Page 20

1.8K 178 11
                                    

"Huatchi! Huatchi!"

Suara bersin itu berasal dari Rahel yang mendapat serangan pembersih papan tulis dari Wikan. Cowok itu tidak langsung melempar pada Rahel, dia berpura-pura membersihkan benda itu di dekat wajah Rahel. Dan saat Rahel akan pergi, cowok itu malah menjegal kaki Rahel sampai-sampai dia hampir terjerembab.

"Ih! Dasar setan!" geram Rahel.

"Gigi karatan..." balas Wikan tak mau kalah.

"Idih, nggak kreatif bikin ledekan!"

"Yes, itu yang bikin aku jadi lebih baik."

"iiiiihhh," Rahel mengepalkan tangan seakan hendak menonjok cowok itu.

"Udah-udah, bentar lagi masuk. Duduk yuk." Ajak Sonya yang memaksa Rahel dengan menyeret sahabatnya itu duduk di bangku.

Kehidupan sekolah Rahel berubah menjadi neraka. Dengan penjaga neraka yang menyiksa bernama Wikan. Rahel masih mempertahankan pekerjaannya meski dengan itu Rahel memberi Wikan jalan untuk menjahatinya.

Yang bisa Rahel lakukan untuk membalas Wikan adalah jika dia mendapat nilai yang lebih tinggi dibandingkan Wikan. Kemarin Rahel berhasil mengungguli Wikan dalam mengerjakan latihan fisika. Rahel mendapat nilai sempurna dan Wikan mendapatkan 89. Yes, Rahel berhasil membuat cowok itu diam membisu.

Masalah berita ayah Wikan masih bergulir di televisi. Selain untuk menghadiri sidang pidana korupsi, Ayah Wikan juga harus menghadiri sidang perceraian. Wikan tidak pernah terlihat di kedua sidang itu. Desas-desus mengenai Wikan belum berubah, terutama yang tidak satu kelas. Anak-anak XII IPA 3 sudah tidak begitu peduli dengan masalah keluarga Wikan sampai ketika sikapnya yang berubah keterlaluan pada Rahel. Mereka mulai membicarakan Wikan lagi. Mereka menganggap sikap Wikan sudah keterlaluan pada Rahel. Andro pernah menegur cowok itu, namun Wikan terkesan tak peduli. Semakin panas pembicaraan mengenai Wikan, semakin cowok itu ketus.

Ada sekelompok anak cewek yang suka sekalo bergosip. Di kelas XII IPA 3 mereka adalah sumber informasi yang paling akurat – serta dilebih-lebihkan. Mereka juga tak segan-segan menghimpun info dari kelas sendiri. musibah yang di alami Wikan bagai anugrah bagi mereka. Dan juga mereka suka begosip di kelas dengan suara kencang.

Suatu hari, hujan deras, beberapa anak malas keluar kelas. Jadi mereka makan di kelas. Wikan seperti biasa tidur di bangkunya. Mona, Sonya dan Rahel bergerombol makan bekal yang di bawa Sonya.

Suara nyinyir mulai terdengar. "Dia nggak tahu malu, dia jadiin Rahel mainan. Ketauan banget dia gitu gara-gara stres." Itu Pinkan biang gosip sekolah.

Kuping Rahel bergerak, yeah, memang itu bukan membicarakan dirinya. Tapi tetap membuat Rahel merasa tak enak. Dia berharap Wikan benar berpura-pura tidur.

"Iya sih, kesian liat Rahel. Padahal dia itu parasit, kalo nggak ada dia Rahel nggak usah pusing-pusing. Lagian udah ada bukti kan, nilai ulangan kemaren semua disabet sama Rahel." Jawab Inka 'pengikut' Pinkan.

"Maklumlah, anak manja, nggak dididik bagus sama orang tua, dididik pakai duit haram. Jadinya gitu deh..." Pinkan memeriksa kukunya yang berkutek bening puas. Dia berhasil lolos dari pemeriksaan guru BP tadi pagi.

"Ewh, kalo aku udah nggak mau masuk sekolah lagi deh. Muka mau ditaroh dimana." Inka berlagak bergidik, dia lalu memeriksa rambut melalui cermin. Dia selalu melakukan itu lima menit sekali.

"Iya, bapaknya dia kan makan duit orang tua kita. Suap uang negara."

"Ehm... ehm... ngomongin orang nggak usah ngajak temen satu kelas." Rahel berpura-pura membersihkan tenggorokannya. Berusaha mengingatkan Pinkan dan Inka akan keberadaannya di tempat ini. dia menatap sekilas Pinkan yang kemudian menyisir rambutnya tak enak. Entah kenapa dia mau melakukan ini. yah, pasti karena namanya tadi disebut. "Enak banget masakan Mama kamu Sonya."

Rival in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang