Wikan menarik bagian bawah mata sembari memeletkan lidah ke arah Rahel. Persis anak kecil yang sedang meledek musuh. Rahel mengepalkan tangan menahan rasa kesal. Dia mencoba mengatur ekspresi, seakan semua baik-baik saja dengan melempar senyum ikhlas ke cowok itu. Sebelum berkata dia berdeham membersihkan suara.
"Beda dikit, cuman ada tulisan plus doang."
"Iya sih, sama ada tulisan excelent. Tapi, tetep aja nilaiku lebih bagus, kan?" Wikan menaik-turunkan alisnya untuk menggoda Rahel, "kamu nggak lebih baik dari aku, iya kan?"
"Kamu tuh emang nyebelin, ya?" tanya Rahel dengan tampang dibuat-buat ramah dan baik.
Untunglah Pak Yosef menyelamatkan kelas dengan memotong momen sebelum mereka sempat berdebat lebih lama lagi. Pak Yosef meminta Wikan untuk mempresentasikan paper yang dia buat dalam waktu singkat di depan. Tak lupa dengan memuji betapa apiknya paper bikinan cowok itu dan itu cukup membuat Rahel gemas. Bukannya apa, saat menjelaskan di depan, Rahel tahu cowok itu sedang membanggakan diri dengan melirik sesekali ke arah Rahel dengan senyum miring yang super duper menyebalkan.
Wikan menyelesaikan presentasi dengan sempurna diiringi tepuk tangan anggota kelas. Pak Yosef memilih paper Rahel sebagai favoritnya yang kedua. Dan kata 'kedua' membuat Rahel cukup sebal. Meskipun begitu, mau tak mau Rahel kini bersiap-siap untuk menjelaskan paper mengenai hasil praktikum yang dia buat susah payah.
Setelah Wikan duduk, Rahel bersiap-siap maju ke depan. Tapi suara Wikan dibelakang mengusik Rahel.
"Kecoa di bahu kamu, Hel!" Suara itu terdengar sangat-sangat serius.
"Kyaaa! Kecoa! Mana kecoaaa!!"
Mendengar teriakan Rahel, sontak seluruh kelas menjadi ribut. Yang takut dengan kecoa berlarian kesana kemari. Sedangkan yang tidak takut malah sibuk menertawakan yang ketakutan. Pak Yosef yang kaget karena kelas tiba-tiba kacau langsung berusaha menenangkan anak murinya. Sayangnya, suara Pak Yosef kalah dengan suara teriakan cewek-cewek histeris. Akhirnya Pak Yosef memukul-mukul papan tulis dengan spidol sembari berteriak.
"TENANG ANAK-ANAK!!"
Seketika kelas menjadi sunyi, mereka serempak menatap ke arah Pak Yosef.
***
"UWAAAAAAAAA, WIKAN ADMIRAHARJA NYEBELIN!!" teriak Rahel sekencang-kencangnya di atap sekolah.
Rahel baru saja keluar dari kantor guru setelah sepulang sekolah dia dipanggil Pak Yosef kesana. Rahel dimarahi, dan ditanyai apa yang dia sengaja melakukan semua hal itu. Meski sangat ingin, entah mengapa Rahel tidak mengatakan bahwa semua itu terjadi karena ulah Wikan. Apa dia sedang berusaha melindungi cowok itu? Ewh, amit-amit.
Marah-marah Pak Yosef berujung hukuman membersihkan kandang tikus, hamster dan kelinci milik sekolah. Rahel mendapat tugas untuk menaruh kardus bekas kertas di atap sekolah oleh Pak Yosef sebagai tugas pertama. Dia harus melakukan semuanya sendirian tanpa boleh meminta bantuan siapa pun. Padahal, dia harus cepat pulang ke rumah untuk membantu sang Ibu berjualan.
Saat Rahel keluar keluar kantor, sekolah sudah sepi. Rahel kembali ke kelas untuk mengambil tasnya. Mona dan Sonya sudah pulang karena Rahel yang meminta mereka. Dan Rahel akhirnya sampai ke atap sekolah sembari memaki dan mengumpat nama Wikan keras-keras. Lagipula tidak akan ada yang mendengarnya.
"WIKAN GILAAAAAAAAA! WIKAN NGGAK WARAAAAAS!"
"AKU BAKALAN BALES KAMUUU!! PENGEN KUJAMBAK RAMBUT KAMU SAMA AKU CAKAR MUKA KAMU YANG SOMBONG ITU!!"
"Ahh, huh, tenang Hel, tenang..." Rahel menenangkan dirinya sendiri.
"Ya udah, jambak tinggal jambak, kok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival in Love
Teen FictionRahel Davinia adalah murid SMA yang terkenal pintar karena berhasil mendapat juara umum sekolah 4 kali berturut-turut. Meski pun begitu Rahel tak pernah merasa sombong. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Wikan Admiraharja si juara olimpiade sains, y...