy ya? Pacarmu itu pasti sedang sibuk tur keliling dunia kan?" ucap Mi-joo.

"Dia bukan pacarku!" ucap aku.

"Iya, yang menjadi pacar dia kan Min-sik, anak sastra korea," ucap Mi-joo.

Kring...

"Wah, ada telepon dari siapa itu?" tanya eun-woo kepadaku.

"Wah, Jeremy menelepon kamu!" ucap Mi-joo.

"Halo, sayang?" goda Jae-bum.

"Ssst!" ucap aku.

Aku mengangkat telepon dari Jung-woo itu. Aku tidak tahu apa yang ingin disampaikannya pada jam seperti ini, sebab sudah jam setengah 11 malam di kota Los Angeles.

"Halo," ucap aku.

"Eun-yeul!" ucap Jae-woo dengan senang.

"Ada apa oppa?" tanyaku.

"Aku mengirimkan lagu aku kepada CEO di agensi aku dan laguku disetujui! Bukan hanya itu, tetapi CEO menyuruhku untuk menulis lagu itu dalam versi bahasa korea karena agensiku bekerja sama dengan salah satu agensi di Seoul dan ingin merilis laguku dibawah agensi itu," ucap Jung-woo.

"Oppa, CHUKKAE!" teriaku.

"Haduh, kencang sekali bicaranya," ucap Jung-woo.

"Oppa, CHUKKAE! CHUKKAE!" ucapku sambil membuka pintu ruang praktikum.

Aku membuka pintu ruang praktikum dengan semangat. Karena aku terlalu bersemangat, aku tidak sadar kalau aku menabrak seseorang yang sedang berdiri di depanku.

"Halo Eun-yeul?" ucap Jung-woo.

Aku menatap orang yang baru saja aku tabrak. Aku menabrak kekasihku sendiri. Aku sangat malu karena ketiga teman kelompokku memperhatikanku yang sedang menabrak kekasihku sambil berteriak.

"Oppa, nanti kita bicara lagi ya! Oppa, tidur yang nyenyak ya! Bye," ucapku.

"Bye!" jawab Jung-woo. Jung-woo menutup pembicaraan kami.

Aku mematikan teleponku dan memasukan ponselku ke dalam saku celanaku. Aku yang masih terjatuh di lantai segera bangkit dan berusaha menghilangkan rasa maluku dihadapan beberapa orang.

"Oppa? Oppa? Hei, memangnya kamu punya kakak laki-laki ya?" tanya Man-sik heran.

"Jadi, kamu memanggil Jeremy dengan sebutan 'oppa'?" goda Mi-joo.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang