"Mulai minggu depan, kita mulai praktikum. Andro silahkan bagi kelompok dan setorkan nama anggota kelompok ke Bapak secepatnya. Satu kelompok empat orang. Hari ini Bapak akan jelaskan materinya agar nanti bisa kalian langsung praktikan minggu depan." Jelas Pak Yosef guru Biologi mereka.
Untuk selanjutnya kelas kembali tenang ketika murid-murid mendengarkan penjelasan Pak Yosef dengan khusuk. Meskipun di dalam hati sangat pasti mereka sudah merencanakan anggota kelompok dan menyerbu Andro untuk memesan kelompok sesuai dengan anggota keinginan mereka. Andro sudah terkenal sebagai ketua kelas yang senang membahagiakan 'rakyatnya' maka dari itu andro langsung terpilih menjadi ketua kelas waktu itu.
Sedangkan Rahel sendiri, dia masih tidak terlalu bisa berkonsentrasi setelah dihinggapi kecoa bau di wajahnya. Dia tidak pernah menyangka kalau batas kejahilan Wikan hampir membuatnya pingsan. Lagipula dimana cowok itu bisa mendapatkan kecoa itu? Ewh, entahlah, Rahel tak peduli. Yang jelas mulai sekarang dia tak akan dengan mudah menunjukkan niat baik ke cowok itu. Sebaliknya dia harus mencari tahu apa yang ditakuti Wikan. Ya, ampun... baru kali ini Rahel merasa dendam.
Bel sekolah berbunyi, Mona dengan sigap langsung menyerbu Andro yang segera diikuti oleh murid-murid lain yang langsung mengerubungi bangku Andro layaknya semut mengerubungi gula. Mereka berteriak-teriak minta dituliskan nama duluan sebelum yang lainnya.
"Sip, aku udah minta Andro nulis kita bertiga jadi satu kelompok. Dia bilang kalo ada yang belum dapet kelompok nanti satu dimasukin ke kelompok kita. Nggak masalah kan?" ujar Mona sumringah. Kelihatannya dia sudah berhasil menjadi yang pertama untuk mendaftarkan nama mereka di atas buku Andro.
Sonya menggeleng-geleng, "kalo aku sih nggak masalah. Mungkin Rahel?"
"Kok aku?" Rahel menunjuk dirinya sendiri.
"Kalo Wikan yang satu kelompok sama kita?" Sonya menghela nafasnya, dia termasuk salah satu dari korban kecoa Wikan tadi. Jangan tanya bagaimana reaksi Mona, untung saja cewek itu tidak terjun ke jendela kelas saking takut sama kecoa.
"Iya juga ya. Nanti aku bilang ke Andro deh..." Rahel mengangguk, sembari membereskan meja. "Eh, nanti pulang sekolah nonton tanding basket yuk."
"Ye, nggak diajak juga kita bakal nonton kok. Orang kelas kita yang tanding." Tukas Mona yang duduk di atas meja Rahel.
"Hah? Serius?"
"Nih anak. Makanya grup LINE itu dibaca jangan justru dimatiin notifnya." Kali ini Sonya yang berseloroh. "Giliran pacar yang tanding aja tahu..."
Tiba-tiba lesu, Rahel berucap, "Ya, gimana dong? Jadi bingung deh mau dukung siapa, padahal baru pertandingan pertama masa kelas kita sama Pandu udah berhadapan sih?"
"Itu namanya nasib! Auk ah, yang jelas pasti kelas kita yang menang!" Mona mengepalkan tangan ke langit tanda semangat. Dia sangat menyukai sesuatu hal yang berbau sport.
"Yeee, tapi pandu kan jago basket." Rahel menjulurkan lidahnya jahil.
"Huuu! Dasar penghianat!!"
Sonya dan Mona menyerbu Rahel berpura-pura memukul cewek itu. Mereka tidak sadar ada cowok yang menguping pembicaraan mereka dengan berpura-pura tertidur dimejanya.
***
Pulang sekolah, hampir semua anak kelas XII tidak pulang ke rumah dan langsung beranjak ke lapangan sekolah. Mereka bersiap-siap menonton pertandingan basket yang diadakan OSIS dalam rangka pengakraban dengan teman sekelas baru. Hari ini kelas XII IPA 1 bertanding dengan kelas ketua OSIS yang juga diketahui sebagai si jago basket dan dulu pernah menjabat sebagai ketua klub basket saat kelas dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival in Love
Teen FictionRahel Davinia adalah murid SMA yang terkenal pintar karena berhasil mendapat juara umum sekolah 4 kali berturut-turut. Meski pun begitu Rahel tak pernah merasa sombong. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Wikan Admiraharja si juara olimpiade sains, y...