Part 24

16 1 0
                                    

Ujian tengah semester telah selesai. Aku lega karena bebanku sudah berkurang. Aku tidak perlu pusing lagi untuk memikirkan ujian, walaupun masih ada ujian akhir semester nanti.

Sekarang, setelah aku kembali dari kampus karena ada ujian hari ini, aku sudah berada di rumah untuk menunggu Jung-woo yang belum kembali dari pekerjaannya. Mulai hari ini, Jung-woo akan mulai merekam lagu barunya dan agensi akan segera merilisnya. Selain itu, Jung-woo juga mendapat undangan dari acara musik bergengsi di Korea yang bernama Music Bank. Dalam acara itu, Jung-woo akan menyanyikan lagu barunya, sekaligus untuk mempromosikan lagunya dan untuk bersaing pada chart musik di Korea. Setiap ada artis yang baru saja merilis album atau single nya, pasti lagu yang mereka nyanyikan akan diikutsertakan dalam chart musik dan bersaing dengan posisi sebelumnya.

"Eun-yeul, sedang apa sendirian disini? Kenapa kamu melamun?" tanya ayahku saat aku sedang duduk sendirian di kursi samping rumah.

"Ah, aku hanya melihat pohon bunga sakura di pinggir jalan," ucapku.

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya ayahku.

"Ah, tidak ada apa-apa," ucapku.

"Eun-yeul," ucap ayahku.

"Ada apa?" tanyaku.

"Ayah ingin meyakinkanmu sekali lagi. Apakah kamu menyukai anak itu? Appa lihat, beberapa hari ini kamu terlihat sangat senang saat dia ada di rumah kita. Kamu tersenyum kepadanya, terutama saat hari perayaan ulang tahun pernikahan appa dan eomma waktu itu," ucap ayahku.

"Appa..." ucapku sambil merasakan hangatnya dipeluk oleh appa.

"Eun-yeul, bagaimana dengan Man-sik? Apakah dia terlihat marah saat datang kemari dan melihat Jung-woo tinggal bersama kita?" tanya ayahku.

"Aku tidak tahu. Lagi pula, Hubungan kami kan sudah berakhir. Aku merasa hubungan kami biasa saja dan membosankan. Lebih cocok bila menjadi teman saja. Maka dari itu, sewaktu dia datang ke rumah kita, aku ingin mengusirnya. Tapi, appa malah menyuruhnya untuk masuk," ucapku.

"Apakah karena Man-sik tahu kalau kamu menyukai Jung-woo kalian mengakhiri hubungan kalian?" tanya ayahku.

"Aku tidak tahu. Saat kami berdua mengakhiri hubungan kami, aku yang memintanya duluan. Waktu itu sepertinya dia sudah tahu kalau aku dan Jung-woo sering bertukar pesan dan saling memberi kabar. Aku melakukan itu karena aku berteman dekat dengan Jung-woo dan hal itu tidak aneh bagi aku dan Jung-woo," ucapku.

"Tapi, walaupun mungkin saja hati Man-sik terluka karena hubungan kalian yang tidak lancar, Man-sik tidak memusuhimu dan tetap menjadi temanmu kan? Itu pertanda bahwa Man-sik adalah seorang pria sejati. Dia tidak memaksakan keinginan hatinya demi hasrat pribadinya. Dia mengutamakan kebahagiaan wanita yang disukainya," ucap ayahku.

"Appa," ucapku. Aku menatap wajah ayahku sambil dipeluk olehnya.

"Ada apa?" tanya ayahku.

"Apa yang appa tahu tentang apa itu pria sejati? Apakah pria sejati adalah pria yang tidak pernah menangis di hadapan wanita?" tanyaku.

"Bukan seperti itu, Eun-yeul! Yang appa tahu, pria sejati adalah pria yang tidak mudah menyerah, tidak pernah lupa akan janji yang dibuatnya, tidak pernah mengkhianati orang lain, dan mendukung apapun yang diinginkan oleh wanita yang disukainya. Kalau seorang pria sedang menangis di hadapan wanita, itu masih wajar. Mungkin pria itu sedang sedih dan tidak bisa menahan emosinya,," ucap ayahku.

"Appa benar juga," ucapku.

"Iya," jawab appa.

"Appa, boleh aku bertanya hal lain?" tanyaku.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang