*

289 12 1
                                    

Terik matahari pagi sudah terasa. Biar di dalam tenda sekalipun tetap saja menyilaukan. Saat Abi membuka matanya ia hampir saja teriak karena ia berada di tenda yang berbeda. Tapi ia langsung tersadar dan malah mencari Arga pertama kali. Arga bangun terlalu pagi tapi tidak juga sih sebagian anak – anak ada yang sudah mulai ada di luar tenda. Abi menggerakkan kakinya yang masih sakit itu dengan perlahan. Abi keluar dari tenda itu dan terdiam sebentar. Udara di pagi hari yang baru hari itu bisa ia rasakan seutuhnya membuat Abi tak ingin menyia – nyiakan segarnya udara pagi.

Abi melirik ke berbagai arah karena Arga tak ada di api unggun depan tenda. Tak jauh dari sana, Abi malah menemukan Arga ada di api unggun untuk tempat masak dan bakar – bakaran. Ia duduk dengan hammock yang cukup besar, cukup untuk 2 orang.

Abi menghampiri Arga sambil menahan kakinya yang sakit itu. Sepertinya Abi mulai luluh dengan Arga.

"Boleh duduk disini?" tanya Abi agak gugup.

"Hm" jawaban yang singkat.

Abi menatap langit yang penuh dengan awan putih yang cerah itu. Arga membakar ikan dengan telaten. Abi memperhatikan Arga yang fokus dengan ikan itu sepertinya menjaganya dari kegosongan.

"Em...thanks ya kemaren lo udah obatin gue" ujar Abi memotong suasana diam.

"Santai" jawab Arga singkat.

"By the way...lo kok kayaknya telaten banget kemaren? Kayak dokter aja...haha" ujar Abi sambil tertawa kecil.

Tanpa menjawab Arga hanya mengeluarkan seperti ID Card dari dalam kantong jaketnya. Kartu ID itu adalah kartu ID mahasiswa kedokteran. Ia mendapat kartu ID itu sebagai buktinya pernah / sempat menempuh pendidikan kedokteran di New York sehingga saat kembali ke negara asal ia tinggal melanjutkan tanpa perlu mengulang lagi dari awal.

"Lo mahasiswa kedokteran? Hebat banget...pantes aja kemaren lo segitu telitinya kalo gue sih bodo amat paling – paling cuman gue cuci trus gue kasih obat sama perban ga peduli tuh ranting masih nyantol di kaki gue apa enggak" ujar Abi.

Arga dengan ekspresi dinginnya hanya memberi senyuman kecil.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nih orang dingin banget sih...kecilnya bukan makan bubur tapi makan es batu kali ya?? Gue udah capek – capek cari bahan pembicaraan yang enak cocok sama dia rekasinya gitu doang? Mending gue ga usah ngomong dari tadi....astagahhh tabahkan hambamu ini ya Tuhan...

Disaat Abi sedang berbicara dalam hati sambil mendongak ke atas memperhatikan langit biru dengan pemandangan banyaknya pohon yang menjulang tinggi itu tiba – tiba bau ikan bakar tercium jelas di dekat hidungnya.

"Hm?" ujar Arga singkat menawarkan ikan bakar itu.

"Thanks" ujar Abi sambil mengambil ikan bakar yang ditusuk itu dari tangan Arga.

Abi begitu menikmati ikan bakar itu, padahal biasanya dia anti makan ikan bakar di tempat yang ia belum pernah makan.

"Enak juga...lo jago masak ya.." puji Abi.

"Biasa aja.. hmm..kaki lo?" tanya Arga begitu singkat.

"Ohh udah baikan sih paling ya Cuma bengkak dikit aja..."

Arga menganggukkan kepalanya menandakan ia mengerti apa yang Abi katakan.

"Abis makan lo ikut gue ke laut aja ga usah ke sungai....kadar garam di air laut bagus buat bantu ilangin bengkak kaki lo..ya agak jauh sih tapi gue jamin gue temenin lo kok"

"Gue pikir lo ga bisa ngomong ke orang lain....ternyata bisa juga..." ejek Abi halus.

"Ya kalo emang mengharuskan gue ngomong sama orang tu ya gue bakal ngomong biar sependek apapun karena gue tau orang ngomong itu harus ditanggepin ya biar pendek yang penting kasih tanggapan paling enggak ya ngehargain" ujar Arga.

Abi hanya diam tersenyum sendiri. Ia menyelesaikan makannya dengan cepat. Ia pikir ia yang makan lebih cepat ternyata Arga sudah selesai lebih cepat darinya. Abi tersedak. Arga yang melihat Abi langsung simpatik memberi segelas air.

"Lo cepet banget makannya?" tanya Abi agak tersedak.

COLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang