*

299 14 1
                                    

Keesokannya

Abi duduk terdiam di bangkunya. Tak ada hal lain dalam otaknya selain kejadian kemarin. Ia menggambar sesuatu pada buku sketchnya, begitu indah tapi itu malah membuat Abi meneteskan air mata tepat pada kertas ia menggambar. Disamping kertas gambarnya ada foto Lio dan dia.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesekali ia menatap ke jendela dan mengharapkan Lio menatapnya di jendela dengan senyumannya seperti dulu. Sekarang bukan hanya Lio, api semua anggota J.CO.

Apa salah gue menyelamatkan persahabatan gue sama kalian....gue tau yang gue lakuin salah tapi apa harus kalian kaak gini sama gue... ujar Abi dalam hatinya.

Saat ia menundukkan kepalanya, satu hal benar – benar ia lewatkan. Lio saat itu benar – benar ada di jendela dan melihat Abi, sebenarnya Lio ingin bisa dengan Abi tapi apa daya...rasa kecewa menghancurkan semuanya. Semuanya benar – benar telah menjadi maut. Tapi, saat Lio melihat Abi juga sebenarnya Lio seperti ingin menumpahkan kekecewaannya lagi tapi ia masih punya perasaan yang cukup.

"Bi nih minum ya" ujar Jason sambil membawa Milo hangat dari kantin.

Abi hanya menggelengkan kepalanya bermaksud mengatakan tidak. Jason menatap Abi yang masih terfokus pada foto dan gambarnya itu dan menarik napas. Ia mengambil bbangku dari salah satu meja dan duduk disamping Abi. Semua anak di kelas itu hanya bisa terheran melihat ada anak SMP masuk ke kelas SMA.

"Bi...udahlah...jangan lo inget – inget terus..Lio emang kek gitu..lo kan tau Lio dari kecil Bi...lo juga kakak gue, gue juga adek lo bukan Cuma Lio" ujar Jason mengarahkan wajah Abi padanya.

"Ga Jas.....Lio bukan lagi Lio yang gue kenal...gue ga kenal dia yang sekarang..."

Trriiinnngg

"Bi gue tinggal ya.."

Jason mengacak pelan rambut Abi dan meninggalkan Abi. Abi hanya menengok sebentr dan membiarkan Jason pergi. Semua anggota J.CO seperti menjauh darinya.

***

Lio fokus dengan laptopnya yang ada di meja. Sepertinya sedang banyak tugas. Yang ada dipikirannya hanya satu mudah – mudahn si adek kampret itu tidak mengganggunya.

"Kak"

Baru gue berharap nih anak kagak dateng malah beneran disini...

"Paan?" jawab Lio.

"Gue rasa lo sadis kalo lo kayak gini sama Abi Yo...ini berlebihan ini over banget.."

Lio langsung meletakkan bolpoinnya dan manatap Jason.

"Apanya yang over? Dia nyakitin orang ! ngelukain orang ! apa gue bisa nyantai?! Mikir lah Jas.."

"Gue tau tapi ga ahrus kek gini lo sama Abi kan? Resikonya jadi semua anak J.CO jauh sama dia..lo ga mikir ke situ Yo.."

"Heh?! Yang suka banget sama Yuna itu elo ! tapi lo malah belain Abi yang udah nyakitin Yuna sementara Yuna harus nyembunyiin rasa sakitnya lo pikir itu luka kecil?! Dia harus jaga perasaan kakaknya ! Lo malah belain Abi..dan masih?! Giliran gue deket Yuna lo marah – marah ! Lo masih punya otak ga sih?! Hah?! Lo manusia tergoblok yang pernah gue liat !" ujar Lio kencang.

"Gue tau Abi salah tapi lo jua harus ngertiin Abi lah Yo...!!!"

Lio menarik baju Jason dan menatap matanya tajam. Lio sudah mengepal erat tangannya dan hampir saja ingin menghajar Jason yang terus – terusan membela Abi. Suara orangtua mereka yang mengehntikan perkelahian itu.

Hari terus berlalu. Semua rasaya benar – benar seperti hilang. Setiap Abi brjalan berpapasan dengan anak J.CO rasanya mereka seperti tak saling mengenal. Satu lagi...setiap melihat Yuna, mata Abi berubah menjadi mata sinis tanpa rasa bersalah sedikitpun. Tapi Lio justru juga seakin kesal dengan Abi, tanpa rasa bersalah masih bisa santai tersenyum dan tertawa dengan Arga tanpa tau Arga adalah kakak dari perempuan yang sudah dilukainya. Semua anak J.CO sudah mengetahui hal itu hanya Abi saja yang belum.

Siang itu Lio benar – benar tak tahan lagi menahan rasa kecewanya pada orang yang sebenarnya paling ia sayangi tapi mungkin sekarang menjadi orang yang paling ia benci. Lio melangkah ke arah Arga yang sedang menyiapkan bola basket untuk latihan tanding. Lio merasa ada yang menahan tangannya. Yuna.

"Lio..please...jangan hancurin kebahagiaan Arga..dia kakak gue.."

"Tapi dia kakak lo Yuna ! dia harus tau lo kayak gini !" ujar Lio.

"Please Lio....jangan lakuin itu...demi gue" mohon Yuna.

"Ya ok gue ga akan lakuin itu demi lo..tapi yang jadi pertanyaan gue kenapa sih lo sebegitu keepnya sama Arga? Padahal gue yakin dia pasti bela lo Na..sebegitunya lo harus nyembunyiin semuanya dari dia..."

"Ya..karena dia kakak gue. Dia satu –satunya orang yang paling gue sayangin dan gue ga mau ngancurin saat dia bisa suka dengan tulus sama cewek karena yang gue ta selama ini dia bad boy, play boy nya semua udah tau...Cuma sama Abi dia bener – bener beda"

"Dia suka sama Abi?!" tanya Lio dengan nada kesal namun merendah.

"Hm" jawab Yuna sambil menundukkan kepalanya.

Tak ada hal lain yang Yuna pikirkan selain kebahagiaan Arga, kakak kesayangannya itu. Lio hanya bisa terdiam menahan rasa salutnya pada Yuna yang benar – benar tak ingin orang lain memusatkan perhatian padanya, semua masalah ia anggap kecil sekalipun itu harus membuatnya menderita.

Arga beruntung punya adik seperti Yuna. Bukan tipe orang yang pengaduan dan bisa bersikap dewasa. Tak salah kalau Arga sangat menyanyangi Yuna walau tak pernah ditunjukkan secara terus terang.

***

COLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang