Part 39

16 1 0
                                    

Seoul 2023

"Park Eun-yeul!" ucap Na-ra saat meneleponku.

"Ya?" tanyaku.

"Bisakah sore ini kita bertemu di café dekat kampusmu?" tanya Na-ra.

"Ada apa? Biasanya kita hanya bercerita satu sama lain melalui telepon atau skype," ucapku.

"Ya, sekali-sekali kita bertemu. Aku yang traktir deh!" ucap Na-ra.

"Araseo! Jam berapa?" tanyaku.

"Hmm.. kamu ada waktunya jam berapa? Jam tiga sore bisa tidak?" tanya Na-ra.

"Jam tiga sore ya? Aku bisa!" ucapku.

"Baiklah, jangan lupa ya! Pakai pakaian yang bagus ya! Kalau perlu, dandan juga," ucap Na-ra.

"Iya, tuan puteri!" ejekku.

"Hei!" ucap Na-ra kesal.

Aku langsung menutup pembicaraanku dengan Na-ra begitu dia memarahiku karena aku ejek. Aku bingung, kenapa tiba-tiba Na-ra mengajak aku untuk datang ke sebuah café dengan memakai pakaian yang bagus dan berdandan? Padahal, hari ini kan bukan hari ulang tahun Na-ra. Hari ini kan tanggal 28 Januari. Na-ra berulang tahun pada tanggal 28 Juni.

Tunggu dulu! Apa? 28 Januari? Bukankah hari ini adalah ahri ulang tahun Ryu Jung-woo? Apakah aku harus memberinya ucapan selamat ulang tahun lewat messenger? Ah, untuk apa? Dia saja tidak memberikan ucapan selamat natal kepadaku waktu dua tahun yang lalu. Natal bulan lalu juga dia tidak memberikanku selamat. Juga di hari ulang tahunku tahun lalu. Dia tidak memberikanku ucapan selamat.

Jam tiga sore tinggal satu jam lagi. Sekarang, aku membuka lemari pakaianku dan mencari pakaian terbaik yang bisa aku pakai. Aku mengambil rok selutut berwarna merah muda dan atasan berwarna putih polos. Aku memadukannya sendan wedges 5 cm berwarna merah muda. Aku juga mengambil tas kecil berwarna merah muda dan mengisi tas itu dengan dompet, ponsel, dan tisu.

Setelah aku mengganti pakaianku, aku memakai lipstick berwarna merah muda dengan tipis. Setelah itu, aku memakai bedak dan sedikit maskara.

Aku meraih tasku dan juga mantel berwarna merah muda dari atas kasurku. Aku memakai mantel dan juga tasku, lalu berjalan menuju rak sepatu untuk mengambil sepatu wedges berwarna merah muda.

"Jae-min, aku pergi dulu ya!" ucapku.

"Noona mau kemana? Rapih sekali," ucap Jae-min.

"Ah, aku ingin bertemu dengan Na-ra di café dekat gedung kampusku. Kamu tidak pergi berkencan dengan Kimmy?" tanyaku.

"Noona! Dia kan sedang sibuk untuk persiapan konser dua hari lagi," ucap Jae-min.

"Baiklah, aku pergi dulu ya!" ucapku.

"Hati-hati di jalan ya!" ucap Jae-min.

Aku mengendarai sepeda untuk menju ke tempat itu. Walaupun jalanan licin akibat salju di musim dingin, aku tetap mengendarai sepedaku. Aku sedang malas untuk menaiki bus kota.

Aku memarkirkan sepedaku di tempat parkir sepeda, lalu menguncinya. Setelah itu, aku langsung masuk ke dalam café itu dan menempati salah satu kursi kosong. Aku menunggu kedarangan Na-ra yang mungkin akan telat.

"Sudah jam tiga tapi Na-ra belum datang juga," ucapku sambil melihat jam tanganku.

"Park Eun-yeul," ucap seseorang yang ternyata duduk di belakangku.

"Ka..mu...?" tanyaku kaget.

"Ya, ini aku! Oraenmaniya," ucap Jung-woo.

"Kamu? Sedang apa kamu di Seoul?" tanyaku.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang