Part 10

36 1 0
                                    

Hari yang sunyi. Hari itu begitu terasa sunyi. Hari ini aku sibuk kuliah dari pagi sampai siang dan Man-sik ada tugas kelompok di luar kampus. Kami berdua belum sempat bertemu hari ini. Aku juga belum sempat untuk menghubunginya karena selain ada jadwal kuliah, aku diajak oleh temanku untuk makan malam bersama karena Mi-joo hari ini berulang tahun yang ke 21. Jadi, malam minggu ini aku habiskan untuk menghadiri acara ulang tahun temanku itu.

Aku sendiri di dalam rumahku karena malam ini eomma belum kembali dari restoran dan ada acara kumpul-kumpul bersama dengan teman lamanya di restoran kami. Begitu juga dengan adikku yang masih bermain futsal setelah mengikuti kursus bahasa Korea. Aku senang melihat Jae-min yang mengikuti kursus bahasa korea dengan lancar walaupun sebenarnya dia sudah bisa berbicara bahasa korea untuk percakapan sehari-hari. Ternyata, bibiku yang tinggal dengannya selama ini yang mengajarinya agar Jae-min bisa berkomunikasi dengan keluarganya.

Disamping itu, aku sangat penasaran dengan siapa sebenarnya ayah kandungku. Aku sudah sangat lama tidak bertemu dengannya, apalagi ayahku meninggalkan keluarga kami satu setengah tahun sejak kelahiran adikku. Aku ingin tahu seperti apa ayah kandungku. Yah, walaupun takdir tidak akan mempertemukanku dengan ayah kandungku, aku ingin mengetahui sosok ayahku itu seperti apa. Aneh sekali jika seorang anak tidak bisa mengetahui siapa ayah kandungnya.

Sebenarnya, sudah lama aku berniat untuk mencari siapa ayah kandungku sebenarnya. Bahkan keinginanku itu sudah ada di benakku sejak aku masih berumur sebelas tahun. Saat itu adalah saat aku sedang kesal dan ingin mencari sosok ayahku. Aku mengatakan keinginanku itu kepada ibuku dan aku malah dimarahi oleh ibuku. Nampaknya ibuku tidak suka kalau aku berusaha untuk mencari keberadaan ayahku saat itu.

Lima belas tahun bukanlah waktu yang singkat. Aku sudah hidup tanpa seorang ayah sejak kira-kira lima belas tahun yang lalu. Aku tahu bagaimana tidak enaknya hidup tanpa seorang ayah disampingku. Berkali-kali aku mendapat ejekan dan aku harus tetap tegar menghadapinya. Hal itu yang membuatku tidak tahan lagi dan ingin mencari keberadaan ayahku. Aku hanya sedang menunggu kapan ada waktu yang pas untuk mencari keberadaan ayahku.

Aku membuka sebuah laci yang sudah lama terkunci. Baru saja aku menemukan tempat eomma menyimpan kunci itu dan aku diam-diam mengambil kunci laci tanpa sepengetahuan siapapun. Begitu aku membuka laci ini, ternyata ada banyak sekali dokumen yang tersimpan di dalam laci itu seperti fotokopi kartu keluarga dan fotokopi akte kelahiran dari masing-masing anggota keluarga. Selain itu, ada sebuah amplop yang membuatku jadi penasaran dan menyita perhatianku.

"Park Dong-San - Jungang-dong, Busan, 600-010"

Aku menemukan sebuah alamat yang tertulis pada salah satu amplop yang tersimpan di dalam laci itu. Sebuah alamat tertulis dengan jelas dan bukan sebuah alamat di kota Seoul. Aku langsung mencatat alamat itu di ponselku dan menyimpannya sebelum ada orang lain yang masuk ke dalam rumah ini. Mungkin saja, alamat itu adalah petunjuk yang dapat aku gunakan untuk menemui ayahku.

Setelah mencatat alamat itu dengan lengkap, aku langsung menutup laci dan meletakan kembali kuncinya di tempat semula. Sebentar lagi, eomma akan pulang. Eomma dari dulu selalu melarangku untuk mencari tahu siapa ayah kandungku selama ini. Tentu saja eomma akan marah kalau aku ketahuan membuka laci ini tanpa ijin. Aku tidak ingin eomma marah padaku walaupun aku tidak bisa menyembunyikan hal ini selamanya. Hanya saja, eomma tidak perlu tahu dalam waktu dekat ini.

"Aku pulang!" ucap Jae-min saat membuka pintu rumah dan melepas sepatu yang dipakainya ke dalam rak sepatu di depan pintu rumah.

"Jae-min, sudah pulang ya?" tanyaku kaget. Aku langsung keluar dari kamar ibuku dan berdiri di ruang tamu agar Jae-min tidak curiga kepadaku.

"Sudah! Eomma sudah pulang belum?" tanya Jae-min. Jae-min menutup pagar rumah dan membuka pintu rumah kami.

"Belum," ucapku.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang