Part 30

15 1 0
                                    

Aku memasukan surat terakhir yang ditulis oleh ayahku ke dalam laci di dalam kamarku. Setelah itu, aku menutup dengan rapat laci itu.

Kini, aku kembali tinggal bertiga dengan ibu dan adiknya saja. Sosok ayahku yang hanya muncul selama kurang lebih satu setengah bulan itu belum bisa aku lupakan karena aku sangat menyayangi ayah kandungku. Walaupun aku tidak pernah merasakan apa itu kasih sayang dari seorang ayah, namun aku sangat menyayangi ayahku. Ternyata, orang yang pernah beberapa kali mengirimkan kado ulang tahun untuk untukku adalah ayah kandungku sendiri, bukan pamanku atau bibiku. Juga bukan dari ibu kandungku. Ibuku terlalu sibuk untuk melayani para pelanggan di restoran.

"Park Eun-yeul!" panggil eomma dari ruang makan.

"Iya, sebentar ya!" jawab Eun-yeul.

Di ruang makan, sudah siap sarapan yang baunya lezat. Hari ini, Jae-min diajari bagaimana caranya memasak oleh eomma. Sepertinya, Jae-min akan mewarisi restoran milik keluarga kami di kemudian hari.

"Baunya tercium sampai ke kamar lho," ucap Jung-woo.

"Jung-woo, pakaianmu rapi sekali! Ada jadwal kerja ya?" tanya eomma.

"Iya. Aku diundang oleh salah satu stasiun radio untuk berbincang-bincang dan menyanyikan sebuah lagu untuk para pendengar stasiun radio itu," jawab Jung-woo kepada eomma.

"Eomma!" panggil aku sambil berjalan menuju ibunya.

Aku memeluk tubuh eomma dengan erat. Hari ini, aku sudah tidak merasa sedih lagi.

"Ah, hari ini Eun-yeul sudah berubah jadi seperti biasanya. Tidak seperti kemarin yang murung setelah pulang dari acara kremasi," ucap eomma.

"Park Jae-min!" sapa aku kepada adikku.

"Noona, ada apa dengan dirimu? Kenapa noona tiba-tiba jadi senang seperti itu?" tanya Jae-min heran.

Jung-woo yang sedang berdiri di dekat tubuhku langsung menggerakan tangannya dan menggandeng tangan kananku. Jae-min melihat gerakan itu dan langsung berteriak di hadapan kami semua. Rasanya, aku ingin membekap mulutnya.

"NOONA! KENAPA NOONA DAN HYUNG MENYEMBUNYIKAN SEMUANYA DARIKU?" tanya Jae-min seperti ada sesuatu yang sedang dirahasiakan darinya.

"Kenapa kalian berdua belum duduk juga? Ayo sarapan dulu! Eun-yeul, kamu rapi sekali. Apa kamu ada kuliah hari ini? Ini kan hari Sabtu," ucap eomma.

Aku duduk di kursi makan sambil mengambil lauk yang ingin dimakannya. Begitu juga dengan Jung-woo. Setelah itu, aku baru menjawab pertanyaan dari eomma.

"Eomma, sebenarnya, selama Jung-woo ada di Seoul, dia memintaku untuk pura-pura menjadi manajernya. Jadi, pagi ini aku dan dia akan berangkat ke stasiun radio bersama. Dia ingin agar aku bisa menjadi manajernya. Dia juga bilang padaku kalau setelah aku lulus dari kuliahku, dia ingin menjadikanku manajer tetapnya karena kontraknya akan habis dan dia ingin menjadi artis di Korea saja," ucapku.

"Wah, pasti ini semua karena kamu merindukan tempat kelahiranmu ya? Padahal, kalau kamu menjadi artis di Amerika, bayarannya lebih mahal dari pada di Korea," ucap eomma kepada Jung-woo.

"Bibi, itu bukan karena aku merindukan tempat kelahiranku Tapi, ini semua aku lakukan karena aku mencintai Eun-yeul," ucap Jung-woo.

"Apa katamu?" tanya eomma kaget.

"Eomma, noona dan hyung sudah mulai berpacaran!" ucap Jae-min dengan tegas kepada eomma.

"Apa? Kalian sudah mulai pacaran? Aku pikir, ayahmu hanya bercanda waktu itu saat dia mengatakan bahwa kamu menyukai Jung-woo. Tapi, apa yang terjadi sekarang? Kalian malah berpacaran," ucap eomma.

A Letter from My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang