Page 29

330 37 20
                                    

Kantin yang biasa ramai karena suara ratusan murid yang menjadi satu di suatu tempat kini menjadi nyaris sunyi. Yang ada justru kasak-kusuk murid lain satu dengan yang lain. Mereka sibuk memperhatikan kedua murid cewek yang duduk berhadapan satu sama lain meja kantin. Parahnya lagi, mereka duduk di posisi tengah, tempat yang empuk untuk menjadi pusat perhatian. Keduanya akhir-akhir ini kerap diperbincangkan karena sosok terkenal di sekolah ini. Pandu, mantan ketua OSIS yang bagai selebritis di sekolah, sedangkan mereka : Rahel adalah mantan Pandu, Lotta adalah pacar Pandu saat ini. Rumor beredar hubungan mereka buruk, Rahel yang putus dari Wikan karena selingkuh atau Lotta yang dicap perebut pacar orang.

    Hari ini, di kantin sekolah, semua rumor itu ditebas begitu saja dengan Lotta dan Rahel yang duduk berdekatan. Meski pun tidak sepenuhnya, karena para penonton masih menaruh rasa curiga yang besar.

    "Jadi, kamu mau bicara apa?" 


    Rahel membuka omongan, untuk mengurangi kecanggungan dia mengaduk-aduk bakmi yang dia pesan beberapa saat lalu.


    "Aku mau minta maaf...

    Tangan Rahel berhenti mengaduk, pandangan dia alihkan pada Lotta yang ternyata menatap balik padanya. Namun, Rahel hanya menggeleng halus.

    "Kita nggak pernah tahu dengan siapa kita berjodoh 'kan? Kita juga nggak tahu kapan kita putus atau kapan kita jatuh cinta." Katanya dengan suara yang santai, tidak terdengar menggurui. 


    Untuk beberapa saat Lotta diam, dia merapatkan bibir menjadi satu garis. Tangannya terkepal kuat. Ia menunduk sejenak, kemudian kembali menatap Rahel tepat di mata. "Bukan masalah itu, tapi lebih ke sikap aku yang angkuh." Rahel menggenggam kedua tangannya makin erat. "Aku masih remaja, labil, saat aku ingin sesuatu aku bisa jadi begitu." Lotta menunggu balasan Rahel, namun Rahel tidak mengatakan apa pun. Lotta lalu melanjutkan, "Kata-kataku kasar, padahal aku nggak punya hak buat ngomong gitu." Lotta menjeda sejenak. "Aku tahu aku jahat."

    Rahel mengangguk-angguk, "Yang penting kamu sudah tahu dimana kamu salah...," katanya. "Jujur aku nggak punya keinginan lagi buat berdebat, aku sudah nggak mikirin masalah kamu dan Pandu lagi. Yah, meski memang kalo untuk liat kalian berdua. Masih awkward banget bagi aku," ungkap Rahel jujur.

    "Aku tahu, aku juga awkward kalo harus ketemu Kak Rahel."

    Mendengar Lotta menyebut namanya dengan panggilan Kakak membuat gadis itu tersenyum. "Pandu itu baik, kamu beruntung bisa jadi pacar dia. Semoga kalian langgeng."

    "I-iya, makasih."

    Lotta menyelipkan rambut ke telinga canggung. Setidaknya gestur Lotta tak lagi tegang seperti tadi. Berbicara langsung memang ada baiknya. Rahel berharap kedepannya tak akan ada lagi gosip mengenai mereka berdua. Rahel sudah capek mendengar bisik kiri dan kanan.

    "Aku udah maafin kamu. Sekarang kita makan yuk! Laper nih. Kan janjinya kesini mau makan bareng."

    Lotta mengangguk, mereka makan tanpa banyak mengobrol lagi. Setelah sepuluh menit yang canggung Lotta dan Rahel menyelesaikan makanan mereka. Masih banyak yang penasaran dengan mereka berdua. Tentu saja mereka tidak mendengarkan apa yang dicbicarakan Rahel dan Lotta, namun mengingat mereka duduk berdua dengan begitu rukun (meski canggung) membuat beberapa mulut berniat berhenti membicarakan mereka.

    "Ehm..."

    Rahel belum sempat menoleh mendengar suara dehaman itu, namun suara ribut-ribut di sekeliling dan suara Lotta yang tertahan membuat Rahel tahu siapa yang datang.

    "K-Kak Wikan?"

    Wikan, yang disebut Lotta itu langsung duduk di sebelah Rahel. Rahel hanya menaikkan alis menatap Wikan yang tiba-tiba datang. Yah, hari ini Wikan sudah kembali bersekolah. Mereka belum berbicara banyak, karena Rahel masih malu dengan apa yang terjadi. Rahel juga kesal karena Wikan membohonginya masalah ART.

Rival in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang