Pagi ini anak-anak kelas XII IPA 1 sengaja datang pagi-pagi sekali untuk mengerjakan PR Matematika yang minggu belakang ini di bebankan pada mereka. Seperti biasa, mereka yang tidak mengerjakan akan mencari-cari contekan di pagi hari sebelum masuk kelas. Parahnya lagi, pelajaran Matematika adalah jam pertama hari ini. Sehingga mereka tidak memiliki banyak waktu mengerjakan PR. Mereka berkumpul menjadi beberapa bagian untuk mengerjakan PR, termasuk Mona dan Sonya yang sibuk menyalin milik Rahel. Hmm, sungguh tak patut ditiru. Bukan hanya itu, Wikan yang katanya memiliki otak cerdas juga mengerjakan PR pagi-pagi. Bedanya cowok itu tidak mencontek melainkan mengerjakan semua sendiri.
Rahel yang selalu on time dan mengerjakan PR di rumah – sesuai dengan namanya Pekerjaan Rumah – tidak bisa bersantai begitu saja karena hari ini adalah tugas piketnya. Dengan sangat terpaksa Rahel membersihkan kelas berdua saja dengan Siwi karena yang lain sibuk menyalin PR. Untungnya mereka berjanji akan piket setelah pulang sekolah dan mempersilahkan Rahel dan Siwi untuk pulang duluan.
Ruang kelas mereka tidak terlalu besar, jadi tidak terlalu sulit bagi Siwi dan Rahel untuk menyapu kelas dan mempersiapkan alat tulis untuk guru mengajar. Rahel kebagian menyapu di lorong bangkunya dan bangku Mona. Di mulai dari bagian belakang sekali, dimana loker mereka berada, Rahel mulai menyapu.
Puk.
Sebuah sampah berupa susu cokelat kotak, dibuang begitu saja oleh empunya ke lantai. Rahel dengan malas melirik pelaku yang sebenarnya dia sudah tahu siapa.
"Sori, aku nggak sempet sarapan tadi." Wikan menggaruk-garuk alisnya yang Rahel yakin tidak gatal. Lalu mengambil sebatang sosis siap makan di atas meja dan menyantapnya, sembari tangan kanan sibuk mengerjakan soal.
Rahel bertolak pinggang. "Jadi apa hubungannya sama buang sampah sembarangan?"
"Artinya 'tolong buangin, aku lagi sibuk' lagian pake sapu apa susahnya?"
"Hah, dasar cowok. Biasanya piket cuma buang sampah sama isi tinta spidol doang. Disuruh nyapu males, dikira terlalu feminin. Padahal nyapu itu lebih ribet, apalagi ada yang doyan nyampah!"
Wikan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ck, ck, ck, nyapu aja. Nggak usah pake ini itu. Nih, sekalian." Katanya sembari memcampakkan bungkus sosis sembarangan ke lantai.
"Awh!! Apa-apaan kamu?!" Wikan mengelus kepalanya yang baru saja menerima pukulan dari tangkai sekop yang dipegang Rahel. "Itu termasuk kekerasan, tahu!"
Anak-anak di kelas yang sibuk mengerjakan tugas, berhenti sebentar sembari menonton perkelahian 'biasa' Wikan dan Rahel. Tak lama kemudian mereka kembali mengerjakan PR tanpa peduli dengan keributan yang kedua murid pintar itu hasilkan.
"Ho ho ho! Kekerasan? Sure, silahkan kamu lapor ke polisi kalo kamu berpendapat gitu!" balas Rahel dengan tawa yang dibuat-buat.
"Ih, tadi pagi sarapan choco chip ya? Tuh, masih nempel di gigi!" Wikan balas menjawab dengan hal yang sungguh tidak ada hubungannya dengan topik sebelumnya. Dan itu sukses membuat Rahel menghempaskan sekop dan sapu ditangannya dan bersiap ingin menjambak rambut Wikan.
"Woi! Ini behel woi! Nggak liat apa!"
"Tenang Hel, tenang, please biarin kita ngerjain PR dengan khusuk. Kalo kalian bikin pertunjukan kita nggak bakal bisa konsen!" ujar Mona yang dengan sigap langsung menahan Rahel dari belakang.
"Oke, oke!" Geram Rahel mengangkat tangannya, kemudian secara acuh menyapu sampah-sampah Wikan tanpa mengindahkan tatapan cowok itu yang masih tak terima kepalanya dinodai.
Wikan dan Rahel tidak lagi mengikrarkan perang dingin seperti dulu. Satu bulan berlalu, mereka kembali menyatakan perang terbuka. Dengan kejahilan Wikan, dan suara Rahel ketika mereka berdebat. Dan warga kelas XII IPA 1 yang menjadi penonton setia menyaksikan kompetisi dengan kepintaran-kepintaran Wikan dan Rahel yang ditunjukkan, entah dalam mengerjakan soal ataupun menjawab pertanyaan. Namun semua pasti ada akibatnya. Pertengkaran Rahel dan Wikan yang kadang kekanak-kanakan membuat mereka terhibur hingga terganggu, dan terkadang mereka sengaja memberikan 'ruang' bagi Rahel dan Wikan untuk berperang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival in Love
Teen FictionRahel Davinia adalah murid SMA yang terkenal pintar karena berhasil mendapat juara umum sekolah 4 kali berturut-turut. Meski pun begitu Rahel tak pernah merasa sombong. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Wikan Admiraharja si juara olimpiade sains, y...