Part 15

22 1 0
                                    

Malam ini aku dan Jae-min duduk bersama di atas sofa sambil menonton sebuah acara tv. Jae-min yang menyalakan tv saat aku sedang diam di atas sofa.

"Noona, acara ini lucu! Noona tidak tertarik ya?" tanya Jae-min.

"Acara apa itu?" tanyaku.

"Happy together," jawab Jae-min.

"Oh, dulu aku sering menonton acara itu," ucap aku.

"Oh ya? Aku pikir noona tidak pernah nonton variety show seperti ini," ucap Jae-min.

"Tentu saja pernah!" jawabku.

"Noona, bagaimana rasanya jatuh cinta pertama kalinya? Apakah menyenangkan?" tanya Jae-min.

"Jae-min, kenapa tiba-tiba kamu bertanya seperti itu?" tanyaku. "Apakah kamu sedang jatuh cinta saat ini?"

"Apa? Aku tidak sedang jatuh cinta. Aku hanya ingin tahu saja," ucap Jae-min.

"Bagaimana mengatakannya ya? Lebih tepatnya, aku tidak tahu pasti kapan aku bisa jatuh cinta pertama kalinya," ucap aku.

"Bukankah banyak orang mengatakan kalau cinta pertama adalah perasaan yang sulit untuk dilupakan?" tanya Jae-min.

"Hmm... mungkin itu terjadi saat aku masih kelas dua di sekolah menengah atas," ucap aku.

"Siapa orang yang noona suka? Ah, Man-sik hyung ya?" tanya Jae-min.

"Kamu pintar menebak pikiranku ya?" tanyaku.

"Benar kan?" tanya Jae-min.

"Iya, kamu memang benar!" ucap aku.

"Ayolah ceritakan padaku bagaimana rasanya," ucap Jae-min.

"Baiklah!" ucap aku. "Jadi awalnya, aku tidak dekat dengan dia. Dia juga diam saja ketika kami berpapasan di sekolah. Maklum, dia baru pindah dari luar negri. Semua ini terjadi begitu saja. Semakin aku melihat dirinya, semakin dirinya terbayang-bayang di pikiranku. Man-sik pernah menolongku dan membawaku ke rumah sakit karena kakiku terkilir. Saat itu, aku merasakan apa itu cinta. Aku yang tidak pernah dicintai oleh pria manapun akhirnya mulai merasakan apa itu cinta untuk pertama kalinya. Rasanya sangat hangat dan membuat diriku nyaman setiap bersamanya. Kami beberapa kali jalan-jalan di hari sabtu malam. Aku ingat saat aku dan dia sedang jalan-jalan dan tiba-tiba hujan turun. Akhirnya, Man-sik masuk ke dalam sebuah toko dan membeli sebuah payung. Setelah itu, Man-sik memayungiku dan kami berlari menerjang derasnya hujan. Kami berlari sambil tertawa. Sederhana saja. Rasa cinta bisa datang kapanpun tanpa bisa kamu ketahui kapan datangnya. Kamu juga tidak pernah tahu siapa orang yang mendatangkan cinta itu. Ya, seperti air yang mengalir begitu saja di dalam sungai," ucap aku.

FLASHBACK

Empat tahun yang lalu

Hari ini adalah hari Sabtu. Biasanya, malam ini aku di rumah menonton drama atau mendengarkan siaran radio sambil makan makanan ringan buatan ibuku. Namun, hari ini aku meninggalkan kebiasaanku untuk pertama kalinya dalam masa remajaku.

Man-sik mendatangi rumahku dan menjemputku. Karena aku merasa tidak enak telah ditolong oleh Man-sik beberapa waktu yang lalu, akhirnya aku menerima ajakan Man-sik untuk menemaninya jalan-jalan.

Man-sik berbeda sekali hari ini. Man-sik berpakaian rapi, menyisir rambut dengan rapi, bahkan aku tidak melihat sebuah mobil pun di depan rumahku. Rupanya, Man-sik menaiki bus kota dan tidak diantar oleh supirnya malam ini.

"Kwon Man-sik, kamu berbeda sekali hari ini!" ucap aku.

"Kamu juga!" balasnya.

Malam ini kami menikmati pajeon, salah satu makanan korea yang banyak dijual di pinggir jalan. Pajeon adalah makanan ringan ala korea yang berbentuk seperti pancake. Bentuknya bulat seperti hotteok. Yang membedakan pajeon dengan hotteok adalah bahan adonannya. Pajeon lebih terasa seperti telur, sedangkan hotteok menggunakan ragi sehingga lebih terasa kenyal. Pajeon lebih gurih dan biasanya terdapat makanan laut atau daging babi di dalamnya. Hotteok lebih sering berisi sayur atau japchae (bihun goreng ala korea) saja. Pajeon sudah ada sejak zaman dinasti joseon yang dulu disebut sebagai dongnae pajeon.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang