Page 2

3.4K 201 5
                                    


Bel sekolah dua kali berdering menandakan istirahat sudah dimulai. Setelah Bu Yani berpamitan, kelas sontak mulai ramai. Beberapa dari mereka - terutama murid cowok - langsung keluar kelas karena sudah tak tahan di kurung di dalam kelas. Murid lain, terutama cewek, akan membereskan bangku, memeriksa tampilan dari kaca bedak dan merapikan seragam sebelum beranjak dari tempat duduk mereka.

Kebanyakan dari mereka langsung berjalan lurus menuju kantin sekolah. Dan sebagian kecil justru ke perpustakaan untuk belajar. Meski pun suka belajar, menurut Rahel, makan jauh lebih penting karena kepintaran otak juga berasal dari asupan gizi yang cukup. Jadi, dia menyerukan pada Mona dan Sonya untuk ke kantin secepatnya sebelum tempat laris itu penuh dengan lautan murid kelaparan.

Belum sampai setengah perjalanan. Rahel dan kawan-kawan sudah dihadang oleh sosok yang tinggi, berwajah ganteng, kulit agak gelap dan punya senyum ramah. Dia ini pangeran sekolah. Sayangnya pangeran ini sudah taken.

"Makan bareng?" kata cowok itu sembari memamerkan senyum penuh gigi dan mata yang riang.

"Yah, kirain bakal bisa ngumpul bertiga di kantin setelah libur panjang!" geram Mona dengan suara yang sengaja dikencang-kencangkan, meski pun mata Mona melirik kemana-mana.

"Pssttt! Nggak sopan deh Mona!" desis Sonya menimpali, lengkap dengan delikan mata yang menegaskan. "Nggak apa-apa kok! Pandu ama Rahel makan berdua aja..." lanjutnya seraya melempar senyum hiperbolis pada Pandu.

Rahel menggaruk kepala yang tak gatal, lalu menatap Pandu tak enak. Sebentar berpikir, Rahel berkata sembari tersenyum masam, "Aku makan sama Sonya, Mona hari ini ya. Sori..."

Sonya menginterupsi, "Eh, beneran kita nggak apa-apa! Pak Ketos kan belum tentu besok bisa makan bareng, siapa tahu dia ada rapat! Kita masih bisa makan bareng besok-besok, kan? Iya kan, Mon?" ucap Sonya yang entah kapan bisa bicara dengan begitu panjang dan lugas. Maklum lah, Sonya ini pendukung utama Rahel dan Pandu! PaRah Shipper!

"Kagak!!" ketus Mona dengan wajah cemberut. Rambut yang berantakan membuat wajah itu makin terlihat seram.

Tak menggubris ucapan Mona, Sonya lantas menggamit tangan Mona. "Ih! Yaudah kita duluan ya! Yuk Mon!" ucapnya. Melambaikan tangan pada Pandu dan Rahel, lalu menyeret Mona menjauh dari mereka.

"Ih, apaan sih pake tarik-tarik!" geram Mona, namun tak menunjukkan perlawanan berarti kecuali mimik sebal dan suara yang sengaja di berat-beratkan.

"Pssstt! Ayok!!"

Rahel dan Pandu memperhatikan adegan itu kebingungan. Mereka tampak diam sesaat memperhatikan dua cewek itu sampai mereka menghilang di ujung lorong, tenggelam bersama murid-murid lain. Dan, mereka mulai berjalan berdampingan menuju kantin.

"Sori, ya. Aku ganggu waktu kamu sama temen-temenmu." kata Pandu membuka suara.

"Nggak apa-apa kok. Harusnya aku pertimbangin juga pendapat Sonya. Nggak setiap hari bisa makan bareng kamu." jawab Rahel seraya menunduk. Memperhatikan ubin yang mereka pijak, menghitung jumlahnya dalam hati. Ada 51 ubin dari kelas ke kantin.

Dilihatnya kantin sudah sesak oleh murid-murid yang kelaparan. Suara memekik memesan makanan ada di mana-mana, belum lagi suara obrolan murid-murid yang menjadi satu membentuk gelombang suara riuh ramai. Pandu menemukan sebuah bangku panjang yang sisi ujungnya kosong. Kelihatannya sengaja dikosongkan agar Rahel dan Pandu bisa duduk di sana. Lihat saja yang duduk di situ 80% cewek.

Mau tak mau mereka duduk ditempat itu berhadapan. Pandu menawarkan Rahel untuk memesankan makanan.

"Enak banget, Kak Rahel punya pacar ganteng, perhatian lagi!" celetuk salah satu junior yang duduk satu bangku dengan Rahel. Terlihat matanya memperhatikan punggung Pandu yang menerobos kerumunan murid-murid untuk memesan bakmi dambaan Rahel.

Rival in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang