*

437 14 0
                                    

Abi langsung terbelalak dan menjatuhkan kepalanya ke meja, tak kuat menahan tawanya lagi. Sebentar – sebentar ia menaikkan kepalanya dan setiap kali melihat Arga yang masih tersenyum dan tertawa sok cool itu mengingatkan dia pada hal itu sehingga tak bisa berhenti ketawa.

"Gue seneng liat lo ketawa kayak gini" ujar Arga menghentikan Abi.

"Ha?" jawab Abi menatap Arga.

"Ga....eh iya gue minta billnya dulu ye" Arga mengalihkan pembicaraan.

Bill datang dan Arga sudah mengeluarkan dompetnya dari saku celananya itu. Abi menahan tangan Arga.

"Gue aja yang bayar kan gue tadi minta bibimbap gara – gara diet" ujar Abi.

"Gue aja kan gue yang ngajak"

"Gue aja"

"Gue aja Abigail yang tomboy..."

Berdebat tanpa henti. Banyak ngeles seperti bajaj. Banyak saja jawaban dan sahutan yang tidak kelar – kelar.

"Gue aja Arga"

"Gue aja"

"Oke fix ! patungan aja ! lo setengah gue setengah" ujar Abi memotong.

"Oke ! gitu aja dari tadi susah"

Mbak – mbak pelayan hanya bisa tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya melihat Arga dan Abi yang bertingkah konyol tapi menark perhatian. Pelayan ini berfikir kalau Arga dan Abi....antara kakak makan dengan adiknya atau mereka berdua pacaran tapi konyol berasa bukan pacaran.

Akhirnya mereka pulang dengan tampang yang masih keliatan konyolnya. Berdebat konyol hanya karena bill bayaran. M_A_K_A_N.

Entah apa yang ada di pikiran Abi kini. Rasanya semuanya berubah. Masih tomboy. Tapi rasa dan perasaa aneh itu adalah hal yang pertama kalinya bagi Abi bukan habbid. Yang Abi tau dengan jelas dia merasa nyaman dengan Arga walaupun baru kenal padahal sudah lewat berapa bulan.

Arga mengendarai motor ninjanya itu sambil berpikir. Dengan waktu yang tak terasa nanti....memang ini masih semester 1 dan ini memang belum akhir sekali tapi waktu yang begitu cepat tak terasa mereka mewlewati liburan....semester 2....akhir....selang hanya 2 hari...lalu dia akan melanjutkan semuanya ke New York. Semuanya akan berakhir sampai waktu itu saja??

Abi bingung melihat Arga yang mengendarai motor seperti dengan tatapan yang kosong.

"Ga," panggilnya.

Tak ada jawaban dari Arga. Arga seperti sedang di alam lain.

"Arga...." panggil Abi untuk yang kedua kalinya.

Tak ada jawaban lagi.

"Arga !" panggil Abi mengagetkan Arga.

"Abi ! hampir aja kita nabrak !" jawab Ara terengah – engah.

"Bukan kita tapi lo doang Ga ! yang daritadi bengong kan elo bukan gue"

"Ya ga dikagetin juga Bi" ujar Arga sambil menengok ke belakang ke arah mata Abi.

"Ya orang gue udah manggil pelan lo ga nyaut...mikirin apaan sih lo?"

"Ga ada Cuma lagi mikir tugas seabreg doang"

Abi mempercayainya saja walau yang ada di pikirannya saat ini adalah ia tau kalau Arga sedang berbohong. Tak terasa Abi saja sampai tak tau ia dimana sekarang.

"Ga ? ini dimana?"

"Rumah gue" jawab Arga santai.

Rumah Arga memang besar dan mewah layaknya istana. Ini bukan penthouse seperti tempat Abi tinggal tapi ini memang rumah. Abi hanya terbelalak walaupun sebenarnya sudah biasa juga dia melihat rumah seperti ini karena rumah saudara – saudaranya juga ada yang seperti ini tapi yang jadi permasalahan adalah dirumah sebesar ini hanya dia dan Arga saja????

"Ga..ini gede banget loh...ya gue udah bisasa karena sodara gue juga rumahnya segini – segini gue juga di penthouse masalahnya Cuma bedua?"

"Ada mbak gue..ada sopir bokap gue...ada tukang kebun...seng dipilih satu – satu mau yang mana?" jawab Arga sambil membetulkan rambutnya.

"Bukan itu maksud gue"

"Brisik lu ah udah ayo gue juga ga mau ngapa – ngapain"

Arga menarik tangan Abi sampai ke dalam rumah besar itu. Arga tampak seolah mencari – cari sesuatu tapi entah apa yang ia cari.

"Adek gue tercinta !" panggilnya.

"Lo punya adek?" tanya Abi.

"Punya. Kelas 3 SMP mash bocah tapi bawelnya kayak emak – emak"

"Den...non Yunanya ga ada atuh den...lagi ngeles Matematik sama katanya latihan dans di studio dans sekolahnya"

"Ohh gitu ya Bi..ya udah makasih deh Bi tapi tadi Bibi salah ucap bukan dans tapi dance Bi.." jawab Arga ramah.

Abi hanya mengangguk – ngangguk saja sambil melihat ke sekeliling rumah itu seolah – olah menunjukkan dirinya mengerti suatu hal yang ia belum mengerti sebelumnya. Tiba – tiba mata Abi tertuju pada suatu hal. Abi mendatangi tempat itu dan memandanginya tanpa berkedip bahkan tanpa sepengetahuan Arga.

Dia berjalan ke sebuah dinding yang begitu rata dengan cat putih. Ini benar – benar mengagumkan. Kreatif.

Ternyata creative levelnya Arga tinggi juga...padahal badboy begajulan ga jelas gitu... ujar Abi dalam hati.

Ia terus menatap dinding itu. Dinding itu berisi rangkaian foto Arga yang sebenanrnya bukan Arga sendiri yang buat. Lebih teoatnya pemikiran Yuna. Arga hanya bantu sedikti saja. Hanya 5 % dari 100 %. Sisanya Yuna semua yang mengerjakan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
COLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang