Seluruh murid kelas tiga sudah berkumpul di depan penginapan. Malam ini OSIS sudah merencanakan kegiatan yang rutin di laksanakan di setiap malam terakhir. Games yang mereka sebut dengan treasure hunt, masing-masing kelas mengirimkan empat murid mereka untuk menelusuri hutan mencari harta karun yang disembunyikan dengan peta yang sudah diberikan. Bukan hanya itu, mereka akan di takuti oleh anak-anak panitia OSIS yang berpakaian layaknya hantu. Itulah yang membuat beberapa di antara mereka enggan ikut main. Tapi tenang saja, setiap orang pasti ikut!
"Duh, amit-amit deh... aku nggak mau masuk kelompok pertama." Sonya mengusap kedua tangan yang berkeringat karena ketakutan. Karena tim dibagi oleh anak-anak OSIS langsung agar mereka bisa mengakrabkan diri dengan teman yang lain membuat Sonya takut tidak ada yang mengerti dia takut dengan setan, demit dan sebagainya.
"Tenang aja, kelompok dibagi rata kok. Nanti kan ada cowoknya dua, itu fungsinya buat ngelindungin cewek." Rahel berusaha menenangkan.
"Ih, percuma juga, gimana kalo sekelompok sama Wikan, ada katak malah kabur dia."
Ucapan Sonya membuat Rahel terkekeh, teringat bagaimana cowok itu takut dengan katak. Apalagi malam-malam begini pasti banyak katak di dalam hutan. "Iya juga ya..." Rahel mengangguk.
"Pengumuman-pengumuman! Daftar kelompok dan jadwal udah di pajang di aula penginapan. Silahkan dicek yang tertib!" junior bernama Edo mengumumkan melalui toa, tak lama setelahnya Edo hampir roboh karena ditabrak orang-orang yang ingin melihat pengumuman di belakangnya.
"Ihh! Tuh 'kan aku sekelompok sama yang penakut semua. Aku, Mia, Dion sama Yuda. Dion 'kan agak-agak begitu?" Sonya menunjukkan jemari dengan telunjuk dan jempol bersatu membentuk bulatan sedangkan ketika jari lain berdiri agak lentik.
"Ih, nggak papa kali, yang begitu belum tentu pengecut. Palingan juga latah." Mona sepertinya cukup puas dengan kelompok yang dia dapat. "Lha, kamu satu kelompok sama Wikan? Jodoh amit kayaknya kalian...""Serius?" Sonya membelalakkan mata mencoba melihat kelompok Rahel dan yah, mereka benar-benar satu kelompok.
"Ya ampun, Azkiel, Wikan, Inka... ihh, sama aja busuknya kayak kelompokku. Tuh Inka si bigos pasti bawel banget di dalem utan. Azkiel kerjaan maen hape mulu, update sosmed, Wikan takut sama katak. Ckck." Sonya menggeleng-gelengkan kepala.
"Bagus deh kalo sama Wikan. Aku seneng banget kalo Rahel sama Wikan. Wikan 'kan kayaknya seneng jagain kamu." Mona menyambar, matanya terlihat berbinar-binar. "Dibandingkan Pandu, aku suka dia!"
Mata Rahel mengedip beberapa kali. "Jagain apa? Yang ada dia ngejahilin aku di dalem sana."
Mona menjentikkan jari. "Nah itu dia Hel. Dia itu kayak nggak seneng kamu diganggu orang lain, cuma dia yang boleh jail sama kamu."
"Yee, itu mah sama aja!" Rahel memutar bola mata. "Dah ah, ayok, aku kelompok tiga nih. Kalian enak kelompok terakhiran." Katanya menarik tangan Mona diikuti Sonya meninggalkan aula penginapan.
Games di mulai, kelompok satu sudah masuk. Kelas IPA 1 sendiri mengirimkan kelompok Andro yang ternyata berhasil menang setelah menemukan harta karun selama dua puluh menit. Si ketua kelas kowar-koar bahwa di dalam, tidak ada yang seram sama sekali. Semua setan yang ada, bohong-bohongan. Bahkan Andro menunjukkan salah satu foto selfie nya dengan Ninik yang menyamar jadi kuntilanak.
"Iiihh!" kelur Sonya bergidik. "Pura-pura, tetep aja serem. Kan gelap! Apalagi kalo kena senter mukanya. Pasti serem banget."
"Alah, nggak apa-apa, bohongan kok." Andro meyakinkan.
"Siap-siap ya IPA 1 Tim 3, anggota Kak Azkel, Kak Inka, Kak Rahel, sama Kak Wikan. Habis ini kalian yang masuk." Kata Edo mengingatkan pada ketua kelas Andro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival in Love
Teen FictionRahel Davinia adalah murid SMA yang terkenal pintar karena berhasil mendapat juara umum sekolah 4 kali berturut-turut. Meski pun begitu Rahel tak pernah merasa sombong. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Wikan Admiraharja si juara olimpiade sains, y...