Part 29

16 1 0
                                    

Hari ini adalah hari saat tubuh ayahku dikremasi. Setelah acara kremasi selesai, orang-orang yang mengenal aku, ibuku, atau ayahku datang untuk memberi salam seperti pada acara pemakaman di keluarga lain.

Hari ini teman-teman dekatku juga datang. Ada teman kuliahku dan teman sekolahku dulu. Aku senang mereka sudah mau datang ke acara ini.

"Man-sik, Na-ra, terima kasih ya sudah datang ke sini," ucap aku.

"Park Eun-yeul!" ucap Mi-joo sambil memeluk erat tubuhku.

"Mi-joo, Eun-woo, Jae-bum, terima kasih sudah datang," ucap aku.

"Eun-yeul, jangan sedih ya! Ayahmu sudah bahagia di surga sana," ucap Mi-joo.

"Terima kasih Mi-joo," ucap aku.

Mi-joo memeluk tubuhku beberapa detik. Setelah itu, Na-ra memeluk tubuhku seperti apa yang dilakukan oleh Mi-joo.

"Aku turut berduka cita," ucap Na-ra.

"Terima kasih Na-ra!" ucapku.

"Apakah Jung-woo juga akan datang?" tanya Na-ra.

"Dia sedang duduk di dalam bersama dengan adikku. Itu dia!" ucap aku. Aku menunjuk ke arah adikku dan Jung-woo yang sedang duduk saling berhadapan. Aku dan Na-ra datang menghampiri Jung-woo dan adikku. Teman-temanku yang lain juga ikut menghampiri mereka berdua.

Tidak banyak orang yang datang ke tempat ini. Ayahku sudah selesai di kremasi dan sekarang para tamu sedang berkumpul untuk minum soju bersama. Hanya Jae-min yang tidak boleh minum soju karena usianya masih dibawah umur. Jae-min hanya iri saat melihatku dan teman-temanku minum segelas kecil soju bersama-sama.

"Eun-yeul, sebelum aku menyetir mobil kesini, aku menemukan surat ini di dalam kamar orang tuamu," ucap Jung-woo.

"Surat apa ini?" tanyaku.

"Sepertinya, beberapa hari yang lalu ayahmu menulis surat ini. Mungkin sebelum kalian duduk-duduk bersama kemarin malam," ucap Jung-woo.

"Terima kasih ya! Sepulang dari sini aku akan membaca surat ini," ucap aku.

Aku memasukan surat itu ke dalam tasku. Setelah itu, aku menuang soju ke dalam gelas kecil bekas aku pakai. Aku meneguk soju itu dan menuang soju sekali lagi setelah aku sudah selesai meneguk soju sebelumnya.

Rasanya sangat menyedihkan. Aku jadi ingin minum dan minum soju lagi. Aku juga tidak bisa menahan tangisan yang keluar dari kedua mataku. Aku berusaha untuk menghentikannya, tetapi aku tidak bisa.

"Eun-yeul!" ucap Jung-woo yang duduk tepat di sampingku.

"Jung-woo," ucapku sambil menangis.

"Noona," ucap Jae-min.

Jung-woo memeluk erat tubuhku yang masih menangis. Jung-woo berusaha menenangkanku. Di samping itu, Na-ra mengambilkan kotak tisu dan memberikan selembar tisu kepadaku.

"Sudahlah, jangan terlalu sedih seperti itu. Lihat! Adikmu dan ibumu saja tidak sampai seperti ini," ucap Jung-woo sambil memeluk tubuhku.

"Mengapa hari berjalan begitu cepat? Rasanya, baru kemarin aku bertemu dengan ayahku setelah sekian lama. Rasanya, baru kemarin aku menemani ayahku di rumah sakit," ucap aku.

"Semua sudadh diatur dan yang terpenting, kamu sudah berusaha untuk bertemu kembali dengan ayahmu dan kamu sudah sempat tinggal bersamanya kan? Bagaimana kalau seandainya ayahmu meninggal sebelum kamu berusaha bertemu dengannya? Bukankah mengetahui hal itu akan menjadi lebih menyedihkan daripada sudah sempat tinggal bersama ayahmu selama satu bulan?" tanya Jung-woo.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang