Part 32

14 1 0
                                    

Apakah kalian pernah menonton drama korea yang berjudul 'My Love from the Star'? Aku ingat dengan salah satu soundtrack dari drama itu. Soundtrack itu cocok sekali dengan keadaanku saat ini. Salah satu soundtrack yang aku maksud tadi adalah lagu milik penyanyi bernama Huh Gak yang berjudul 'Tears Like Today'.

Aku teringat akan lirik lagunya. Kata-katanya yang menghanyutkan dan menyedihkan itu membuatku menangis jika terus mengingatnya. Aku ingat betul bagaimana si karakter utama perempuan menangis di dalam drama korea itu. Aku rasa, aku benar-benar ingin menangis seperti itu.

How many more tears like today's are left?

I don't know love or farewells, will you tell me?

Rain drops keep turning into tears, blocking my vision

Where are the tears like today's going?

(Translate dari Huh gak – Tears Like Today)

***

"Park Eun-yeul!" panggil eomma dari depan kamar tidurku.

"Ya, ada apa?" tanyaku.

Aku terkejut ketika eomma memanggil namaku dari depan kamarku. Seketika, lamunanku berhenti dan tidak bisa aku lanjutkan lagi. Eomma adalah orang yang dikirim oleh Tuhan untuk menyelamatkanku dari lamunan yang tidak berguna itu.

Aku membuka pintuku untuk menanggapi panggilan yang dilontarkan oleh eomma barusan. Sepertinya, ada hall penting yang akan diucapkan kepadaku saat ini.

"Eun-yeul, bisakah kamu mengantar dua kotak ini? Tadi, ada pelanggan yang memesan dua kotak tteokbokki dan ingin agar pesanannya segera diantarkan ke rumahnya. Kebetulan juga, eomma haru pergi berbelanja saat ini," ucap eomma kepadaku.

"Baiklah, aku akan mengantar pesanan ini," ucapku.

"Ini alamatnya," ucap eomma sambil memberikan selembar kertas bekas yang bertuliskan alamat rumah pelanggan pada bagian belakang kertas bekas itu.

Aku keluar dari dalam rumahlu setelah aku mengganti pakaianku. Aku mengeluarkan sepedaku, mengikat dua kotak itu pada bagian belakang jok sepedaku dengan sangat erat. Setelah itu, aku hanya perlu untuk mengayuh sepedaku karena rumah pelanggan yang akan aku kunjungi hanya berjarak sekitar satu setengah kilo meter saja dari rumahku.

"Permisi, Park tteokbokki sudah datang!" teriakku di depan rumah pelanggan itu sambil berdiri.

"Ya," jawab pelanggan itu.

Sang pelanggan yang memesan dua kotak tteokbokki itu membuka pintu rumahnya untukku. Kau sangat kaget karena sebenarnya aku sudah kenal dengan pelanggan itu.

"Cha Eun-woo? Bukankah kamu tinggal di daerah Jongno?" tanyaku.

"Hehehe.... Aku belum pernah cerita kepadamu ya kalau ayahku punya dua rumah? Rumah yang ada di Jongno itu hanya rumah sementara kami karena rumah ini baru saja selesai untuk di renovasi," ucap Eun-woo.

"Pantas saja!" ucapku.

"Eun-yeul, mari masuk ke dalam," ucap Eun-woo kepadaku.

"Ah, tidak perlu repot-repot untuk mengundangku masuk ke dalam rumahmu," ucapku.

Aku menggiring sepedaku ke dalam pagar rumah Eun-woo. Setelah itu, aku masuk ke dalam rumah Eun-woo. Eun-woo mempersilahkanku untuk duduk sebentar di atas sofa.

"Ini, air putih untukmu," ucap Eun-woo padaku.

"Terima kasih," ucapku.

"Park Eun-yeul, kenapa kemarin kamu tidak masuk kuliah?" tanya Eun-woo.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang