Part 40

18 1 0
                                    

New York, Februari 2023

Aku menginjakan keduak kakiku di dalam bandara internasional John F. Kennedy. Aku sangat pegal setelah menempuh perjalanan selama 16 jam. Pesawat yang ditumpangi oleh aku dan Jung-woo harus mampir ke Kanada dulu.

Aku sudah mengambil koper besarku dari atas ban berjalan. Begitu juga dengan Jung-woo yang sudah mendapatkan koper besarnya.

Saat Jung-woo dan aku sudah keluar dari bagian kedatangan internasional, banyak para penggemar Jung-woo yang menyerbunya. Aku berusaha untuk menghalang mereka dan membiarkan Jung-woo untuk jalan dengan tenang.

"Sekarang, kita akan pergi kemana?" tanyaku.

"Hmm... sebaiknya pergi ke rumahku dulu. Kamu kan belum punya tempat tinggal tetap. Kamu bisa tinggal di rumahku untuk beberapa bulan ini. Pasti eomma dan appa mengijinkanmu," ucap Jung-woo.

"Baiklah," ucapku.

Setelah aku dan Jung-woo keluar dari dalam bandara, sudah ada seseorang yang menjemput kami. Orang itu adalah sekertaris pribadi dari ayah Jung-woo.

"Donny!" ucap Jung-woo kepada sekertaris itu.

"Selamat datang kembali!" ucap sekertaris Donny.

"Halo," ucapku.

"Donny, ini adalah Park Eun-yeul, temanku dari Seoul. Mulai sekarang, aku dan dia akan membuka record label di New York," ucap Jung-woo.

"Ayo, akan aku antar pulang ke rumah," ucap sekertaris Donny.

Aku sampai di depan rumah Jung-woo. Di dekat jalan menuju ke rumah Jung-woo, terdapat sebuah papan jalan bertuliskan Brooklyn CB 14. Ternyata, Jung-woo tinggal di daerah Brooklyn, bukan di daerah Manhattan.

"Jung-woo oppa, dimana letak Times Square?" tanyaku.

"Times Square terletak di tengah-tengah daerah Manhattan. Times Square adalah pusat dari kota New York," ucap Jung-woo.

"Apakah aku bisa pergi ke sana sore ini?" tanyaku dengan penuh semangat.

"Ya, kita bisa pergi ke sana nanti sore, asalkan sekarang kamu tidur dulu. Kelihatannya, kamu lelah dan tidak bisa tidur di dalam pesawat," ucap Jung-woo.

Setelah Jung-woo meletakan koperku di dalam kamar kosong, ibu Jung-woo memerikanku air minum di dalam kamar itu. Aku menyapa ibu Jung-woo setelah ibu Jung-woo mengantarkan air minumnya.

"Annyeonghaseyo," sapaku.

"Annyeonghaseyo. Apa kabar?" tanya ibu Jung-woo.

"Aku baik. Aku sudah lulus kuliah," ucapku.

"Bagus! Oiya, sekarang kamu istirahat dulu ya! Nanti akan aku siapkan handuk bersih di dalam kamar mandimu," ucap ibu Jung-woo.

"Kamsahamnida," ucapku.

***

Aku sudah bangun dari tidur siangku. Sekarang, sudah pukul tiga sore. Aku sudah tidur selama lima jam.

Aku masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar ini. Rumah ini cukup besar. Aku diberi kamar besar di lantai dua. Di dalam kamar ini juga ada kamar mandi pribadinya. Selain itu, di dalam kamar ini ada komputer yang bisa aku gunakan. Semua serba lengkap.

"Eun-yeul," ucap Jung-woo sambil mengetuk pintu kamarku.

"Masuk!" ucapku.

"Ini, ada beberapa pakaian dari eomma. Katanya, ini adalah pakaian sewaktu eomma masih muda dulu," ucap Jung-woo.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang